Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 9



aaa
Matahari semakin meninggi dan semakin panas. Segerombolan orang tengah berlatih di sebuah padang rumput hijau yang terbentang luas. Tak jauh dari tempat itu terlihatlah serentetan pegunungan hijau yang membuat indah suasana di tempat itu. Terlihat beberapa anak seumuran dengan Aline tengah berlatih dengan seseorang lelaki paruh baya yang tengah mengenakan jubah putih panjang dan berambut putih panjang juga.
“Hey kalian berempat !, ayo cepat kesini !” Teriak Denis dari kejauhan.
Setelah mendengar teriakan Denis dari kejauhan mereka berempat pun langsung mempercepat langkahnya dengan berlari. Untung saja sang guru tidak memarahi mereka berempat. Memang, orang yang sering dipanggil guru oleh mereka semua adalah tipe orang yang periang dan santai. Anak-anak sangat menyukainya. Dan sang guru tersebut diketahui bernama Guru White Grey. Mereka memanggilnya begitu karena setiap kali guru ini mengajar selalu saja mengenakan sesuatu yang berunsur putih.
“Hm.....jadi kau pasti adalah orang yang bernama Aline bukan ?” Tanya Guru Grey dengan tatapan penuh senyum ramah pada Aline.
“Ya, aku Aline. Kenapa kau bisa mengetahui namaku ?” Tanyanya penasaran.
“Anak-anak disini sering membicarakan namamu. Sekalian itu, aku bisa melihat sosok Alexander pada dirimu al.” Jelas sang guru dengan senyuman yang tersunngging di wajahnya.
“Baiklah, kurasa sekarang saatnya aku untuk melatih kekuatan alamiahmu. Kudengar dari Karim, kau memiliki elemen dasar api dan air bukan ?, selain itu juga aku dengar kau bisa mengendalikan benda-benda disekelilingmu dengan semaumu bukan ?” Tambah Guru Grey.
“Ya, begitulah.” Jawabnya singkat.
“Hm....tampaknya sekarang tugasku untuk melatihmu dan memberimu ilmu tambahan. Kau tahu aku adalah salah satu spesialis elemen disini. Hehehe. Sudahlah mari kita mulai saja latihannya.” Kata Guru Grey.
“Sekarang tunjukkan padaku kekuatan api yang kau miliki !” Perintah Guru Grey.
Setelah mendapat komando dari sang guru Aline pun langsung mengeluarkan kobaran api dari kedua tangannya. Kemudian ia mencoba untuk memainkan kobaran api yang ada di tangannya.
“Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan ?” Tanya Aline masih memainkan kobaran-kobaran api yang berada di kedua tangannya.
“Lakukan saja itu. Lalu setelah kurang lebih 5 menit kau melakukannya, maka aku akan menantangmu dalam penggunaan apimu.” Jelas sang guru.
“He ?, 5 menit ?, itu cukup lama !”
“Jangan mengeluh, aku menyuruhmu melakukan itu adalah untuk pemanasan.” Kata Guru Grey.
Setelah kurang lebih 5 menit ia bermain dengan kobaran apinya, ia bersiap untuk melawan Guru Grey yang sudah berdiri tegap dihadapannya. Ditatapnya sang guru dengan pandangan tajamnya. Tanpa menunggu aba-aba dari sang guru, Aline langsung berlari dan berusaha untuk mengenai sang guru. Namun, tiba-tiba saja Guru Grey menghentikan langkahnya.
“Tunggu ! Tampaknya kau sangat terburu-buru sekali ya ?” Kata Guru Grey padanya.
“Ha ?, kenapa tiba-tiba guru menghentikanku ?” Tanya Aline penasaran.
“Aku belum membacakan aturannya untukmu.” Jelas Guru Grey sekali lagi.
“Baiklah. Peraturan pertama adalah kau boleh menggunakan seluruh kekuatanmu untuk melawanku baik yang baru kau pelajari ataupun kekuatan alamiahmu. Kedua, kau dianggap menang dari pertarungan ini jika kau berhasil mengambil lonceng ini dariku dan menghancurkan lonceng ini tanpa menggunakan kekuatan apimu. Ketiga, kau harus berhasil melakukannya sebelum benda kecil yang ada di punggungmu berbunyi dan meledak. Kau sanggup Aline Alexander ?” Tanya sang guru sembari menunjuk kearah benda di balik punggung Aline.
“Apa !, sejak kapan kau menempelkan benda ini !” Teriak Aline kaget.
“Sudahlah itu tidak penting, kau harus cepat, waktumu hanya satu jam dari sekarang.” Kata Guru Grey sembari terssenyum.
“Sial !!!!!” Teriak Aline sembari mengarahkan tinjuannya kearah gurunya.
Ditengah kesibukan mereka semua. Tanpa sadar seekor kupu-kupu kecil berwarna hitam tengah memperhatikan segala aktivitas mereka dari kejauhan, termasuk aktivitas Aline dan gurunya yang sedang bertarung.
Kecil dan tidak berbahaya. Siapa yang tak kenal binatang bersayap satu ini. Semua orang pasti mengetahuinya, terlebih lagi anak-anak yang selalu menyukai kupu-kupu dan selalu ingin menangkap hewan ini ketika musim semi tiba. Namun siapa sangka jika kupu-kupu yang satu ini adalah mata-mata. Ya, tanpa disadari oleh semuanya kupu-kupu ini memperhatikan segala aktivitas yang mereka lakukan dan menyalurkannya pada seseorang yang tengah mengendalikan binatang ini.
“Hahahaha. Kita sudah menemukan target kita. Ternyata masih ada penerus dari seorang Alexander. Jika Alexander mempunyai penerus maka Medussa juga memiliki seorang penerus, yaitu aku ! Hahahaha !” Kata seseorang di tempat lain dengan suasana serba gelap dan sunyi.
“Maaf tuan. Kini apa yang akan harus kita lakukan dengan orang itu.” Kata anak buah dari orang yang dipanggil tuan tersebut.
“Hahaha. Panggilkan aku Tifa, Ray, dan  Vino !” Perintah seseorang yang memakai tudung kepala.
“I...iya tuan.” Balas sang anak buah yang kemudian akhirnya pergi untuk memanggil orang-orang yang diperintahkan oleh tuannya.
“Tch. Jika saja para anggota Xerro 13 tidak dibantu oleh pasukan Endheva mungkin sekarang ini Medussa masih hidup. Aku berjanji akan membalaskan dendammu pada mereka semua ibu.” Kata orang dalam bayangan tersebut sembari menopang dagu.
“Ada apa kau memanggil kami bertiga ?” tanya seorang wanita berambut panjang yang dikucir kuda.
“Aku ingin kalian kembali ke Kota Divia dan bawalah gadis itu kehadapanku, dan ingat jangan dibunuh ! bawa dia hidup-hidup !” Perintah sang komando.
Di tempatt latihan Aline. Beberapa teman Aline kini tengah menunggu dan melihat pertarungan antara Aline dan gurunya. Termasuk Karin, Feti, Vlouchi, Denis serta Cloud.
“Hah...huh....aku lelah sekali !” Seru Feti sambil mengusap peluh yang kini tengah bercucuran dari atas kepalanya.
“Ya, ini memang pekerjaan yang paling melelahkan. Hm..., apakah Aline bisa melakukan hal itu selama satu jam ?” Kata Vlouchi tak yakin.
“Aku yakin Aline pasti bisa !, dia adalah gadis yang tangguh !, percaya padaku ! hahaha.” Kata Denis sembari tertawa.
“Itu tipuan.” Sela Cloud secara tiba-tiba.
“Apanya yang tipuan Cloud ?” Tanya Karin.
“Apa kau tidak ingat pada saat pertama kali ia melatihmu ? ia juga melakukan trik yang sama dengannya.” Jelasnya tetap datar dan menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon.
“Astaga !, kau benar, aku ingat sekarang, itu bukanlah sebuah bom mikro yang ditempelkan tapi itu merupakan sebuah alat penggelitik, jika kita alat itu aktif maka tubuh kita akan geli dengan sendirinya sampai sekitar 10 menit. Tapi sebelumnya alat itu mempunyai efek seperti bom yang mengeuarkan ledakan.” Kata Karin panjang lebar.
“Tapi apakah ia bisa menyelesaikannya dalam waktu singkat, kau tahu ini sudah hampir 45 menit Aline bertarung dan belum bisa mengambil lonceng dan menghancurkan lonceng yang dibawa oleh Guru Grey.”Tambah Vlouchi.
“Ya kau benar dia hanya mempunyai waktu sisa 15 menit. Tapi ku pikir-pikir kenapa ia tidak mengambil lonceng itu dengan kekuatannya saja ya ?, bukankah dengan hal itu akan lebih mudah baginya ?” Kata Karin penasaran.
“Hn...entahlah.” Sahut Feti singkat.
Tampaknya Aline sudah mulai kehabisan tenaganya. Ia pun berhenti sejenak seraya untuk mencuri nafasnya yang terbuang karena bertarung. 45 menit sudah ia bertarung namun, ia masih belum bisa mengambil seikat lonceng kecil dari sang guru. Sejenak terbesit di pikirannya bahwa ia akan mati karena bom yang ada di punggungnya meledak. Namun, Aline tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sebuah tekad api muncul dalam diri Aline. Ia tidak akan pernah menyerah sebelum ia bisa.
Akhirnya Aline memutuskan untuk maju dan menyerang. Ia mencoba untuk menggunakan ilmu ‘Flashnnya’ (*flash : gerak yang sangat cepat, bahkan sangat susah untuk dilihat dengan mata telanjang*) namun, hal itu masih dapat dihindari dengan mudah oleh sang guru. Akhirnya ia pun mendapatkan sebuah ide, ia berpikir bahwa ia akan mengecoh sang guru dengan menggunakan ilmu ‘Flash’ dan menggunakan sedikit kombinasi dengan kekuatan apinya. Yap dan benar saja, sang guru berhasil dikecoh olehnya, kini saatnya untuk mengambil benda yang digantungkan pada pinggang sang guru tanpa menggunakan tangannya. Benda itupun melayang dan akhirnya mendarat dengan sempurna di tangan Aline.
“Hn....kau berhasil namun tampaknya, waktumu sudah habis. Hehehehe.” Kata Guru Grey dengan menampakan senyum kemenangannya.
“He ? apa ?” Sahutnya tak percaya. Beberapa detik  kemudian sebuah ledakan terjadi. BUM ! BOM ! DUAR !. Dan akhirnya meledaklah bom yang ada di punggung Aline. Dan benar saja, itu merupakan bom tipuan, yang muncul itu hanyalah suara efek dan efek asap yang telah diatur. Namun, hal selanjutnya yang terjadi adalah Aline tidak bisa berhenti tertawa karena geli yang mendera di sekujur tubuhnya.
“Hwahahaha.....hahahaha.....astaga apa ini ?, kau. Hahaha. Guru apa yang kau lakukan dengan alat itu ! Hahahaha !” Seru Aline sembari tertawa.
“Astaga guru kau keterlaluan !” Seru Karin.
“Hm....bukankah dulu kau juga pernah melalui hukuman ini ?”
“Iya sih, tapikan dia berhasil mengambil lonceng itu sebelum waktu habis. Walaupun hanya kurang 1 menit dari interval waktu bom meledak. Dan seharusnya kau bisa langsung menghentikannyakan ?” Kata Karin membantah.
 “Tidak...tidak...tidak, itu tidak semudah yang kau bayangkan, waktunya sangat singkat sekali kau tahu itu.” Balas sang guru dengan entengnya.
“Hmph.....tampaknya akan sangat lama sekali menunggu efek itu berhenti darinya.” Kata Denis sambil menghela nafasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan