Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

"Behind The Mirror" Chapter 4

’Siapa dia ?’ Batinnya dalam hati. “Ehem....” Suara deheman salah satu sahabatnya itu berhasil membuyarkan lamunannya. ”Ada apa antara kau dan pria yang kau tabrak kemarin itu ?, diam-diam kau menyukainnya ya ?” Tanya Ica dengan nada jahil. ”Hah, apa ?, menyukainya ?, ahaha absolultly not !, dan kau tahu aku baru saja mengenalnya kemarin masak tiba-tiba aku menaruh hati padanya !” Bantahnya dengan memberi penekan-penekan pada beberapa kata diantaranya. ”Wow, kau sudah mengenalnya ya ?, wah bagus itu !, siapa namanya ?” Tambah Ica dengan nada menggoda. ”Ah sudahlah jangan menggangguku terus bodoh !, dia Cloud.” ”Hey kalian ini, sudahlah !, jangan ribut, makan-makanan kalian !, sebelum bel berbunyi !” Seru Lia. ”Btw, aku udah dapet info dari si cowok itu lho, dia emang cukup populer sih. Tau gak dia di juluki apa, dia adalah ’Pangeran Es’ di IIHS. Kenapa begitu, karena konon katanya, sifatnya itu dingin sekali. Bahkan dapat membuat para gedis beku olehnya. Astaga.” Jela

"Behind The Mirror" Chapter 3

Tak terasa, waktu semakin cepat berlalu. Kini sang surya telah menenggelamkan dirinya sejak 30 menit yang lalu. Dan waktu pun telah menunjukkan pukul 1 8 .30. Makan Malam !. Ya, itu merupakan 2 kata yang sangat disukai oleh para penghuni asrama ini. Semuanya berkumpul menjadi satu pada saat makan malam tiba. Mulai dari Kepala sekolah (itu pun kalau hadir), guru, staf, murid-murid dari kelas 1-3, semua berkumpul menjadi satu. Para murid segera berjalan berbondong-bondong menuju ruang makan yang super luas. Disana sudah tersedia meja makan yang super panjang menyerupai meja-meja makan yang ada di film “Harry Potter”. Tak hanya itu, makanan yang di sajikan pun beragam. Para murid bebas mengambil pilihan makanan mereka di meja khusus sajian makanan. Sungguh makan malam yang luar biasa. Ini merupakan tahun pertama yang istimewa bagi Aline dan ke-2 kawannya berada di ‘Boarding School’ ini. Mereka bertiga pun melangkahkan kakinya menuju sebuah meja dimana kelompok kelasnya berada, d

"Behind The Mirror" Chapter 2

Tak lama kemudian bel tanda habisnya istirahat berbunyi. Mereka bertiga pergi beranjak dari tempat mereka duduk. Kini mereka harus pergi ke kelas musik. Desiran angin hari itu mengiringi langkah kaki mereka bertiga. Dingin. Ya, kota itu kini telah memasuki musim penghujan. Krieett..., suara decitan pintu ruangan musik menggema di seluruh ruangan. Mendandakan ada seseorang yang sedang memasuki ruangan itu. Dia adalah Mrs. Lola Puffy guru seni musik yang baru tahun ini mengajar di sekolah ini. Tanpa panjang lebar, para murid langsung disuruh untuk mengambil alat musik yang ingin mereka pelajari. Tak terkecuali dengan Aline dan kawan-kawan. Aline memilih untuk mengambil biola putihnya yang selalu di titipkan di ruang musik itu. Lia pun sama, hanya Ica yang memilih untuk bermain piano. “Aku, ambil biolaku dulu ya ?” Pamit Aline dan Lia pada Ica, yang sudah terduduk di kursi pianonya. “Nah, anak-anak, kita akan mempelajari suatu permainan orkestra musik, dan kita akan memainkan l

"Behind The Miror" Chapter 1

Behind The Mirror : “The Signal Of Two Dragon” Suatu kejadian yang mungkin tak akan bisa terlupakan untuknya adalah tentang kejadian-kejadian aneh beruntun yang sedang menimpa dirinya. Entah mengapa seolah sesuatu telah merubah dirinya sepenuhnya. Sedangkan sosok yang tengah mengalami kejadian tersebut hanya bisa terdiam dan berpikir bahwa dirinya adalah orang aneh. Dia adalah Aline Devina Alexander. Panggil saja dia Aline, di setiap malam nan dingin, entah mengapa ia selalu bermimpi aneh dan itu tampak nyata baginya. Ia seolah berada di sebuah dunia yang sangat indah, mungkin belum terjamah oleh tangan-tangan kotor manusia, walaupun ia rasa dunia ini berpenghuni tapi mereka selalu menjaganya dengan kedamaian.Sebuah cahaya nan terang benderang menuntun langkahnya untuk terus berjalan mengarungi dunia itu. ’Indah sekali...’ Begitu batinnya. ‘S emuanya seolah tertata rapi’. Tambahnya lagi. Ia berjalan dan terus berjalan sampai pada akhirnya ia melihat segerombolan a