Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 15

Sama seperti hari kemarin, seluruh murid disini menjalani kesibukannya masing-masing. Termasuk kelas Aline yang kala itu tengah mempersiapkan beberapa orang untuk mengikuti pertandingan voli antar kelas. Termasuk diantaranya yaitu Aline dan Ica. Dan untuk sore harinya, seluruh murid disini menjadi tambah sibuk, karena mereka harus mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti pesta liburan akhir tahun.
Suasana tambah ramai ketika di dalam kamar asrama Aline. Bagaimana tidak, kedua teman Aline tidak ada henti-hentinya untuk mengoceh tentang apa yang harus mereka pakai. Karena, mereka lupa untuk memesan gaun pesta. Kini mereka tidak tahu harus mengenakan apa di pesta malam nanti. Tidak hanya Ica dan Lia saja yang kebingungan namun, Aline juga kebingungan karena ia juga lupa memsan gaun pestanya, karena kemarin ia sibuk dengan latihannya sehingga ia tidak sempat memikirkan tentang gaun pesta itu.
Kemudian kedua teman Aline itu menyeringai tajam ke arah Aline. Melihat hal tersebut Aline hanya bisa bergidik ngeri. Hingga ia pun bertanya-tanya dengan kedua sahabatnya itu. Kedua untuk memberikan mereka berdua sebuah gaun pesta yang sangat cantik. Namun, Aline hanya bisa menggeleng-gelengka kepalanya. Karena ia tidak tahu tentang model gaun yang kedua sahabatnya sukai. Hingga akhirnya kedua sahabatnya itu memberikan sebuah katalog majalah tentang fashion. Dan mereka meminta untuk memunculkan gaun-gaun pesta yang Ica dan Lia minta.
“Ayo Aline, kau bisakan memunculkan gaun ini untuk kami. Ayo al, kau ini kan sahabat kami yang paling baik. Hehehehe.” Rayu Ica sambil tertawa menggoda pada Aline yang kini tengah terduduk di atas sebuah sofa empuk asramanya.
“Iya, aku tahu kau bisa melakukannya. Kau tidak mau kan kita tidak ikut pesta yang meriah itu ?” Rayu Lia.
“Hah. Baiklah jika kalian terus memaksa. Kau ingin yang mana ? tapi aku tidak menjamin ya hasilnya akan bagus sama seperti di katalog ini.” Jelas Aline ketus pada mereka berdua.
“Oke. Oke, kami tidak akan menyalahkanmu jika hasilnya buruk. Heehhehehe.”
Kemudian Aline mulai menggambil katalog itu dari tangan Ica dann mulai mengambil 2 buah gaun cantik yang ditunjuk oleh kedua temannya itu. Ia berusaha untuk berkonsentrasi, dan ia mulai meletakkan telapak tangannya di atas gaun itu. Tiba-tiba ia mengalami sebuah getaran-getaran aneh yang terus menjalar dari ujung tangan sampai lengannya. Hingga kemudian muncullah sebuah cahaya aneh dari katalog itu, dan muncullah sebuah gaun cantik berwarna hijau muda milik Ica. Aline pun melakukan hal yang sama pada gaun pesanan Lia dan ternyata hasilnya tidak seburuk yang ia bayangkan.
“Waahaha. Aline ini sangat indah sekali. Kau berhasil dan kau tahu hasilnya tidak seburuk dengan yang kau bayangkan. Tapi ini tidak memiliki efek seperti gaun milik Cinderella kan ?” Kata Lia
“Hahahaha. Tentu saja tidak. Gaun itu akan hilang jika aku memintanya hilang. Hehehe. Hebat kan ?” Kata Aline bangga.
“Ya, aku tahu. Lha kamu tidak mengambil gaunmu ? apa kau tidak ingin pergi ke pesta ?” Tanya Ica bertubi-tubi.
“Oh iya, aku lupa tunggu sebentar.” Kata Aline yang kemudian memunculkan sebuah gaun indah berwarna merah anggur dari dalam katalog tersebut.
“Kelihatannya ada yang kelewatan deh.” Kata Aline sambil berpikir sejenak.
“Apa ?” Sahut Lia yang sudah siap memakai gaunnya yang berwarna peach.
“Aha. Aku tahu ! sepatunya, kita lupa sepatunya.” Jawab Ica sembari mengacungkan jari telunjunknya ke atas.
“Oh iya. Maaf aku sampai lupa. Hehhehehe.” Balas Aline yang kemudian langsung memunculkan pasangan sepatu dari setiap gaun yang diambilnya.
“Hahaha Aline, ini sungguh hebat.” Kata Lia sambil berkaca di depan cermin.
“Benar, aku tak menyangka kau sehebat ini.” Tambah Ica.
“Ah sudahlah, kalian jangan membuat aku tambah melayang deh.” Sahut Aline yang masih berdandan di depan cermin riasnya.
Kini ruangan yang mulanya adalah ruang makan bagi mereka, kini ruangan ini telah disulap menjadi sebuah ruangan pesta yang sagat indah. Dimana disana-sini terpasang serangkain bunga yang dibuat sedemikian indahnya. Selain itu juga terdapat beberapa balok-balok es di atas sebuah meja yang disulap menjadi sebuah karya seni yang luar biasa indahnya. Tak hanya itu, di tengah-tengah ruangan ini telah terpasang sebuah gazebo kecil layaknya sebuah gazebo yang ada di taman. Bahkan di setiap sudut-sudut telah terpasang lampu yang menyala berkerlap-kerlip indahnya bagaikan sebuah bintang terang yang ada di langit malam.
Semua orang telah berkumpul disini baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda. Dan perlu diketahui, pesta ini tak hanya dihadiri oleh murid-murid saja, namun guru-guru pun ada yang ikut untuk meramaikan suasana. Hingga dirasa semua orang telah berkumpul dan siap melaksanakan pesta mereka acara pembukaan pun dilaksanakan.
Musik-musik klasik nan indah pun mulai diperdengarkan. Mereka khusus mendatangkan anak-anak dari klub musik ‘Phoenix’ yaitu anak-anak klub khusus sekolahan ini yang memang dipersiapkan untuk menjamu sebuah sajian musik untuk pesta kali ini. Hingga akhirnya mereka semua yang berbalutkan gaun-gaun indah dan tuxedo-tuxedo keren tengah asyik menikmati pesta mereka. Beberapa diantaranya memilih untuk menari-nari atau berdansa dengan pasangan mereka. Namun, berbeda halnya dengan Aline, ia memilih untuk berada di atas balkon ruangan ini, dan menjauh dari hingar bingar kesibukan mereka.
Aline hanya berdiri disana dan menikmati suasana indahnya malam. Ia mencoba untuk menghitung bintang-bintang dilangit untuk mencairkan suasana. Hingga kemudian suara seseorang yang sangat khas ditelinga Aline berhasil membuat pikirannya buyar. Ya, siapa lagi kalau tidak pemilik suara melengking Denis.
“Aline !!!!. Kau tidak turun ?” Katanya dengan suara menggelegar dan dengan senyuman ceria seperti biasanya.
“Hah. Ternyata kau, dan bisa tidak kau mengubah kebiasaanmu itu. Kau selalu mengangetkan orang dengan suaramu itu. Bodoh !” Kata Aline merasa terganggu.
“Hehehe. Kau mau berdansa denganku ?”
“Tidak.”
“Hm...,baiklah kau mau ku ambilkan minum ?” Katanya cemberut.
“Tidak.”
“Kau tidak ingin turun ?”
“Tidak. Dan Denis, kau bisa tidak untuk tidak menggangguku untuk kali ini saja, huh ?” Kata Aline ketus.
“Hey, aku tidak pernah mengganggumu.” Balasnya tidak mau kalah.
“Lha itu tadi apa ? itukan juga namanya mengganggu. Ah sudah....sudah....sekarang kau pergi turun. Aku tidak mau diganggu.” Tukas Aline dengan perasaan kesal dan mendorong Denis untuk segera turun.
Hingga akhirnya hanya tinggal Aline seorang yang berada di balkon itu. Dan kemudian ia memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari langit malam menuju ke bawah dan melihat beberapa pasang teman-temannya tengah berpesta. Hingga kemudia muncullah sebuah senyuman yang terlukis di wajah Aline. Entah mengapa ia sangat senang jika ia melihat teman-temannya bahagia. Apalagi, kini ia melihat kedua sahabatnya itu tengah menikmati pesta tersebut dengan canda tawa teman-teman yang lain.
Tanpa disadari ia mengalihkan pandangannya pada seorang lelaki yang tengah mengenakan stelan jas berwarna putih tengah berjalan melewati keramain pesta. Hingga kemudian sepasang mata Aline menangkap jelas sosok yang tengah mengenakan stelan jas serba putih itu, dari jas hingga celana panjang yang ia kenakan. Dan kemudian ia pun menyadari siapa seseorang laki-laki yang tengah berjalan dengan anggun itu. Ya, dialah Cloud.
Tanpa disengaja sepasang mata milik Cloud melihat kearah balkon tepat kearah Aline berdiri. Karena Aline tak mau disangka memperhatikan dirinya maka ia segera mengalihkan pandangannya kearah semula ia menatap langit. Namun, sebelum itu kini Cloud sudah berdiri tepat dihadapnya. Aline pun berhasil dibuat terkejut olehnya.
“Astaga !. Kau mengejutkanku. Dan hey ! Bagaimana kau bisa kesini secepat itu ? itu aneh sekali.” Kata Aline setengah tidak percaya.
“Sihir.” Jawabnya singkat.
“Hah. O iya aku lupa kau kan pemimpin tertinggi dari Xerro 14. Pastinya kau memiliki sihir tingkat tinggi. Hahahaha dunia ini memang aneh ya ?”
“Sebenarnya bukan sihir, ini hanya ‘Flash’, kau juga bisa melakukannya.” Katanya lagi.
“Oh begitu, lalu ada urusan apa kau kesini ?”
“Tidak ada.” Jelas Cloud singkat seperti biasanya.
“Huh, menyebalkan.” Kata Aline pelan.
“Hey, kau tahu pertama kali aku melihatmu, kupikir kau ini orang yang aneh. Namun, ternyata kau tidak seaneh itu. Hahahahaha. Dan satu hal lagi, kau selalu membuat orang penasaran.”
“Benarkah ?”
“Ya, dan menurutku memang begitu. Kau juga tidak banyak bicara. Itu juga yang membuatku tambah penasaran, dan ingin sekali untuk membuatmu mengoceh terus untuk satu hari. Hahahaha. Ha, aku lupa kau juga jarang tertawa. Hahaha, tersenyum saja jarang apalagi tertawa. Hahahaha. Lucu sekali.”
“Hn.”
“Kan ?, dari tadi aku bicara jawabanmu hanya ‘hn’, sangat singkat sekali. Kapan-kapan aku ingin membuat ramuan khusus untukmu. Dan ramuan itu akan membuatmu terus bicara 24 jam non stop. Hahahaha.” Kata Aline sembari tertawa.
“Hah. Itu cukup untuk membuatku sedikit tertawa.” Balasnya sambil menunjukkan tawanya walau terlihat tipis.
“Ha !!!, benar kan !!!, aku berhasil membuat Cloud tertawa. Hahahaha. Andai saja aku bawa kamera, pasti sudah aku foto dan aku sebar luaskan. Hahahahaha.” Tanpa disengaja, tiba-tiba saja Aline tersandung oleh gaun yang dipakainya sendiri. Untuk disana ada Cloud yang dengan refleksnya memegangi Aline untuk tidak terjatuh. Melihat ternyata medua mata mereka saling berpandangan satu sama lain. Hal itu cukup untuk membuat Aline berbulshing.
“Maaf. Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk....”
“Aku tahu, kau memang ceroboh sekali.” Kata Cloud memperingatkan Aline.
“Ya....ya...., tapi terimakasih sudah menolongku. Hehehe.” Kata Aline dengan tawaan khas dirinya ditambah dengan kebiasaannya selalu menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tentu saja tidak gatal.
Semenjak kejadian beberapa menit yang lalu, kini terjadi sebuah kesenjangan diantara mereka berdua. Suasana hening pun menyelimuti mereka berdua. Hingga akhirnya Cloud angkat bicara dan mengajak Aline untuk berdansa dengannya.
Kini aktivitas mereka berdua diperhatikan oleh Karin, Denis, dan Zero yang saat itu tengah berada dibawah. Mereka antara percaya dan tidak percaya tentang apa yang kini tengah mereka saksikan. Tentu saja, kini beberapa pasang mata mereka melihat dengan mata milik mereka sendiri apa yang tengah terjadi diatas balkon itu. Karena mereka pikir, tidak biasa-biasanya Cloud mau berdansa dengan seorang gadis. Apalagi itu adalah Aline yang baru saja dikenalnya beberapa hari yang lalu.
“Hey, kau lihat kau lihat itu kan !, aku tidak bermimpikan ?” Tanya Denis.
“Ha iya...iya, tidak salah lagi itu Cloud dan....” Kata Zero terpotong oleh Karin.
“Aline, ya tidak salah lagi itu dirinya. Tapi, bagaimana bisa....., ini tidak bisa dipercaya.” Kata Karin terperangah.
“Ya, sudah bertahun-tahun aku berteman dengan Cloud, dan sudah bertahun-tahun pula aku bersahabat dengan Cloud. Namun, baru kali ini aku melihat Cloud seperti itu. Sungguh tidak bisa dipercaya. Apakah ramalan yang dikatakan ‘Oracle’ itu benar. Bahwa suatu saat sang pangeran yang hatinya sudah lama tidak mendapatkan secercah cahaya dari sang surya, kini akan mendapatkan kembali cahayanya oleh seorang anak dalam ramalan dunia cermin. Dan itu berarti......” Jelas Denis.
“Dan itu berarti adalah Aline. Ini semakin aneh saja.” Sahut Karin.
“Tapi itu belum tentu. Kita tunggu saja nanti, apakah hal itu akan benar-benar terjadi ?” Balas Zero.
Namun, tiba-tiba saja sebuah alaram milik seluruh anggota Xerro 14 yang sedang berada di ruangan itu berbunyi kecuali Aline. Karena, ia belum sempat untuk mendapatkan barang itu. Dan itu pertanda jika mereka harus segera kembali ke dunia cermin karena ada situasi darurat.  Termasuk dengan Cloud dan Aline. Kini Cloud memutuskan untuk mengajaknya kedalam dunia cermin karena dirasa, semua keadaan sudah membaik. Dan cepat atau lambat mereka pasti akan membutuhkan Aline.
Disini Aline nampak kebingungan. Tentu saja karena tiba-tiba Cloud meminta Aline untuk memegang tangannya dan seketika itu juga mereka pun berpindah dimensi. Ya, kejadian ini sama persis ketika Sirius tengah mengajakk Aline ketempat tinggal Sirius. Dan disini Aline juga nampak kebingungan. Dan itu terlihat jelas sekali di raut wajahnya ketika kedua kakinya sudah menginjakkan di dunia cermin.
“Hey. Kenapa kau tidak menggunakan portal itu ?” Tanya Aline.
“Terlalu lama. Jika kita harus menggunakan portal. Aku akan menyerahkanmu pada Karin. Karin !” Kata Cloud sembari memanggil Karin.
“Hn, baik aku tahu maksudmu.” Jawab Karin seolah tahu akan apa yang akan dikatakan Cloud nanti.
“Sekarang al, ikut aku !”
“Kemana ?”
“Ke tempat yang aman, bersama Kakek Karim.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan