Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 10



aaa
Menjelang sore, ketiga anak buah dari anak Medussa tengah pergi menuju Kota Divia dan menangkap Aline. Dengan menggunakan sebuah pesawat jet super milik sang tuan mereka terbang dengan cepatnya. Tak lama kemudian pesawat tersebut berhasil mendarat dengan sempurna pada 5 km dari gerbang Kota Divia.
“Tampaknya ini akan sangat susah sekali untuk masuk kedalam kota itu.” Kata seorang lelaki yang berpenampilan cool dan memiliki penglihatan super itu.
“Apa yang sedang kau lihat disana Ray ?” Tanya seorang gadis yang diketahui bernama Tifa.
“Hn....kulihat kota itu sedang dilindungi oleh selubung penjagaan tingkat tinggi yang tak kasat mata. Mungkin kita akan membutuhkan banyak waktu untuk membobol keamanan yang ada.” Jelas Ray panjang lebar dengan masih mengaktifkan penglihatan supernya.
“Baiklah jika begitu, biarkan aku yang mengatasinya.” Kata seorang laki-laki berambut putih panjang dan bermata lavender.
“Baiklah vino, kita serahkan hal itu padamu !” Seru Tifa pada Vino sembari menepuk bahunya.
Didalam sebuah rumah mewah yang segalanya terbuat dari besi serta memiliki sebuah program otak pengendali di dalamnya para anggota Xerro 14 berkumpul. Sembari menunggu datangnya jam makan malam mereka membicarakan sebuah strategi untuk menyambut kedatangan pasukan Medussa yang diramalkan akan datang sekitar 2 bulan lagi.
“Bagaimana rencana kita selanjutnya untuk melawan pasukan Medussa, apakah kita juga akan membutuhkan bala bantuan dari Endheva Coorporation ?” Tanya seorang lelaki berkacamata dan tampaknya pria ini adalah seorang keturunan tionghoa.
“Tidak Her, usahakan kita bisa melawan pasukan Medussa dengan kekuatan kita dahulu, jika kita merasa kekuatan kita tidak cukup baru kita mengundang pasukan Endheva untuk membantu kita, bagaimana ?” Jelas Zero.
“Kurasa aku setuju denganmu. Dan kekuatan kita sudah lebih dari cukup untuk melawan mereka. Selain itu kita punya Aline.” Kata seorang gadis berambut pink yang tengah duduk menyilangkan kakinya diatas sebuah sofa dan mengarahkan pandangannya kearah Aline. Dan gadis itu diketahui bernama Hikaru Arigi.
“He ?, apa ?, kenapa kalian semua melihat kearahku ?” Tanya Aline dengan ekspresi kaget.
“Kami membutuhkanmu Al !, dan aku tahu kau pasti bisa !, asah terus kemampuanmu !” Kata Hikaru menambahkan.
“Tapi kurasa aku tidak bisa berlatih setiap hari disini mungkin hanya pada hari sabtu dan minggu saja aku bisa berlatih disini, karena untuk hari yang lainnya aku harus sekolah.” Jelas Aline.
“Tenang saja Al !, aku sudah membuatkan sebuah solusi untukmu. Hehehe.” Kata Karin sambil menepuk bahu Aline yang tengah duduk disampingnya.
Kemudian ditengah perbincangan serius mereka telfon genggam milik Cloud berdering. Sebuah berita buruk terucap dari seberang sana. Otomatis itu membuat ekspresi wajah Cloud terkejut.
“Apa kau bilang ?, ada yang mencoba membobol sistem kemamanan kita ?” Kata Cloud sedikit terkejut. Namun, ekspresi itu tetap saja tidak terlihat terlalu jelas di wajahnya yang tampan bak pangeran negeri dongeng.
“Iya tuan. Dan aku mendapat kabar dari kunang-kunang penjaga, salah satu dari orang itu memiliki lambang perguruan Medussa di tangannya.” Jelas orang yang berada di seberang telfon itu.
“Baiklah, tampaknya kita akan mendapat tugas baru, dan kau, maaf untuk ini kau tidak bisa ikut, Karin kau tahu maksudku kan ?” Kata Cloud dengan melihat kearah Aline dan Karin.
“Aku mengerti. Ayo Al !, kita harus kembali ke asrama !” Perintah Karin sambil menarik tangan Aline dan kemudian berlari menuju cermin portal penghubung antara dunia cermin dan dunia manusia.
Setelah mendengar perintah dari Cloud ketua dari Xerro 14 mereka semua langsung berpencar dan mencari lokasi dimana para anak buah Medussa berada. Sedangkan Aline dan Karin, mereka sedang berlari menunju portal penghubung antara dunia cermin dan manusia. Sesampainya di depan cermin penghubung dunia manusia dan dunia cermin Karin memerintahkan Aline untuk segera masuk kedalam cermin. Sebelum Karin memasukkan dirinya kedalam cermin portal tersebut, Karin mengatakan sesuatu.
“Celare !” Katanya yang dengan menjentikkan jari telunjuk dan jempol hingga membuat suara ‘Pletak’. Sesaat setelah ia mengatakan itu dan kemudian masuk ke dalam cermin, cermin itu menghilang dengan sendirinya.
 aaa
Ditengah keramaian pusat kota, anak buah Medussa berhasil masuk dan membobol pertahanan superketat dari Kota Divia. Selain itu, mereka berhasil untuk tetap merahasiakan kedok mereka dibalik sebuah jubah dan dengan mengenakan tudung kepala, serta  tetap bersikap tidak mencurigakan.
Di lain pihak, para anggota dari Xerro 14 sedang berpencar untuk mencari dimana keberadaan kaki tangan Medussa.
“Hahaha. Ternyata kota ini masih saja seperti dulu, tetap saja ramai dan tidak berubah.” Kata Vino datar.
“Ya, dan tak kusangka kita berhasil masuk kemari dengan mudah.” Balas Ray.
“Hm. Ini semua berkat bantuanmu vin !” Seru Tifa.
“Baiklah sekarang kita harus mencari mulai dari mana ?” Tanya Ray.
“Kita berpencar.” Kata Vino.
“Baik.” Jawab keduanya sebelum pergi menghilang entah kemana.
“Sial, kenapa sistem pertahanan kita bisa ditembus dengan mudah oleh mereka ?” Kata Zero tak percaya.
“Vino. Aku yakin pasti dia yang membobolnya.” Jawab Heri menambahkan.
“Kau yakin itu dia ?” Tanya Vlouchi.
“Pasti, dulu siapa lagi orang terjenius yang pernah mengalahkan kepintaran dari seorang professor dari Endheva ? Siapa lagi kalau bukan dia ?” Jelas Heri pada Vlouchi.
Di tengah kegelapan malam dan di tengah sepinya suasana taman kota malam itu membuat suasana menjadi mencekam. Derap langkah ketiga orang yang berjalan menyusuri jalan setapak taman semakin jelas terdengar. Tak jauh dari sana terlihatlah sesosok wanita tengah duduk di bangku taman dengan mengenakan jubah panjang dan mengenakan tudung. Cloud, Denis, dan Feti berhenti sejenak dan melihat sekeliling. Sejauh mata memandang hanya terdapat 4 orang disana yaitu mereka bertiga dan seorang gadis seumuran mereka yang tengah duduk tertunduk di bangku taman. Ketika mereka mulai berjalan mendekati gadis itu. Gadis itu tertawa dalam sunyi.
“Hahahaha. Tampaknya sudah lama sekali kita tidak bertemu, Xerro 14 !” Kata gadis itu dengan tertawaan yang mencekam.
“Apa, apa maksudmu ? siapa kau ?” Tanya Feti penasaran.
“Kau tidak mengenaliku ?” Tanya gadis itu sembari membuka tudung kepala yang menutupinya.
“Tch ! Tifa.” Kata Denis sembari mendecih.
“Hah. Tak disangka kita akan bertemu disini. Apa kabar dengan kalian semua ? apakah kalian tidak merindukakanku ?” Kata Tifa basa-basi.
“Untuk apa kami harus merindukan seorang pengkhianat sepertimu !” Seru Feti dengan mengepalkan tangannya.
“Hm. Dimana anggota baru kalian ?, kenapa kalian tidak mengajaknya ?” Tanya Tifa.
“Tch ! dasar kau !!!!!” Seru Denis sembari memberikan kepalan tangannya kearah Tifa. Namun Tifa bisa menghindarinya dengan gerakan secepat kilat.
“Apa ?” Katanya terkejut.
Kemudian setelah perbincangan basa-basi tersebut terjadilah pertarungan sengit antara mereka berempat. Setelah mendapatkan sebuah serangan dari Denis, Tifa pun membalasnya dengan menggunakan sebuah kekuatan spesial miliknya, yaitu listrik. Seketika itu juga sebuah listrik menyerupai seperti cambuk diarahkannya kearah mereka bertiga. Namun, mereka bertiga berhasil menghindar dengan sukses.
Melihat situasi yang tak memungkinkan lagi, Feti merubah dirinya menjadi ‘Cat Women’, kini cakar-cakar nan tajam tengah tumbuh dengan sendirinya di tangan Feti. Ia pun langsung menggunakan gerakan secepat kilat dan selincah kucing, Feti pun mulai menyerang Tifa. Dan itu sukses membuat kulit tangan kirinya robek.
“Hah. Kau tahu kau itu sungguh menyebalkan !” Seru Feti sembari menggunakan gerakan ‘Flashnya’ dan menyerang Tifa lagi.
“Hah !, ini sungguh tidak adil, jika kalian bertiga, maka aku akan bertiga juga !” Seru Tifa sambil mengusap darah yang tengah mengucur di bibir kirinya.
Setelah itu Tifa membuat sebuah klon dari dirinya sendiri dengan sekejap mata. Maka, seketika itu juga maka muncullah 5 orang Tifa. Dan itu membuat jumlah Tifa yang sekarang ini menjadi 6 orang Tifa. Mereka pun akhirnya mengepung Cloud, Denis dan Feti.
“Sial !, kenapa bisa seperti ini !” Umpat Denis.
“Kalian kaget bukan, huh ?” Tanya ke-6 Tifa bersamaan.
“Terima ini !!!” Seru dari keenam Tifa sambil mengeluarkan kekuatan listrik mereka.
Seketika itu juga, sebuah aliran listrik dahsyat tengah  menyerbu mereka bertiga. Namun, apa yang terjadi ?, ya mereka bertiga berubah menjadi pasir, dan menghilang entah kemana. Tifa pun dibuat kaget oleh hal itu. Kemudian sebuah tinjuan Denis dilancarkan kepada salah satu Tifa, dan itu berhasil membuat Tifa terlontar jauh dan akhirnya menghilang menjadi asap.
“Tch ! palsu.” Katanya mendecih.
Di tengah padang rumput hijau tempat dimana para anggota Xerro 14 berlatih Hikaru, Zero, dan Andi tengah berhadapan dengan seorang mantan wakil komandan pasukan penjaga Kota Divia, Ray O’randy. Sebuah suasana nan sunyi tengah mendera mereka semua yang berada disana. Kini hanya suara desiran angin dan gesekan ranting pohon sajalah yang menemani mereka.
“Siapa kau ?” Tanya Aero pada sesosok lelaki bertubuh tinggi besar bak seorang algojo.
“Tidakkah kalian semua mengenaliku ?” Tanya orang itu basa-basi.
“Apakah kau ini.....” Kata Hikaru yang kemudian terputus oleh Ray.
“Ya, aku ini adalah mantan wakil komandan pasukan penjaga kota ini. Ray O’randy.” Jelasnya.
“Kurasa, aku tidak perlu basa-basi lagi disini. Dimana orang itu ?” Tanyanya lagi.
“Apa ?, apa maksudmu ?, siapa yang sedang kau cari ?” Balas seorang lelaki berumur sekitar 18 tahunan yang diketahui bernama Aero.
“Hm....siapa lagi jika bukan anak dalam ramalan itu ?.” Jelas Ray.
“Tch !, aku tidak akan membiarkanmu menangkap Aline !” Seru Hikaru sembari berlari dan menggunakan kekuatan tanahnya untuk memukul mundur sang mantan wakil komandan Ray O’randy.
‘BRAAKK !, DUAR !’. Begitulah suara yang ditimbulkan oleh pukulan tanah Hikaru. Namun, Ray berhasil menghindarinya dengan mudah dan lincah. Kemudian sang mantan wakil komandan tersebut berdiri disebuah batuan besar efek dari pukulan Hikaru dan menyeringai kejam ke arah mereka. Dengan cepat ia sudah berpindah tempat ke arah belakang Hikaru dan mengancam leher jenjang Hikaru dengan pisau belati yang memiliki ukiran-ukiran indah.
“Apa !?, bagaimana bisa ?” Kata Hikaru terkaget-kaget.
“Hahaha. Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan semudah itu, huh ?” Desisnya di sebelah telinga Hikaru. Seketika itu juga sebuah belati tajam itu menembus leher jenjang Hikaru dengan sekali tusukan. Namun, sesuatu aneh terjadi. Ya, secara tiba-tiba tubuh Hikaru menghilang dengan sendirinya dan tubuh Hikaru yang tengah tertusuk belati tersebut berubah menjadi segumpal tanah liat.
“Sekarang giliranku !” Seru Andi sembari mengepung Ray dengan menggunakan kloningnya. Dan secara cepat ia menggunakan sebuah ilmu rahasia miliknya. Dari arah atas kepala Ray seorang dari kloningnya pun menyerang dan meninjunya, sedangkan kloning dirinya yang berada disisi kanan dan kiri mulai untuk menendang dan meninju Ray. Hingga hal itu berhasil membuat tubuh Ray terpelanting dan terbang tinggi hingga ke atas. Dengan mengambil kesempatan itu, Aero menendang dengan kekuatan penuh, hingga Ray terjatuh ke tanah dan berhasil membuat tanah itu retak.
“Hash...hosh...tampaknya kalian memang tidak bisa diremehkan, sudah saatnya aku menggunakan kekuatan terbaikku.” Kata Ray sembari bangkit dari jatuhnya dan mengusap setetes darah yang mengalir di sebelah bibir kanannya.
Sesaat setelah Ray berhasil bangun dari jatuhnya, ia menggerakan tangannya kesana kemari seolah membentuk suatu formasi tarian bak upacara. Ya, dan seketika itu juga desiran angin di padang rumput kala itu menjadi tak beraturan. Dan sedetik kemudian, kecepatan angin semakin cepat dan semakin cepat, hingga membuat suatu pusaran angin yang siap menerjang siapa saja.
“Tch !, ternyata hanya begitu.” Kata Zero remeh.
Tanpa ragu-ragu lagi, kini angin diseluruh padang rumput itu tengah menjadi liar dibawah kendali Ray. Dan kini, angin-angin itu mulai menyerang mereka. Pohon-pohon pun tumbang hingga sampai ke akar-akarnya. Beberapa kayu-kayu besar pun terbelah menjadi dua, karena ternyata angin itu juga bisa memotong apa saja yang di sentuhnya. Melihat kehebatan angin itu Hikaru dan Aero pun hanya melongo heran. Setelah lama berpikir akhirnya Zero memutuskan untuk menggunakan kekuaran listriknya.
“Hey kalian !, bersiaplah !, aku akan mulai mengaliri angin-angin ini dengan listrik !, kalian harus berlindung !” Seru Zero.
“Baiklah.” Sahut Hikaru sembari membentuk pelindung dari tanah dan membentuk suatu lingkaran besar yang menyelubungi mereka berdua.
Zero mencoba untuk memanfaatkan keadaan, ia melihat ke atas awan. Mendung. Begitu pikirnya. Baiklah, ini merupakan situasi yang menguntungkan untukknya, ia bisa menggunakan awan mendung untuk membuat listrik cadangannya.
Kini sebuah percikan listrik keluar dari kedua tangannya. Zero pun mencoba untuk mentransfer listrik itu ke seluruh angin yang dipakai oleh sang lawan. Dengan konsetrasi penuh ia mencoba. Seketika itu juga angin puting beliung yang di dalamnya terdapat seorang Ray sukses teraliri listrik dari sang awan mendung yang menyelubunginya. Tak hanya itu, kini listri-listrik itu tengah menyebar di seluruh permukaan angin dan membakar serta merusakkan sekelilingnya.
Sebuah erangan dan raungan kesakitan terdengar dari dalam angin tornado. Seketika itu juga kekuatan angin tornado serta angin ribut lainnya menjadi melemah. Satu. Dua. Tiga. Hilanglah angin-angin yang tegah menyelimuti padang rumput itu. Sesosok orang tengah kehabisan tenaga dan terengah-engah dari balik sebuah kumpulan asap debu. Ya, dia adalah Ray. Tampaknya usaha Zero berhasil untuk saat ini. Namun, gara-gara hal tersebut ia kehabisan tenaganya.
Di pusat keramaian Divia. Sesosok lelaki tengah memakai sebuah jubah dan mengenakan sebuah tudung kepala.Dan hal itu membuatnya untuk susah sekali dikenali. Ya, siapa lagi ? orang itu adalah Vino. Sedari tadi orang itu tengah mondar-mandir kesana kemari menanyakan informasi mengenai Aline Alexander namun, hasilnya selalu nihil. Selain itu ia juga sedang menunggu teman-temannya yang tak kunjung datang. Hingga pada suatu ketika seseorang tengah berbicara di earphone miliknya.
“Cepat kembali !, tampaknya situasi sudah tak memungkinkan !” Perintah seseorang di seberang earphone itu.
“Baik tuan !, lalu bagaimana dengan yang lainnya, aku tak tahu dimana mereka.” Jawab Vino.
“Aku yang akan menyuruh mereka kembali. Kau kembali saja dulu !”
“Baik tuan !” Balasnya sembelum akhirnya ia menghilang dari pandangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan