Langsung ke konten utama

"Behind The Mirror" Chapter 3



Tak terasa, waktu semakin cepat berlalu. Kini sang surya telah menenggelamkan dirinya sejak 30 menit yang lalu. Dan waktu pun telah menunjukkan pukul 18.30. Makan Malam !. Ya, itu merupakan 2 kata yang sangat disukai oleh para penghuni asrama ini. Semuanya berkumpul menjadi satu pada saat makan malam tiba. Mulai dari Kepala sekolah (itu pun kalau hadir), guru, staf, murid-murid dari kelas 1-3, semua berkumpul menjadi satu.
Para murid segera berjalan berbondong-bondong menuju ruang makan yang super luas. Disana sudah tersedia meja makan yang super panjang menyerupai meja-meja makan yang ada di film “Harry Potter”. Tak hanya itu, makanan yang di sajikan pun beragam. Para murid bebas mengambil pilihan makanan mereka di meja khusus sajian makanan. Sungguh makan malam yang luar biasa.
Ini merupakan tahun pertama yang istimewa bagi Aline dan ke-2 kawannya berada di ‘Boarding School’ ini. Mereka bertiga pun melangkahkan kakinya menuju sebuah meja dimana kelompok kelasnya berada, dan segera membuang pantat mereka masing-masing diatas kursi kayu yang sudah tersedia. Setelah sang kepala sekolah memimpin doa, mereka pun langsung menyantap hidangan yang ada dengan buasnya.
‘Bukankah itu Cloud ?, kenapa dia tidak ikut makan ?, apakah…..’ Belum sempat ia mengucapkan kata terakhir di pikirannya, Ica sudah menyenggol lengan Aline dan berkata.
“Hey !, ada apa Al ?, kau sedang melihat apa ?” Tanya Ica yang sedang menelusuri pandangan temannya ke arah pintu masuk ruang makan.
“Hehehe, tidak hanya saja…..” Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, Aline pun kaget ketika ia menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk. Betapa kagetnya ia ketika tanpa disadari Cloud sudah menghilang dari pandangan.
“Hanya saja apa ?” Tanya Ica lagi.
“Ah hahaha tidak, tidak jadi.” Katanya sambil menolehkan kepalanya lagi ke arah mereka ber-2.
Ketika semuanya sedang asyik-asyiknya melahap makanan mereka dengan buasnya. Aline memilih untuk memutar ulang kejadian tadi. Ia mencoba untuk mengumpulkan semua memori yang ada untuk segera diputar dalam kepalanya.
‘Aneh…aneh sekali, Cloud, kenapa ia tidak mengikuti makan malam ini ?, sebenarnya siapa dia ?’ Pikirnya.
“Hey Aline….haloo…, kau sedang melamun ya ?” Tanya Lia sembari melahap makanan yang masih ada di mulutnya.
“Ah tidak kok !, hehehe.” Katanya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tentu saja tidak gatal.
“Hah !, kau ini aneh sekali. Cepat segera habiskan makanan mu !, kita harus cepat-cepat mengerjakan tugas kita.” Jelas Ica yang masih berusaha menghabiskan jatahnya.
“Huh, aku sudah selesai dari tadi malah, dan kau tahu, aku menunggu kalian !” Jawab Aline ketus dan menjulurkan lidah seraya mengejek ke arah mereka ber-2.
Selesai makan, mereka bertiga pergi melangkahkan kaki mereka ke arah asrama. Mereka segera menambah laju speed mereka mengingat mereka masih memiliki tanggungan tugas matematika dari Mrs. Yuna. Sesampainya disana, mereka ber-3 segera menyusun jadwal untuk keesokan harinya.
“Nah, sekarang aku tagih janji kalian !, aku pinjam PR mu ya Li, hehehe.” Kata Aline santai.
“Hahaha, oke…oke…, ini.” Jawab Lia sembari mengobrak-abrik isi tas merahnya.
Jam telah menunjukkan pukul 20.30 malam. Cerahnya sinar rembulan dan merdunya suara hewan-hewan malam menemani mereka bertiga. Tiba-tiba saja rasa dahaga mendera salah satu teman Aline yang berkulit sawo matang dan berambut panjang diikat. Dialah Ica.
“Al, apa kita masih punya air ?, aku haus.” Katanya.
“Hm…, seingatku di lemari es masih ada 2 botol besar, penuh lagi.” Jelas Aline.
“Hn.., baiklah aku akan mengambilnya.” Jawab Ica sambil mengangkat kaki dari tempat ia duduk bersila.
“Hey al !, nanti aku contekin PR fisika ya ??, hehehe.” Katanya sembari menunjukkan wajah memelas.
“Ah….oke…oke.”
“Haloo, semua !, I’m back, haduh lega sekali rasanya setelah minum.”
Tepat pukul 9 malam mereka menyelesaikan kegiatan belajar mereka dan segera membereskan semuanya. Dari mulai buku, pensil, penghapus, bungkus jajan, dan semuanya mereka rapikan. Setelah merasa lelah dan dihinggapi rasa kantuk. Mereka ber-3 segera merebahkan diri mereka masing-masing di atas kasur empuk yang sudah tersedia.
“Hoah…, aku ngantuk sekali, selamat tidur semua !” Kata Lia sambil meregangkan otot-ototnya di atas kasur.
‘CKLEK’. Begitulah suara terakhir yang di timbulkan mereka karena mematikan lampu. Satu jam telah berlalu, kini ke-3nya sudah tidur dengan nyenyaknya. Namun, tiba-tiba saja sesuatu mengganggu pikiran Aline. Tanpa disengaja ketika ia menolehkan kepalanya ke arah jendela yang berada di sampingnya, terlihatlah sebuah siluet berbentuk manusia sedang berdiri di atas sebuah cabang pohon dan seperti sedang memperhatikannya dari sana.
Ketika ia hendak menolehkan kepalanya lagi ke arah jendela seraya untuk melihat siluet itu, tiba-tiba siluet itu hilang dengan sendirinya. Merinding, penasaran, ngeri, semuanya bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya.
Ia pun memutuskan untuk melihat situasi di  atas balkon kamarnya. Dia melihat sekeliling berusaha untuk mencari kemana perginya siluet hitam itu. Namun, ketika ia melihat sekeliling apa yang di dapat olehnya ?. Hanyalah cerahnya sinar rembulan dan nyanyian hewan-hewan malam yang merdu.
‘CRACK’. Tanpa disadari Aline pun terjatuh dari atas balkon kamarnya yang berlantai 3. Reflek, dia pun memancatkan salah satu kakinya di balkon bawah lantai 3 dan memberi sedikit dorongan dan tekanan pada salah satu kakinya itu. Tapi, entah ada kekuatan darimana ia bisa melompat sangat tinggi dan seolah bisa mengendalikan situasi yang di hadapinya kala itu. Tiba-tiba saja ia pun sampai di atap asrama putri.
Aline pun berusaha untuk menarik nafasnya dalam-dalam seraya untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Ia mencoba untuk mengumpulkan kembali segala memorinya yang ada, yang kemudian akan di putar ulang oleh otaknya seperti film-film bioskop.
‘Aneh, kenapa tiba-tiba aku bisa….’ Sebelum ia melanjutkan kata-katanya di dalam kepalanya. Tiba-tiba seseorang berbicara di belakang punggungnya.
“Hm…pemandangan disini indah, bukan ?” Tanya seorang gadis berambut panjang lurus sebahu.
“Ah..iya..” Jawab Aline menoleh kepada wanita di belakangnya itu.
“Aku Karin, Karina Venus O’dessa.” Katanya sembari menjulurkan tangannya.
“Aku Aline, Aline Devina Alexander.” Jawabnya sambil menjabat tangan Karin.
“Apa yang kau lakukan di atas atap asrama malam-malam begini Al ?”
“Huh…entahlah, mencoba untuk merasakan angin malam dan merenung, hehehe, kau ?” Jawab Aline dengan menunjukkan cengiran khas dirinya pada gadis yang tengah berdiri di sampingnya.
“Ah…aku biasanya kesini jika aku sedang punya masalah, atau pada saat pikiranku sedang kacau.” Balas gadis yang sedang memakai baju tidur ala putri kerajaan.
Mereka berdua pun menghabiskan 1 jam waktu mereka berada di atap asrama dengan berbincang-bincang. Dinginnya angin malam tidak membuat mereka ingin menyudahi perbincangan ringan mereka. Rambut pirang Karin terus melambai-lambai senada dengan desiran angin yang cukup kencang kala itu. Ditambah lagi suara nyanyian hewan malam yang merdu turut ramai suasana.
Ketika 1 jam telah berlalu Karin memutuskan untuk pergi meninggalkan Aline. Ya, karena kantung-kantung matanya kini sudah bergelambir dan itu pertanda bahwa ia sudah merasa ngantuk dan lelah. Setelah punggung Karin menghilang dari mata Aline, ia mencoba kekuatan yang tak sengaja di perolehnya waktu itu.
Setelah menarik nafas panjang. Ia pun menutup kedua matanya. Dan ia pun melompat dari atas atap asrama putri. Dan apa yang terjadi waktu itu ?. Ya, Aline melompat bagaikan seorang ninja yang sedang beraksi pada malam hari. Ia pun memijakkan kakinya di atas balkon kamarnya, dan kemudian masuk ke dalam kamar.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ini sudah hampir larut malam. Aline pun merasa bahwa badannya sudah letih dan lelah. Apalagi matanya, rasanya sudah sangat berat sekali untuk membuka kedua matanya yang sudah lelah. Ia pun merebahkan dirinya di atas kasur dan tertidur setelah ia mengeluarkan uapan-uapan tanda ia telah mengantuk.
aaa
Malam telah berlalu begitu saja dengan cepat. Kini sang mentari pagi sudah menunjukkan sinarnya diatas langit. Bukan hanya itu, kicauan burung pun menemani munculnya sang mentari dari balik gunung. Udara pagi yang segar masuk kedalam paru-paru Lia dan Ica, kedua teman Aline ini sudah bangun mendahului Aline. Ya, dan bisa dikata mereka adalah orang yang rajin, tidak seperti Aline, yang sangat menyukai tidur.
“Hey Aline !, bangun ini setengah jam lagi kita masuk sekolah !!” Teriak Ica sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aline.
“Apa kau mau kuguyur lagi dengan air seperti kemarin, hah ?!” Kata Lia.
Mendengar perkataan salah satu temannya itu, Aline langsung terbangun dari tidurnya. Dengan menggerutu sebal ke arah mereka berdua ia mengambil handuk dan mulai masuk kedalam kamar mandi.
”Br....dingin sekali airnya !” Katanya sambil keluar dari kamar mandi dengan sudah menggunakan seragam sekolah lengkap.
”Hah...akhirnya selesai juga kau, ayo cepat, nanti kita terlambat !” Seru Ica yang sedari tadi hanya melihat ke arah jam tangan yang di pakainya itu.
”Akh iya...iya...lagi pula ini kan baru jam setengah tujuh, dan aku belum makan bodoh !” Timpal Aline.
”Baiklah, kalau begitu, kita ke kantin dulu.”
”He ?, apa katamu kantin ?, bukankah kita masih punya roti di dalam kulkas ?” Sahut Ica.
”Hehehe. Roti itu sudah kuhabiskan kemarin malam, habisnya sih aku mendadak lapar. Hehehe.” Balas Lia dengan senyum-senyum sendiri.
”Ah sudahlah, ayo cepat kita kesana, keburu masuk lagi.” Tambah Aline.
Setelah merapihkan kamar mereka, mereka bertiga pun pergi berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin Aline melihat lagi sesosok pria berambut coklat yang dikenalnya dengan nama Cloud sedang duduk-duduk santai dengan seorang temannya yang berambut pirang kekuning-kuningan. Seperti biasanya, dimana ada pemuda bernama Cloud itu, pasti ada segerombolan gadis yang mengelilinginya, seolah Cloud adalah madu yang sangat manis sedangkan para gadis itu adalah lebah yang tengah kelaparan akan manisnya madu.
Tunggu !, Rambut pirang kekuning-kuningan ?. Aline mulai memutar balik pikirannya. Ya, tampaknya orang itu tidak asing baginya. Aline pernah bertemu orang itu, tapi dimana ?. Oh great !. Itu adalah orang yang ada di dalam mimpinya 2 hari yang lalu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan