Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 14

Sesaat setelah makan malam usai, Aline teringat akan janjinya pada Karin kala itu. Setelah berpamitan pada kedua sahabatnya Aline langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya di dalam kamar asrama. Setelah berjalan beberapa menit ia tiba di depan sebuah kamar asrama bernomor 231. Kemudian ia mulai mengangkat sebelah tangannya dan mulai mengetuk pintu kamar tersebut. Sesaat kemudian keluarlah seorang gadis bermata sipit dan tampaknya dia adalah keturunan tiong hoa.
“Ada apa kamu datang malam-malam begini ? ada yang bisa saya bantu ?” Tanya gadis berkulit kuning langsat tersebut.
“Um.....Karin ada di dalam ?”
“Dia baru saja keluar. Ada apa ? kau mau titip apa ke dia ?”
“Ah tidak, aku hanya ingin bertemu dengannya saja, kira-kira dia kemana ?”
“Tadi dia sih bilang ke aku kalau dia sedang ingin menenagkan pikirannya di atap asrama.” Jelas gadis tiong hoa itu.
“Baiklah, terimakasih.” Kata Aline sambil membungkukkan badannya berkali-kali.
Kini Aline melangkahkan kedua kakinya menuju atap asrama. Terkadang ia merasa sedikit kesal dengan temannya yang satu ini. Ya, bagaimana tidak, dia mengatakan bahwa ia harus bertemu dengannya di kamar asramanya. Dan kini ia malah berada di atap asrama. Mungkin Aline bisa memaklumi hal itu karena, mungkin jika mereka membicarakan hal sepenting itu mengenai dunia cermin dan tentang dimensi aneh yang Aline pernah datangi waktu itu, Karin khawatir jika teman-teman sekamarnya mendengar hal itu.
Kedua kaki Aline sudah menaiki beberapa anak tangga terakhir dan beberapa detik kemudian kedua kaki Aline sudah menginjakkan kaki-kakinya di atas atap asrama. Sama seperti waktu itu, ia melihat Karin sedang berdiri mematung menikmai=ti pemandangan malam yang indah. Terlebih lagi cuaca malam ini sedang bagus, sehingga bintang-bintang diangkasa dapat terlihat dengan jelas.
Aline melangkahkan kedua kakinya mendekati Karin yang tengah berdiri mematung. Sebelum Aline angkat bicara tentang kedatangannya, Karin sudah menyambutnya dengan senyuman khas miliknya.
“Akhirnya kau kemari juga, kupikir kau tidak akan tahu kalau aku disini.” Kata Karin mulai angkat bicara dengan menunjukkan senyuman khas miliknya.
“Ya, awalnya memang begitu, tapi seorang teman keturunan cinamu mengatakan kalau kau ada disini.” Balas Aline sambil berjalan berpindah dan berdiri di samping Karin.
“Sekarang kau katakan padaku, kenapa kau membohongiku tadi sore ?, aku tahu tadi kau tidak pergi untuk berlatih voli. Iya kan ?”
“Hey ! aku tidak berbohong, lagi pula yang mengatakan kalau aku sedang berlatih voli kan bukan aku, tapi temanku. Dan bagaimana kau bisa tahu kalau aku sedaang pergi, huh ? kau menguntitku ?” Balas Aline
“Mengungtit ? Hahahaha. Untuk apa aku menguntitmu ? seperti tidak ada pekerjaan lain apa. Kau tahu aku sampai mencarimu ke dunia cermin. Lalu, kau kemana kalau kau tidak ada di dunia cermin ?”
“Huh. Kau ini bagaimana sih, kau sendiri yang mengatakan kalau sementara ini aku tidak boleh ke dunia cermin, ya tentu saja aku tidak ada disana. Baiklah, jadi aku pergi untuk berlatih. Tadinya aku ingin pergi berlatih ke dunia cermin , lalu aku teringat dengan kata-katamu malam itu. Dan, kau masih ingat Sirius ?”
“Sirius ? ya, anima milikmu kan ?”
“Ya, kemudian dia mengajakku ke sebuah dimensi aneh. Dan ternyata itu adalah dunia miliknya, tempat tinggalnya selain di lembah para anima di dunia cermin. Kemudian aku berlatih disana, dengan bantuan Sirius tentunya.” Jelas Aline.
“Jadi begitu. Kau tahu, aku tidak boleh kehilangan dirimu, jika sampai aku kehilangan dirimu al, aku akan mendapatkan hukuman dari para tetua. Jadi, kau ikut tidak untuk pesta besok malam ?”
“Pesta ? ah maksudmu pesta untuk liburan akhir tahun ?” Tanya Aline memastikan.
“Ya, tentu saja. Jadi siapa yang akan kau ajak ?”
“Yang akan aku ajak ? apa maksudmu ? tentu saja aku akan megajak Ica dan Lia.” Jelas Aline.
“Maksudku siapa yang akan kau ajak sebagai pasanganmu?”
“Pasangan ? memangnya harus begitu ya ? jujur saja aku tidak terlalu suka jika harus ada pesta seperti itu. Hahahaha.” Jawab Aline sembari tertawa.
“Oh begitu, baiklah.”
“Um....Karin, kurasa aku harus kembali ke asramaku. Aku tidak mau diinterogasi lagi oleh kurcaci-kurcaci pengganggu itu. Hahahaha. Selamat tinggal sampai bertemu besok.” Kata Aline sambil berjalan perlahan meninggalkan Karin.
“Ya, sampai jumpa besok.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan