Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 13

Sementara Aline sibuk berlatih, kedua sahabat Aline tengah sibuk mencarinya. Dari mulai kelas yang sudah tak berpenghuni, hingga setiap koridor-koridor kelas, dan berakhir di dalam kamar asrama mereka. Mereka berdua berulang kali mencoba untuk menelfon sahabat mereka namun, Aline tetap tidak mengangkat telfonnya sedikit pun. Hingga Ica menemukan sebuah suara mirip dengan nada incoming call telfon seluler milik Aline.
“Aduh, Aline kenapa tidak mengangkat teleponnya sih.” Gerutu Lia.
“Sst tunggu, aku mendengar sesuatu.” Kata Ica sambil berjalan mengikuti suara yang didengarnya. Hingga pada akhirnya ia menemukan handphone milik Aline tergeletak di atas meja belajar.
“Ini kan Hpnya Aline, pantas saja dari tadi kau telpon dia tidak mengangkat. Tapi tidak biasa-biasanya dia seperti ini. Iya kan li ?”
“Iya, kau benar, biasanya ia selalu membawa HPnya kemana saja. Ini nih salah satu kebiasaan buruk Aline, pergi gak ngasih kabar, huh.” Kata Lia kesal.
“Hm....., coba kita tanya Karin, mungkin dia tahu dimana Aline berada.” Usul Ica.
“Baiklah.”
Kedua gadis itu pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kamar asrama mereka dan pergi menuju kamar asrama Karin berada tapi, setelah ia mengunci dan menutup rapat kamar asrama mereka. Sesampainya disana kedua gadis itu langsung menanyakan tentang keberadaan Aline. Namun, sama seperti Ica dan Lia, Karin tidak mengetahuinya. Dan mendengar hal itu sesuatu terlintas dipikiran Karin kala itu. Karin pun langsung berlari keluar kamar dan meninggalkan kedua gadis itu sendiri.
Melihat hal itu kedua sahabat Aline itu hanya bisa terduduk lemas di sebuah kursi depan kamar Karin. Mereka tak tahu harus kemana lagi mereka mencari. Sedangkan disisi lain, Karin kini berada tepat di depan portal penghubung dunia ini dan dunia cermin. Ia beranggapan bahwa kini Aline berada di sana.
Di tempat Aline berlatih, Aline berhasil menghindar dari tembakan sinar laser robot itu. Namun, ditempat Aline berdiri saat ini, sudah ada dua robot raksasa menghadangnya.
“Baiklah, aku tidak bisa terus-terusan meninju kalian semua dengan tanganku. Bisa-bisa tanganku patah jika harus meninju kalian semua. Hahaha.” Kata Aline sembari tertawa.
Kemudian Aline memutuskan untuk menggunakan ilmu apinya untuk menghabisi kedua robot besar itu. Aline langsung menggunakan apinya untuk menyelimuti seluruh tangannya, dan segera membuat sebuah lingkaran api yang mengitari dirinya. Setelah itu kobaran api itu ia semprotkan mengitari kedua robot besar itu. Terlebih lagi ia menggunakan api birunya sebagai senjata pemusnah robot itu.
Tak lama setelah itu sebuah machine gun raksasa telah berada di belakang Aline dan bersiap untuk menembaknya. Terlewat satu detik saja ia tidak bergerak, maka habislah riwayatnya kala itu. Dengan gerakan secepat kilat Aline menghindar dan menggunakan ilmu sihirnya untuk mengeluarkan 2 buah senjata ‘Laser Beam’ yang kini sudah berada di kedua tangannya. Dengan melakukan gerakan melompat setinggi robot raksasa itu ia mulai menembaki robot itu. Namun, hal itu tidak membuat robot didepannya itu tidak tumbang juga. Akhirnya Aline memutuskan untuk melakukan tendangan maut miliknya dan terlepaslah kepala robot besar itu. Sedetik kemudian terjadilah ledakan yang sangat dahsyat karena terjadinya korsleting yang serius dari robot itu.
Melihat semua robot yang dilawannya telah musnah hatinya pun merasa lega sejenak. Namun, perasaan itu tidak lebih dari beberapa menit. Beberapa menit setelah ledakan itu, muncullah serangkaian robot-robot terbang dari balik kobaran api. Whuuss...Whusss.....Duarr....Duarrr. Begitulah suara yang ditimbulkan dari robot-robot terbang itu. Aline sudah kehabisan ide untuk melawan mereka.
Kemudian Aline mengalihkan pandangannya kearah Sirius dan menyuruhnya untuk membantu Aline terbang mengalahkan robot-robot terbang itu. Sirius mulai merentangkan kedua sayap besarnya. Dan kini Sirius sudah berada di angkasa meliuk-liuk dengan lincahnya. Dengan gerakan lincahnya, Sirius berhasil menghindar dari serangan demi serangan yang dilontarkan oleh beberapa robot terbang itu.
Aline memerintahkan Sirius untuk menggunakan api birunya. Mendengar hal itu, Sirius langsung mengeluarkan sebuah bola api biru raksasa dari mulutnya dan mengarahkannya kepada robot-robot terbang itu. 3 buah robot berhasil jatuh terkena serangan Sirius. Kini anima terbang itu berusaha untuk mengecoh robot itu dengan gerakannya yang sulit terbaca. Hingga akhirnya kedua robot yang mengejar Sirius dan Aline bertabrakan dan ‘BOM !’ meledak. Tersisa 2 buah robot yang mengejar Aline beserta Sirius. Setelah itu Aline memerintahkan Sirius untuk menggunakan kekuatan sihirnya untuk memindahkan 2 buah robot itu tepat di depan sebuah gunung batu yang ada di sana. Beberapa detik kemudian terdengarlah suara ‘BOOMM.....DUARR....!!!’. Namun, serpihan-serpihan besar dari robot itu berhasil mengenai Aline, dan akhirnya ia pun terjatuh dari punggung Sirius.
“Aw.....aduh....sakit sekali. Kenapa aku bisa terjatuh sih !” Gerutu Aline sembari bangkit dari jatuhnya.
“Kau tak apa ?”
“Aw....tampaknya tulangku ada yang patah.” Kata Aline setelah mendengar suara ‘Kretek’ dari pinggangnya.
“Tidak ada yang patah, hanya kesleo.” Jelas Sirius.
Sedangkan di dunia cermin Karin masih sibuk mencari Aline. Karena Karin tidak mau membuat semua yang ada di dunia cermin khawatir, Karin memutuskan untuk tidak mengatakan pada siapa pun tentang hilangnya Aline. Namun, pencarian Karin tidak membuahkan hasil dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke asramanya. Sempat ada pemikiran buruk di dalam pikirannya, tapi kemudian ia membuang jauh pikiran itu. Karena ia yakin Aline tidak mungkin diculik oleh kwanan Medussa.
Di dalam kamar Angela teman sekelas Ica dan Lia, mereka berdua menanyakan tentang Aline. Namun, Angela juga tidak mengetahui dimana Aline berada. Gadis berkebangsaan Inggris ini mengatakan ia terakhir bertemu dengan Aline pada waktu ia berpapasan dengan Aline di taman sekolah 3 jam yang lalu.
“Aku ingin kembali sekarang Sirius. Aku sangat lelah sekali.” Kata Aline lemas.
“Baiklah .”
Kini kedua sosok itu telah pergi meninggalkan dimensi itu. Dan kini kedua sosok itu telah kembali di tempat semula. Aline memutuskan untuk segera kembali ke dalam asrama karena ia tidak mau membuat kedua sahabatnya khawatir. Setelah Aline berjalan kembali ke asramanya, Sirius pun menghilang. Pada saat Aline berjalan di koridor-koridor asrama, kedua sahabat Aline menemukannya. Dan pada saat itu juga Ica dan Lia langsung memeluk Aline dengan senang.
“Aline !!!, aku senang akhirnya kau kembali.”
“Yah....” Katanya singkat.
Aline berusaha untuk beristirahat sejenak di sebuah sofa kamar asramanya. Dia menghela nafas sejenak dan berusaha untuk memejamkan matanya. Ia berusaha untuk mengumpulkan kembali serpihan-serpihan tenaganya yang tadi telah terbuang karena telah berlatih keras. Hingga akhirnya kedua sahabatnya itu berhasil mengganggu istirahatnya sama seperti waktu itu.
“Aline kau tidak apa-apa ? kau tampak lelah.” Kata Lia.
“Ya,  aku memang sedang kelelahan.” Balasnya sambil menghela nafas panjang.
“Kau mau ku ambilkan minum al ?” Tawar Lia.
“Tidak. Tidak. Aku tidak mau merepotkan kalian.”
“Tak apa, aku akan membawakannya secepat kilat. Hehehehe. Santai saja.” Balas Lia memaksa.
“Al. Kenapa kau ini selalu saja menghilang tanpa kabar ? kau menyembunyikan sesuatu dari kami lagi ?” Tanya Ica tampak dengan nada menginterogasi.
“Hah...., pasti kau akan menanyakan hal ini. Baiklah, aku tadi pergi karena aku sedang ingin berlatih.”
“Berlatih ? untuk apa ? untuk pertandingan voli antar kelas besok ?” Tanya Ica lagi.
“Ha ! benar ! benar !, ya aku berlatih untuk itu. Hehehe.” Jawabnya berbohong.
“Ini minumanmu datang. Hehehehe.” Kata Lia sembari membawa nampan berisikan 3 buah jus jeruk segar.
“Terimakasih.” Balas Aline singkat. Tak lama terdengar suara ketukan pintu kamar asrama mereka. Dan itu pertanda seseorang ingin datang berkunjung kemari. Gadis berambut ikal yang sering dipanggil Ica itu memutuskan agar dirinya yang membukakan pintu. Tak lama setelah pintu terbuka, terlihatlah sesosok gadis berambut pirang panjang yang dipanggil dengan nama Karin.
“Bagaimana dia sudah.....” Tanpa melanjutkan kata-katanya, mata gadis itu menuju pada sesosok gadis yang tengah duduk dan bersandari di sofa. Ia pun langsung memeluk Aline dengan senangnya.
“Aline kupikir kau benar-benar hilang. Aku senang kau sudah kembali. Kemana kau selama ini ?” Tanya Karin dengan nada khawatir.
“Um....”
“Dia tadi sedang berlatih untuk pertandingan voli antar kelas besok.” Jelas Ica.
“Apa ?!, kapan kau....”
“Hehehehe. Sudahlah, sekarang kau keluar aku ingin sekali beristirahat kali ini oke ?” Kata Aline sambil membawa Karin keluar kamar asramanya.
“He ? apa maksudmu ? kau berbohong.” Bisiknya.
“Sudahlah. Da...da...selamat tinggal kita ketemu nanti ya ?” Balas Aline.
“Hm....Temui aku di asramaku setelah makan malam ! jangan terlambat !” Seru Karin dari kejauhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan