Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 12

Ini adalah hari dimana menjelang hari liburan natal sekaligus liburan tahun baru bagi murid Indonesian International High School. Beberapa murid diantaranya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Terlebih lagi bagi mereka sekumpulan anak yang bergabung dalam OSIS sebuah organisasi sekolah. Mereka pasti akan sangat sibuk untuk mempersiapkan sebuah pesta maha dahsyat untuk sebuah perpisahan liburan mereka. Dan mungkin beberapa diantaranya hanya mindar-mandir kesana-kemari untuk mencari informasi tentang nilai tes semester mereka. Termasuk diantaranya adalah Aline beserta ketiga temannya ditambah dengan Lisa teman sebangkunya.
“Kau sudah dapat tandan tangan guru berapa banyak lis ?” Tanya Ica yang tengah berjalan sembari membawa secarik kertas mata pelajaran yang memiliki beberapa tanda tangan disana.
“Em....berapa ya..... 1...2...3...4. Baru 4, mungkin akan nambah lagi kali. Hehehe.” Jelas Lia dengan memberikan senyuman lebarnya.
“Hus !. Jangan ngomong kaya gitu !. Memangnya kamu nanti mau liburan dapet tugas banyak gara-gara remid lis ?” Kata Aline.
“Um..., sebenarnya tidak mau sih. Hehehe.” Balasnya.
“Hey Aline ! come here for a little while.” Kata Mr. Thompson dari kejauhan.
“Yes. What wrong Mr. Thompson ?” Jawab Aline sambil berjalan mendekati Mr. Thompson.
“Ok. Congratulation Aline I’m so proud of you. You become the student who has a good mark in the english subject in your class. And not only you who has a good mark. But Lia you have a good mark too. And for you Ica, jangan lupa untuk terus belajar. Remember english is not difficult as you think.” Kata Mr. Thompson dengan aksen Inggrisnya.
“Oh really, sir  ?” Tanya Aline terkejut.
“Yes, if you don’t believe me you can check it out by your selves.” Kata Mr. Thompson dengan menyerahkan secarik kertas ulangan milik Aline.
“Whoa. I can’t believe it.”
“Sekarang, saya minta tolong untuk bagikan hasil ini ke teman-temanmu, ok ?” Kata Mr. Thompson masih dengan aksen Inggrisnya yang kental.
Setelah Mr. Thompson memberikan beberapa kertas ulangan yang tentunya sudah diberi nilai kepada Aline, Aline beserta kawan-kawannya langsung pergi melenggang ke kelasnya. Tentunya setelah ia mengucapkan salam perpisahan kepada Mr. Thompson.
Seperti biasa, ketika mereka bertiga sudah menginjakkan kedua kaki mereka di dalam kelas, keramaian kelas khas kelas Aline menyambut mereka bertiga. Dan kemudian, Aline langsung membagikan kertas-kertas itu kepada teman sekelasnya, dan mengumumkan jika ada dari teman sekelasnya yang mengulang maka mereka harus segera pergi ke kantor Mr. Thompson untuk meminta tanda tangan serta meminta soal untuk dikerjakan ulang. Hm.., dan sepertinya bagi mereka yang mengulang sungguh sangat beruntung sekali karena, tidak banyak guru dari Sekolah Indonesian International High School memberikan remidi ulangan semester.
“Huh...., 2 hari lagi orangtua kita akan menerima hasil ulangan semsteran kita semua. Kira-kira apa yang akan di lakukan orangtuaku ketika mereka menerima hasil belajar kita selama semster 1 ini ya ? huh kuharap tak ada predikat ‘E’ di kertas itu.” Kata Lia khawatir.
“Hey al !, you know the subject in Indonesian I think so difficult, dan percayalah di Amerika pelajarannya tak sesusah ini.” Kata Nick dengan menggunakan aksen Amerikanya.
“Hah, kau ini bagaimana sih, tentu saja. Kurikulum disana dengan disini kan beda.” Jelas Aline.
Di dalam hutan dekat sekolah, Aline memutuskan untuk berdiam diri sejenak disana. Ia berusaha untuk menenangkan pikirannya sejenak dan pergi darikesibukan yang selama ini ia jalani. Di pinggiran sungai itu ia terduduk diatas sebuah batu besar dan memejamkan matanya. Ia membiarkan terpaan angin sore menerpa dirinya dan membuat suara-suara gesekan dedaunan yang dapat merelaksasikan pikirannya. Serta suara gemericik air sungai menambah nyamannya suasana.
Aline pun membiarkan rambut bergelombangnya tergerai dan bergerak melambai-lambai karena terpaan angin kala itu. Hingga akhirnya gadis itu memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan merapihkan celananya. Dan tanpa disadari Sirius anima miliknya muncul secara tiba-tiba. Namun, hal itu tidak membuat Aline terkejut sedikit pun. Sirius hanya berdiri di balik punggung Aline dan menemaninya menikmati suasana sore kala itu.
“Hm....indah bukan.” Kata Aline sambil tersenyum simpul dan menatap pemandangan di depannya.
“Ya, ternyata beginilah dunia manusia. Dan harus aku akui dunia manusia memang indah.” Jawab Sirius yang masih berdiri mematung dibalik punggung Aline.
“Kau tahu, sudah lama aku ingin kesini, tapi itu baru terlaksana sekarang. Dan...., aku sangat ingin berlatih dan mengasah kemampuan baruku disini. Tapi, itu tidak bisa kulakukan, karena itu akan mengganggu penghuni asrama, dan mereka akan tahu tentang kau bahkan tentang kekuatanku.” Jelas Aline.
“Hm...., kenapa kau tidak ke dunia cermin saja ?”
“Sementara ini, aku tidak diijinkan untuk berada di dunia cermin karena, situasi disana sedang memanas. Mereka khawatir anak buah Medussa akan menangkapku dan mungkin akan membunuhku. Dan kata Karin, aku masih belum siap untuk menghadapi situasi seperti itu, aku masih butuh latihan untuk menguatkan diriku.” Jelas Aline.
“Baiklah jika begitu, aku akan mengajakmu kesuatu tempat. Tapi sebelumnya, peganglah pundakku dan jangan dilepaskan.” Perintah Sirius padanya.
“Baiklah.”
Seketika itu juga Aline dan Sirius sudah hilang dari pandangan. Sedetik kemudian sampailah mereka pada sebuah dunia aneh yang sebagian besar dipenuhi oleh es dan air serta beberapa gunung yang mengelilinginya. Kesan pertama Aline ketika sampai disini adalah rasa pening dikepala yang sangat dahsyat, mungkin itu adalah efek dari pemindahan dimensi yang dilakukan oleh Sirius padanya.
Aline pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Dimanakah dirinya sekarang ini berada ?. Sejauh mata memandang tempat ini sepi sekali. Tak ada hewan-hewan apalagi manusia disana. Dan yang tampak hanyalah hamparan rumput yang diselingi oleh salju putih serta beberapa pepohonan besar yang menjulang tinggi. Disamping rerumputan itu terdapat sebuah danau yang sangat indah dan luas. Bahkan mungkin satu-satunya orang yang ada hanya Aline dan anima miliknya yaitu Sirius.
“Aduh. Kepalaku pusing sekali. Sebenarnya tempat apa ini ?” Tanya Aline sembari memegangi kepalanya.
“Kau mungkin masih beruntung, karena dulu aku pernah mengajak seseorang kemari dan dia pingsan. Hahahahaha. Lucu sekali. Ini adalah tempat aku bisa beristirahat dengan tenang. Mungkin bisa kusebut ini adalah duniaku.”
“Ha, apa ?, tapi disini tak ada orang dan juga tidak ada hewan.”
“Siapa bilang ?, dibalik gunung itu adalah tempat keluargaku tinggal. Dan perlu kau ketahui tempat ini berada di dalam rasi Bintang Aquarius.”
“Apa ? ini tidak mungkin, jadi kau berasal dari Rasi Aquarius ?”
“Ya. Dan jangan bertanya lagi, saatnya kau berlatih.”
“Baiklah.” Katanya singkat.
Seketika itu juga, Sirius menggunakan ilmu sihirnya untuk memunculkan sesuatu untuk dijadikan lawan Aline. Namun, tanpa disadari oleh Aline, ternyata sesuatu yang harus ia lawan adalah beberapa robot raksasa yang memiliki tinggi sekitar 4 meter. Ia pun kaget bukan main. Namun, ia tidak ingin terus-terusan tenggelam dalam rasa terkejutnya. Dan Aline pun sempat bingung, apa yang harus ia lakukan untuk mengalahkan robot itu. Tanpa pikir panjang ia langsung melompat tinggi dan melepaskan pukulan kerasnya dan tepat mengenai kepala robot pertama. Dan apa yang terjadi ?. Ya, kepala robot itu berhasil terlepas dari tubuhnya.
“Yay  !, aku berhasil. Hahaha !. Tapi aw....., tanganku. Huhuuhuhu.” Kata Aline penuh kemenangan sekaligus merasa kesakitan akan tangannya.
“Aline awas !!!” Teriak Sirius untuk menyadarkan Aline dari serangan robot kedua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan