Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 11


Di sebuah taman kota, cahaya lampu kini tengah menyaksikan sebuah pertarungan sengit antara keempat insan pemuda dan pemudi. Seorang diantaranya tengah terluka dan nafasnya kini tinggah satu-satu. Gadis itu menghela nafas sesaat sembari memegangi perutnya.
“Hash...hosh....tak kusangka kalian sehebat itu.” Kata gadis bernama Tifa itu terengah-engah.
Secara bersamaan earphone yang kini tengah terpasang di telinga Tifa dan Ray berbunyi. Dan kini seseorang tengah berbicara dari seberang sana.
“Kalian kembalilah ! sekarang !” Perintah sang tuan.
“Baik tuan.” Jawab mereka bersamaan.
“Tch ! tampaknya aku tidak bisa menghabisi kalian lebih lanjut.” Kata Ray yang tengah menahan rasa sakit yang tengah mendera dirinya.
“Hah !, memangnya kau mau kemana, uhuk !” Sahut Zero dengan berjalan gontai.
“Selamat tinggal ! Hahaha !” Katanya sebelum akhirnya menghilang dari padang rumput itu. Sama dengan Ray, Tifa yang tengah berhadapan dengan tiga anggota dari Xerro 14 pun menghilang.
“Aku rasa pertemuan kita cukup sampai disini saja.” Kata Tifa sebelum akhirnya ia menghilangkan dirinya dan pergi entah kemana.
Suara derap langkah kaki di koridor-koridor asrama kala itu terdengar cukup jelas. Terlihat 2 sosok orang tengah berjalan cepat menyusurinya. Ya, mereka adalah Aline dan Karin. Dua orang gadis yang beberapa saat yang lalu tengah berlari menyelamatkan diri dari kejaran tangan kanan Medussa. Kini waktu dunia nyata menunjukkan pukul 5 sore. Suasana yang nampak di mata mereka untuk yang pertamakalinya adalah sepi. Ya, mungkin beberapa murid masih belum kembali dari kampung halamannya.
Kini 2 sosok gadis itu tengah berjalan menuju asrama Aline. Sesampainya disana, terlihatlah 2 orang gadis yang tengah duduk diatas sofa, yang satu tengah asyik membaca buku sedangkan satunya lagi tengah sibuk berkutat dengan laptopnya. Kini dua mata gadis yang berada di dalam ruangan itu tertuju pada sosok Aline yang tengah berdiri di ambang pintu dengan ditemani seorang gadis yang tak mereka kenal. Sejenak mereka berdua merasa kaget, karena melihat kedua tangan dari seorang sahabatnya tengah dibalut oleh perban.
“Aline !!!, kau sudah pulang ya ?, wah aku senang sekali akhirnya.” Kata Lia dengan tersenyum lebar.
“Iya al !, kami sangat rindu padamu, tapi eh ? tanganmu kenapa ?” Tanya Ica yang kini pandangannya tengah tertuju kepada kedua tangan Aline.
“Ah, ini. Ini tidak apa-apa kok, nanti saja aku ceritakan. Aku sangat lelah sekali hari ini, aku mau tidur. Hehehe.” Jawab Aline sembari menunjukkan cengiran khasnya.
“Tapi ngomong-ngomong siapa dia ?” Tanya Ica.
“Oh, perkenalkan dia Karin. Dia ini saudara sepupuku, dia di grade 2 sains A.” Jelas Aline.
“Hai kalian semua, salam kenal !, oh ya, ngomong-ngomong aku harus kembali ke asramaku dulu ya ?” Kata Karin.
“Baiklah. Selamat tinggal !” Balas Aline sambile melambaikan tangannya.
Kini ketiga sosok gadis remaja itu tengah memasuki kamar asrama mereka. Aline hanya bisa duduk diatas sebuah sofa empuk kamarnya dan melepas lelahnya. Tak lama kemudian 2 orang sahabat karibnya tengah mengganggu istirahat sejenaknya dengan ocehan-ocehan khas mereka.
“Astaga Aline !!!, kau pergi kemana saja ?, kau tahu aku sangat merindukanmu teman !” Seru Lia sembari memeluk Aline.
“Hufth.....aku hanya pergi berakhir pekan saja kau sudah kangen, apa kalian ini tidak pulang kampung ?” Tanya Aline dengan nada lelah.
“Hmph....bagaimana aku bisa pulang kampung ?, rumahku jauh dari sini bodoh !, mendingan juga disini kan ?, dan aku juga lebih memilih pulang kampung ketika libur semester tiba, biar lebih menikmati, hahaha.” Balas Ica dengan tertawaan khasnya.
Namun, tiba-tiba saja tangan Ica tanpa sengaja menyenggol lengan Aline yang tengah terluka. Dan tentu saja, hal itu membuat Aline kesakitan dan berteriak spontan.
“A...a...aduh...., sakit bodoh !” Teriaknya spontan sembari memegangi tangannya yang tengah dibalut oleh perban.
“Eh ?, maaf...maafkan aku, aku tak sengaja Aline. Tapi ngomong-ngomong, tanganmu kenapa huh ?” Tanya Ica.
“Ah !, iya !, tanganmu kenapa ?, masa’ pulang-pulang dari kampung halaman mendapat luka sih !, kenapa al ?!” Tanya Lia dengan nada menginterogasi.
“Hash ! kalian ini !, sudahlah aku ingin istirahat saja, aku capek.” Balas Aline ketus sembar meninggalkan kedua temannya yang tengah sibuk melihat tangan Aline sedari tadi.
“Hey !, apa kau tidak mengerjakan PR mu, huh ?!” Tanya Lia.
“Aku sudah mengerjakannya dari kemarin, dikelas.” Jawabnya sembari menjatuhkan tubuhnya diatas sebuah ranjang empuk kamarnya.
“Wahahaha !, kebetulan sekali, kami pinjam ya !” Seru Lia kegirangan.
“Hn.” Balasnya singkat.
aaa
Malam itu di dunia cermin tepatnya di dalam sebuah markas besar pertahanan dan keamanan Kota Divia, terdapat beberapa orang tengah duduk melingkari sebuah meja bundar dan tengah memperbincangkan sesuatu. Terlihat seorang lelaki tua berambut putih panjang dan memiliki jenggot putih panjang bak seorang Santa Clause tengah menopang dagunya dan memberikan pandangan serius pada mereka semua.
“Hm....., kurasa Medussa sudah mengetahui tentang keberadaan Aline. Dan, kita harus melakukan sesuatu untuk melindunginya dan melindungi kota ini dari serangan Medussa.” Jelas seorang lelaki tua itu.
“Aku punya prediksi jika, serangan mungkin akan diajukan Medussa, jika misal Medussa akan menyerang sekitar 2 bulan lagi, maka ia akan mengajukan menjadi sekitar 1 bulan bahkan bisa saja besok ia sudah mulai menyerang.” Jelas Master Blade.
“Ya, kau benar Blade, untuk sementara ini jangan biarkan Aline pergi berkelana sendirian apalagi di dunia cermin, dan ditambah lagi dengan ilmunya yang masih belum matang.” Jelas Ketua dari rapat ini yang diketahui bernama Tuan Grey.
“Tapi, Aline adalah seseorang yang dapat mempelajari dengan cepat ilmu yang diberikan padanya, aku yakin dia pasti bisa menguasai ilmu yang kita berikan padanya dala waktu yang singkat.” Jelas Tuan Karim.
“Dan, bagaimana denganmu Cloud ?” Tanya sang ketua.
“Aku. Aku akan berusaha untuk menjaganya sebaik mungkin.” Jawab ketua dari Xerro 14.
Cahaya dari sinar rembulan malam itu, kini sedikit demi sedikit telah memasuki dan menembus kaca jendela kamar Aline. Walau kini jarum jam telah menunjukkan pukul 10 malam, namun matanya tetap terjaga dari tidurnya. Entah mengapa, berulang kali ia mencoba untuk menutup matanya selalu saja terbuka dengan sendirinya.
Hingga pada suatu ketika alam bawah sadarnya seolah membawanya pada suatu masa yang tak ia ketahui. Pohon-pohon yang seharusnya berdiri kokoh, kini dimatanya hanyalah terlihat sebongkah kayu-kayu pohon yang tumbang dan lapuk. Ia berjalan pelan. Kini dilihatnya keadaan seluruh Kota Divia tengah porak poranda. Pikirannya pun kacau. Baru saja ia kemari, kenapa semua sudah seperti ini ?. Mungkin itulah yang saat ini tengah ada di dalam pikirannya kala itu.
Kini matanya memandang lurus kepada sebuah tubuh seseorang wanita yang tengah tergeletak lemah. Ia berusaha untuk menjulurkan tangannya kepada sosok itu. Namun, tiba-tiba seluruh tempat itu kini menjadi kosong. Kosong tak berpenghuni. Hitam bagaikan sebuah gelapnya malam. Hingga pada suatu ketika matanya terbuka dan dilihatnya sekeliling. Betapa terkejutnya ia ketika ia tersadar bahwa ia sekarang sedang terbaring diatas ranjang kamar asramanya.
“Astaga !, apa yang terjadi.” Bisiknya pada dirinya sendiri.
Malam semakin larut. Angin malam itu sangat kencang sekali, hingga menggerakan beberapa ranting pohon besar yang ada. Alhasil, udara malam yang sedingin es itu perlahan-lahan berhasil masuk melalui celah-celah ventilasi kamar asrama Aline. Dan ketiga sosok yang kini tengah tertidur pulas di atas sebuah kasur empuk itu, kini mulai meringkukkan tubuhnya ke dalam selimut mereka masing-masing.
Hingga sang malam mulai pergi dan digantikan oleh kedatangan sang surya yang mulai naik ke angkasa. Ya, pagi itu hawa dingin tengah masuk ke dalam setiap ruangan yang ada melalui celah-celah kecil. Dan hal itu membuat malas para penghuni kasur untuk bangun dari alam bawah sadarnya. Hingga suatu benda berhasil membuat suara nyaring dan hal itu berhasil membuat ketiga penghuni kasur itu bangun dan mencari-cari sumber suara tersebut.
“Hoah...., jam weker sialan !” Serunya sembari mematikan jam weker yang berada di samping ranjangnya. Dan kemudian orang itu kembali melanjutkan aktivitas tidurnya yang sempat terganggu.
“Hey...hey..., mau sampai kapan kau tidur, huh ?, kau tidak lihat ini jam berapa, huh ?” Kata Lia sembari menggoyang-goyangkan tubuh Ica.
“Haduh....ini masih jam 5 kan, aku mau tidur lagi !” Serunya malas.
“Jam 5 apanya, nih lihat !” Balasnya sambil menyodorkan jam weker itu tepat di depan wajah Ica.
“Heee ???, astaga ini sudah jam 6 ???” Teriaknya kaget.
Setelah keributan-keributan ringan yang ditimbulkan oleh kedua sahabat Aline, kini mereka bertiga terpaksa meninggalkan makan pagi mereka dan segera berlari menuju kelas mereka. Kemudian sosok yang kerap disapa Aline itu menghampiri teman sebangkunya yang sudah menunggunya sedari tadi. Hingga jam pelajaran berlangsung. Tanpa sadar Aline melihat seorang anak lelaki memasuki ruangan kelas dan menyerahkan satu map kuning kepada seorang guru wanita yang tengah mengajar kelas Aline kala itu. Hingga pada akhirnya, ia mendengar samar suara seorang gadis yang tengah memanggil namanya. Selain itu, ia merasa jika kini seseorang tengah mengguncang-guncangkan bahunya.
“Al...al..., hey bangun !, kau tidak mau kena marah Ibu Linda kan ?” Bisik Lisa teman sebangkunya sembari mengguncang-guncangkan bahunya.
“Hah..., ada apa ?” Tanyanya sambil mengerjap-ngerjapkan pandangannya.
“Astaga kau ini tertidur al !, kau tidak mau kena marah Bu Linda kan ?” Tukasnya.
“Iya deh iya, thanks sudah membangunkanku.”
Kini tanpa sadar, ketika Aline mengarahkan pandangannya kearah papan tulis, tulisan yang ditulis guru itu, ia seolah pernah melihatnya. Ditambah lagi suasana kelas yang ada, dan pembicaraan-pembicaraan teman-teman sekelasnya, ia seolah pernah mengalami kejadian tersebut. Hal yang semakin menguatkan pendiriannya adalah ketika dilihatnya seorang anak lelaki memasuki ruang kelasnya dan membawa sebuah map kuning dan menyerahkannya pada wanita yang tengah mengajar Aline.
“Astaga.” Katanya kaget.
“Kenapa al ?” Tanya Lisa.
“Aku mengalami De Ja Vu.” Jawabnya.
“De Ja Vu ?, maksudmu sebelumnya kau pernah mengalami kejadian ini, begitukah ?” Tanya Lisa lagi.
“Ya, entah mengapa akhir-akhir ini aku sering mengalami hal itu lis.”
Suasana kantin siang itu sungguh ramai sekali. Hingga kursi-kursi yang tersedia disana sudah dipenuhi oleh beberapa orang manusia yang tengah sibuk makan dan sibuk memesan pesanan mereka. Termasuk dengan ke-empat orang gadis cantik yang sedang menunggu pesanan mereka di meja nomor 5. Ya, mereka adalah Aline, Lisa, Ica, dan Lia.
“Kurasa tadi Bu Linda akan memarahiku. Ternyata tidak. Hahahaha.” Kata Aline mengawali pembicaraan diiringi dengan tawa khas dirinya
“Ha ?, memangnya ada apa al ?” Tanya Ica.
“Kalian tidak tahu ya, Aline tadi tertidur di kelas ketika Bu Linda sedang sibuk-sibuknya menerangkan materi.” Tambah Lisa.
“Hm....oh ya ?” Tanya Lia.
“Iya.”
“Wah dasar kau ini al !, bisa-bisanya kau tidur di kelas ketika jam pelajarannya Bu Linda. Untung saja kau tidak ketahuan, jika ketahuan habislah dirimu terbakar oleh semburan guru itu. Hahahahaha.” Timpal Lia dengan tertawaanya yang menggelegar.
“Hehehehe. Habisnya sih.” Jawab Aline singkat dengan menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tentu saja tidak gatal.
“Tapi.....” Tambabhnya.
“Apa ?”
“Ah tidak kok !, tidak jadi. Hehehehe.”
Tidak lama kemudian seorang wanita pelayan kantin ini datang dengan membawa beberapa mangkuk mie ayam pesanan mereka. Dan tanpa menunggu lama-lama kedua teman Aline yang bernama Lia dan Ica langsung membabi-buta makanan yang berada di hadapannya itu. Sementara Aline dan Lisa hanya bisa tertawa geli melihat kelakuan kedua temannya itu.
“Ha....., kalian tau tidak sebentar lagi kan kita mau liburan tahun baru, pasti malam sebelum liburannya akan diadakan sebuah pesta yang sangat meriah.” Kata Ica sambil berjalan dan menahan cegukannya yang sedari tadi belum berhenti.
“Bagaimana kau bisa tahu ?” Tanya Lisa.
“A....bukankah setiap tahunnya memang begitu ?”
“Setiap tahun ? memangnya kau pernah mengalaminya ya ? kita kan baru murid kelas satu, kau ini ada-ada saja.” Kata Lia menambahkan.
“Aish....., terserah kau sajalah, aku dengar itu ketika kita sedang makan di kantin tadi, beberapa kakak kelas tengah sibuk membicarakan hal itu. Terserah kau mau percaya atau tidak.” Balasnya sembari mengembungkan mulutnya.
“Hash...kalian ini.” Kata Aline sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sore itu, awan mendung tebal menyelimuti sekolah ini. Hingga hawa dingin pun secara tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam setiap celah yang ada. Dan hal itu sukses membuat seluruh penghuni mengigil. Ya, ini memang musim penghujan bagi negara Indonesia. Tak khayal jika di akhir Bulan Desember sampai Bulan April nanti hujan akan terus saja turun dan menimbulkan sensasi hawa dingin.
Hingga jam sekolah usai, awan mendung masih saja menyelimuti. Bahkan kini awan itu menjadi semakin gelap dan gelap. Hingga sebuah suara menggelegar dari langit terdengar begitu keras ditelinga. Sedetik kemudian, hujan langsung turun dengan derasnya. Semua siswa pun langsung lari dan menuju asrama mereka masing-masing.
Aline dan teman-temannya terdiam sunyi di dalam ruang asramanya. Seragam mereka pun basah. Walau tidak basah seluruhnya namun, hal itu sukses membuat sang pemakai menjadi kedinginan. Lia teman sekamar Aline pun langsung membuang jas seragam yang dipakainya kesembarang tempat dan langsung mengambil serta memakai sebuah baju kering dari dalam almari miliknya.
Berbeda dengan Aline yang sedari tadi sudah memakai baju gantinya. Kini ia sedang terduduk diatas ranjangnya dan mengarahkan pandangannya ke arah jendela. Ia melihat setiap tetesan air hujan yang tengah mengguyur sekolah ini. Kemudian seseorang tengah duduk di sampingnya dan menepuk bahunya. Seketika Aline pun langsung mengalihkan pandangannya kepada orang yang tengah duduk di sampingnya itu.
“Ah ternyata kau ca. Ada apa ?” Tanyanya.
“Tidak, aku hanya ingin duduk disini saja kok. Kau tidak kedinginan ya ?”
“Tidak. Aku kan anti dingin. Hahahahaha.”
“Bisa saja kau ini.” Kata Ica sambil menepuk bahu Aline.
“Hey kalian !!!!” Teriak Lia dari ambang pintu kamar.
“Astaga !, ada apa ?” Jawab Aline kaget.
“Nanti malam kalian ingin makan nasi goreng, sup jagung, telor dadar atau Ikan Lele ?. Hehehehe.” Balas Lia dengan tampang innocent.
“Hash. Astaga ! jadi kau tadi meneriaki kami hanya gara-gara ingin menanyakan itu saja, huh ?” Kata Aline ketus.
“Hehehe. Tapi ngomong-ngomong, aku ingin menanyakan sesuatu al. Aku merasa akhir-akhir ini kamu tak seperti biasanya. Dan tadi baru saja Lisa mengatakan padaku bahwa akhir-akhir ini kau sering mengalami dejavu ?. Benarkah itu ?” Tanya Lia secara tiba-tiba.
“A....hehehe. Aku juga tidak tahu, aku sendiri heran, kenapa bisa aku sering mengalami hal itu.” Kata Aline tergagap-gagap.
“Ayolah al !. Tampaknya kau menyembunyika sesuatu dari kami.” Tambah Lia  seraya menginterogasi.
“Iya. Dan akhir-akhir ini kau juga sering menghilang secara tidak jelas. Dan satu lagi, tolong katakan sejujurnya ada apa dengan dirimu ?. Apakah kau tidak mempercayai kami ?. Ingat aku sudah menjadi teman baikmu ketika kita duduk di bangku kelas 2 SMP.” Jelas Ica panjang lebar.
Merasa dirinya tengah disudutkan oleh pertanyaan-pertanyaan kedua temannya itu Aline akhirnya membuka mulut akan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelumnya ia menghela nafas sesaat dan mengeluarkannya seraya untuk mengambil sebuah kebebasan yang sedari tadi ingin didapatkannya karena kini seluruh dadanya telah sesak.
“Hah....huh.....Baiklah, aku akan mengatakannya tapi tolong jangan katakan pada siapa-siapa oke ?. Tapi sebelumnya, aku yakin kalian pasti akan menganggapku konyol.”
“Tidak, kami berjanji.” Kata Ica.
Kemudian setelah itu Aline langsung mengatakan semuanya kepada kedua sahabatnya itu. Tak hanya mengatakan tetepi Aline juga mempraktekkan akan apa yang dia katakan. Ia mengatkan bahwa dirinya mempunyai kekuatan aneh yang akhir-akhir ini sering muncul pada dirinya. Alhasil, hal tersebut berhasil membuat kedua sahabatnya terkejut bukan main. Namun, Aline hanya memberitahu kedua sahabatnya itu tentang kekuatannya saja. Soal dunia cermin dan Kota Divia serta orang-orang yang bersangkutan dengannya akhir-akhir ini ia memutuskan untuk diam. Untung saja kedua sahabatnya tidak menginterogasinya lebih lanjut. Dan hal itu membuat hati Aline sedikit lega.
“Bagaimana ?, itu konyol kan ?” Tanya Aline.
“Astaga Aline !!!, itu namanya bukan konyol tapi keren !!!” Seru Ica sambil melihat Aline dengan pandangan tidak percaya.
“Bagaimana kau bisa melakukan hal itu, huh ?” Tanya Lia dengan nada tidak percaya.
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Kekuatan ini seolah mendatangiku dengan sendirinya.” Jelasnya.
Kini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Walaupun waktu telah menunjukkan pukul 7, tapi hujan masih belum berhenti juga. Dan ketiga sosok gadis itu telah pergi dari kamar mereka untuk segera turun dan menghadiri acara makan malam yang rutin mereka lakukan setiap harinya selama bersekolah disini. Seperti biasanya, rungan itu sudah dipenuhi oleh beberapa anak yang sudah kelaparan dan meja-meja panjang beserta kursi yang menyertainya itu kini sudah dipenuhi oleh beberapa anak. Mereka bertiga pun menuju meja makan kelas mereka.
“Baiklah anak-anak semua !. Sebelum kalian menyantap hidangan makan malam kalian, saya sebagai kepala sekola disini akan mengumumkan jika sebentar lagi kalian akan melaksanakan liburan akhir tahun dari akhir Bulan Desember-akhir Januari. Dan sebelum itu, saya selaku kepala sekolah disini akan mengadakan sebuah pesta sebelum kalian melaksanakan liburan kalian.” Kata kepala sekolah tersebut dari atas mimbarnya, yang kemudian diiringi oleh sorak-sorai murid-murid.
“Whoa ! benarkan apa kataku !” Seru Ica.
“Haish, kau ini !” Seru Lia.
Setelah kepala sekolah yang diketahui bernama Pak Nova Harun itu berpidato, seluruh murid langsung duduk di bangku mereka masing-masing dan segera memakan makanan mereka.
Dinginnya malam itu sukses membuat beberapa murid mengigil kedinginan. Tak terkecuali dengan kedua orang sahabat Aline yang sedari tadi menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Kini mereka pun telah kembali ke dalam ruang kamar asrama mereka dan melakukan beberapa pekerjaan sekolah yang harus mereka kerjakan. Hingga pada suatu ketika, seorang gadis berambut pirang panjang bernama Karin secara tiba-tiba menghampirinya.
Gadis blonde itu pun mengetuk pintu kamar asrama Aline dan teman-temannya. Beberapa detik setelah ia mengetuk pintu, seorang gadis berkulit sawo matang dan bertubuh pendek bernama Ica itu pun memmbukakan pintu dan melihat siapa yang tengah berkunjung ke kamarnya.  Kemudian gadis blonde itu tersenyum dan mengucapkan ‘hai’ serta melambaikan tangannya pada sosok gadis yang tengah berhadapan dengannya di ambang pintu.
“Um....Aline ada di dalam ?” Tanya Karin masih menyunggingkan senyuman manisnya pada gadis yang bernama Ica tersebut.
“Sebentar aku panggilkan. Aline !!! Karin mencarimu !!!” Teriak Ica dari ambang pintu.
“Karin ???, ada perlu apa datang kemari ?” Tanya Aline pada Karin.
“Ikutlah denganku, ada masalah mendadak. Teman-teman, kami berdua permisi dulu ya !!!” Seru Karin sambil menarik tangan Aline dan segera berlari.
“Hey !!!, kau belum menyelesaikan PR mu al !!!” Seru Ica pada sahabatnya.
“Aku sudah menyelesaikannya !!!, jika kau ingin pinjam, ada di Lia !!!” Teriak Aline dari kejauhan.
Kini kedua sosok gadis itu sudah menghilang dari pandangan Ica. Sementara itu Karin terus saja membawa lari Aline hingga kesuatu tempat yang terlihat familiar bagi Aline maupun Karin. Namun, Aline tetap tidak mengerti apa yang tengah dilakukan temannya itu pada dirinya. Beberapa menit kemudian, Karin menghentikan kakinya begitu juga dengan Aline. Aline pun melihat sejenak ruangan yang tengah ia masuki bersama Karin. Kemudian ia mulai mengerti secara perlahan-lahan. Ya, kemungkinan Karin akan membawanya kembali ke dalam dunia cermin.
Aline pun bertanya kepada Karin tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dan mengapa Karin begitu terburu-buru dan begitu khawatir. Namun, pertanyaan Aline kala itu sama sekali tidak digubris dengan Karin. Kini kedua gadis itu menghilang setelah mereka berdua memasuki sebuah cermin portal penghubung antara dunianya dan dunia cermin.
“Kita harus cepat !, jika tidak aku akan ketahuan, dan jika itu terjadi pasti Cloud dan Kakek Karim pasti akan memarahiku habis-habisan.” Kata Karin sembari terus mempercepat langkahnya. Hingga mereka berdua sampai pada sebuah tempat yang memiliki tebing-tebing yang menjulang tinggi.
“Hey !, memangnya ada masalah apa sih ?!, kau membuatku penasaran tau !, sekarang katakan padaku, kemanakah kau akan membawaku, huh ?” Tanya Aline kesal.
“Bisakah, kau tidak mengulang-ulang pertanyaan itu lagi ?” Balas Karin terus saja berjalan.
“Ayolah Karin jika kau tidak mengatakan padaku sekarang, aku akan pulang !!!” Ancam Aline padanya.
“Baiklah. Jika kau ingin tahu. Semenjak kejadian kemarin malam, Kota Divia menjadi tidak tenang, para ketua disini mengkhawatirkan dirimu, begitu juga anggota Xerro 14 yang lain. Dan, kau tidak diperbolehkan kemari walaupun untuk berlatih karena para ketua menganggap keadaan Kota Divia masih belum bisa dikatakan aman, dari anak buah Medussa. Dan, aku mendapat kabar dari Cloud, mungkin mereka akan terus mengincarmu.” Jelas Karin sambil menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Aline.
“Lalu ?, apa tujuanmu membawaku kemari ?”
“Aku ingin kau mempunyai anima.” Katanya singkat.
Anima ?, apa itu ?”
Anima adalah seekor hewan pelindung yang wajib dimiliki oleh pasukan dunia cermin, hewan ini akan melindungimu dengan taruhan nyawanya. Tapi, jika kau sekali saja kelihangan animamu maka, kau tidak bisa menghidupkan bahkan mencari seekor anima lain.” Jelas Karin panjang lebar.
Setelah 5 menit berjalan dari posisi semula, kedua gadis itu telah sampai disebuah tempat yang dipenuhi oleh hewan-hewan aneh. Kini seluruh mata hewan-hewan aneh itu menatap tajam kedua gadis yang tengah berjalan ditengah-tengah mereka. Ditambah lagi suasana gelapnya malam dibukit itu membuat mata hewan-hewan itu bersinar dan menambah ngeri suasana.
Karin memerintahkan Aline untuk tetap berjalan dibelakangnya dan jangan sampai terpisah dengan dirinya. Selain itu, Karin juga memperingatkan Aline untuk tidak mengganggu hewan-hewan itu dan tetap bersikap santai. Kini, Karin memerintahkan Aline untuk mencari seekor anima miliknya. Namun, Aline tidak tahu bagaimana caranya. Disini terdapat puluhan bahkan ratusan hewan aneh. Dan Aline harus memilih salah satu dari mereka.
“Baiklah aku akan menunjukkan caranya padamu. Dekatilah seeekor anima yang kau rasa itu adalah anima milikmu. Cobalah untuk menyentuh bagian atas kepalanya. Maksudku di dahinya. Tapi, sebelum kau melakukannya berilah hormat kepada anima yang akan kau sentuh. Jika dia membalas, maka kau bisa menyentuhnya dan dia akan menjadi anima milikmu. Jika tidak, kemungkinan besar ia akan mengamuk dan masalah terburuknya adalah kau akan mendapatkan sebuah hadiah pukulan darinya.” Jelas Karin panjang lebar.
“Apa ?, kau gila ya ?!, jika aku mati bagaimana ?!, lagipula bagaimana bisa aku menemukan seekor anima yang aku yakin itu adalah anima milikku.” Kata Aline setengah putus asa.
“Tenang kau tidak akan mati, palingan kau akan mendapatkan luka ringan saja. Hehehehe. O ya, kau bisa menemukan anima milikmu dengan mengikuti kata hatimu.” Jelas Karin sambil menunjuk dada Aline.
“Baiklah.” Jawabnya yang kemudian disambung dengan tarikan nafas panjangnya.
Kini Aline pun mulai berjalan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya. Hingga ia memutuskan untuk berhenti tepat di depan seekor anima berbentuk naga, dan sepertinya itu adalah jenis Naga Hungaria. Dengan perasaan was-was dan dengan perlahan ia membungkukkan badannya seraya untuk memberi hormat kepada naga itu. Namun, tiba-tiba apa yang terjadi ?. Naga Hungaria itu tiba-tiba saja mengangkat kedua kaki depannya dan bersiap untuk mengejar dan memberi kejutan menyakitkan kepada Aline.
Menyadari hal tersebut, Aline langsung berlari sekencang mungkin dan meneriaki Karin atas apa yang dilakukannya pada Aline.
“Hey !!!!, kau bilang dia tidak akan mengejarku seperti ini, huh !?” Teriak Aline sambil berlari sekencang mungkin.
“Hehehe. Maafkan aku, itu diluar rencanaku.” Balasnya sambil tersenyum.
“Ah sial !!!” Umpat Aline sambil terus berlari. Dan hal tersebut otomatis membuat anima yang lain terganggu dan berlarian tak tentu arah. Sehingga mereka semua membuat Aline bingung setengah mati. Ditambah lagi anima-anima tersebut memiliki ukuran yang abnormal alias anima-anima itu memiliki ukuran raksasa, termasuk seekor naga yang tengah mengejarnya saat ini.
Aline pun kebingungan setengah mati. Banyak sekali hewan-hewan yang berlarian tak tentu arah hingga hal itu menutupi pandangan Aline dari jalan setapak yang ia lewati. Dan tiba-tiba saja, seekor anima seukuran dengan badak berhasil membuatnya terguling jatuh. Aline pun merintih kesakitan. Namun, hal itu tidak membuat Aline untuk terus-terusan terbaring diatas tumpukan tanah keras khas perbukitan. Ia pun perlahan bangkit dari jatuhnya. Hingga kemudian ia berdiri tegap dan kini dihadapannya tengah berdiri seekor anima aneh berbentuk serigala super besar yang memiliki postur tubuh sedikit lebih besar dari kuda pacuan. Selain itu, hewan itu memiliki bulu hitam disekujur tubuhnya dan memiliki garis abstrak berwarna biru disekitar tubuhnya. Termasuk didahi seekor anima itu memiliki bintik berwarna biru. Serta anima ini memiliki tiga ekor yang terbuat dari api yang berwarna biru, dan memiliki sayap raksasa layaknya sayap kelelawar.
Kemudian Aline tidak menyianyiakan kesempatan ini hanya dengan berdiam diri saja. Ia pun kembali berusaha untuk mencoba mendapatkan seekor anima. Dengan perasaan deg-degan, Aline pun membungkukkan badannya seraya memberi hormat pada seekor anima yang tengah berdiri angkuh di hadapannya. Sedetik kemudian, anima itu membalas hormat Aline dan membiarkannya menyentuh dahi anima itu. Aline pun senang bukan main. Namun, kesenangan itu sejenak sirna karena Naga Hungaria yang mengejar Aline itu, kini tengah berdiri dihadapan Aline dan anima itu. Naga Hungaria itu pun memberikan auman dahsyatnya seraya untuk menakuti Aline dan anima miliknya. Dan kemudian anima milik Aline membalas auman itu dengan menggeram ala serigala.
Hingga pada suatu ketika naga itu membuka mulut besarnya seraya untuk menyemburkan api kepada mereka berdua. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Anima milik Aline dengan secepat kilat menyemburkan sebuah api biru tepat kedalam mulut naga itu. Dan itu sukses membuat naga itu terbatuk. Dan ketika naga itu ingin menyemburkan api merahnya, hanya sebuah kepulan asap hitam yang keluar dari mulut besarnya.
Berkat anima itu Aline berhasil selamat. Beberapa menit kemudian terdengarlah suara seorang gadis tengah memanggil nama Aline dari kejauhan. Dan tidak lain tidak bukan, itu adalah suara Karin.
“Hoy !!!!, Aline kau tidak apa-apa kan ?. Hah...huh...hah...huh.” Katanya sambil berlari mendekat kearah Aline.
“Tidak apa-apa bagaimana !, aku hampir mati bodoh !, untung saja dia menolongku, jika tidak mungkin aku akan menjadi daging bakar manusia !” Balas Aline kesal.
“Hm...., tapikan kau sudah mendapatkan anima milikmu kan ?”
“Iya sih. Tapi ngomong-ngomong termiakasih sudah menyelamatkanku.” Kata Aline sambil memeluk anima miliknya.
“Sama-sama.” Sahut anima miliknya. Mendengar anima miliknya bisa bicara, Aline pun terkejut bukan main.
“Apa ?, kau bisa bicara ?”  Katanya terkejut.
“Kau ini bagaimana sih !, tentu saja anima ini bisa bicara, apa kau tidak ingat dengan Freya anima milikku ?, diakan juga bisa bicara.” Jelas Karin.
“Hehehehe. Kau benar juga. Baiklah enaknya aku memanggilmu dengan nama apa ya ?”Kata Aline berpikir.
“Baiklah, karena kau memiliki semburat garis abstrak berwarna biru dan terkadang terlihat menyala terang di malam hari, bagaimana jika aku memanggilmu dengan nama sirius ? atau sky ? atau alpha ?” Kata Aline sedikit bingung.
“Itu terserah kau.” Jawab anima miliknya.
“Aha. Baiklah tampaknya nama Sirius akan cocok untukmu, karena garis abstrakmu yang berwarna biru itu tampak seperti warna bintang Sirius. Hehehe.”
“Wah Aline, itu betapa beruntungnya dirimu bisa memiliki anima seperti Sirius. Dia adalah jenis anima yang langka. Dan kau tahu, dia adalah satu-satunya anima yang memiliki kekuatan sihir setelah Burung Phoenix milik Alexander dan Unicorn milik pendiri Kota Divia.” Kata Karin terkagum-kagum.
Hingga kemudian, dahi Sirius bersinar dan tiba-tiba saja Sirius megeluarkan sebuah kalung kristal dan memberikannya pada Aline. Aline pun tampak kebingungan dan tak mengerti. Dan, ia pun memutuskan untuk bertanya pada Karin tentang kegunaan benda itu. Ternyata benda itu berfungsi sebagai alat pemanggil anima milik Aline. Disini, setiap orang di dunia cermin memiliki alat pemanggil yang berbeda-beda sesuai anima yang dimiliki. Misalnya saja seperti Karin, Karin memiliki sebuah kipas ajaib untuk memanggil Freya, anima milik Karin yang berwujud elang raksasa.
“Tapi kau jangan lupa untuk tetap melatih anima milikmu.” Jelas Karin sebelum akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu karena malam sudah sangat larut di dunia cermin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan