Tak terasa, waktu semakin cepat berlalu. Kini sang surya
telah menenggelamkan dirinya sejak 30 menit yang lalu. Dan waktu pun telah
menunjukkan pukul 18.30. Makan Malam !. Ya, itu merupakan 2 kata yang sangat
disukai oleh para penghuni asrama ini. Semuanya berkumpul menjadi satu pada
saat makan malam tiba. Mulai dari Kepala sekolah (itu pun kalau hadir), guru,
staf, murid-murid dari kelas 1-3, semua berkumpul menjadi satu.
Para murid segera berjalan berbondong-bondong menuju
ruang makan yang super luas. Disana sudah tersedia meja makan yang super
panjang menyerupai meja-meja makan yang ada di film “Harry Potter”. Tak hanya
itu, makanan yang di sajikan pun beragam. Para murid bebas mengambil pilihan
makanan mereka di meja khusus sajian makanan. Sungguh makan malam yang luar
biasa.
Ini merupakan tahun pertama yang istimewa bagi Aline dan
ke-2 kawannya berada di ‘Boarding School’ ini. Mereka bertiga pun melangkahkan
kakinya menuju sebuah meja dimana kelompok kelasnya berada, dan segera membuang
pantat mereka masing-masing diatas kursi kayu yang sudah tersedia. Setelah sang
kepala sekolah memimpin doa, mereka pun langsung menyantap hidangan yang ada
dengan buasnya.
‘Bukankah
itu Cloud ?, kenapa dia tidak ikut makan ?, apakah…..’ Belum sempat ia mengucapkan kata terakhir di pikirannya,
Ica sudah menyenggol lengan Aline dan berkata.
“Hey !, ada apa Al ?, kau sedang melihat apa ?” Tanya Ica
yang sedang menelusuri pandangan temannya ke arah pintu masuk ruang makan.
“Hehehe, tidak hanya saja…..” Belum sempat ia melanjutkan
kata-katanya, Aline pun kaget ketika ia menolehkan kepalanya ke arah pintu
masuk. Betapa kagetnya ia ketika tanpa disadari Cloud sudah menghilang dari
pandangan.
“Hanya saja apa ?” Tanya Ica lagi.
“Ah hahaha tidak, tidak jadi.” Katanya sambil menolehkan
kepalanya lagi ke arah mereka ber-2.
Ketika semuanya sedang asyik-asyiknya melahap makanan
mereka dengan buasnya. Aline memilih untuk memutar ulang kejadian tadi. Ia
mencoba untuk mengumpulkan semua memori yang ada untuk segera diputar dalam
kepalanya.
‘Aneh…aneh
sekali, Cloud, kenapa ia tidak mengikuti makan malam ini ?, sebenarnya siapa
dia ?’ Pikirnya.
“Hey Aline….haloo…, kau sedang melamun ya ?” Tanya Lia
sembari melahap makanan yang masih ada di mulutnya.
“Ah tidak kok !, hehehe.” Katanya sambil menggaruk
belakang kepalanya yang tentu saja tidak gatal.
“Hah !, kau ini aneh sekali. Cepat segera habiskan
makanan mu !, kita harus cepat-cepat mengerjakan tugas kita.” Jelas Ica yang
masih berusaha menghabiskan jatahnya.
“Huh, aku sudah selesai dari tadi malah, dan kau tahu,
aku menunggu kalian !” Jawab Aline ketus dan menjulurkan lidah seraya mengejek
ke arah mereka ber-2.
Selesai makan, mereka bertiga pergi melangkahkan kaki
mereka ke arah asrama. Mereka segera menambah laju speed mereka mengingat
mereka masih memiliki tanggungan tugas matematika dari Mrs. Yuna. Sesampainya
disana, mereka ber-3 segera menyusun jadwal untuk keesokan harinya.
“Nah, sekarang aku tagih janji kalian !, aku pinjam PR mu
ya Li, hehehe.” Kata Aline santai.
“Hahaha, oke…oke…, ini.” Jawab Lia sembari
mengobrak-abrik isi tas merahnya.
Jam telah menunjukkan pukul 20.30 malam. Cerahnya sinar
rembulan dan merdunya suara hewan-hewan malam menemani mereka bertiga.
Tiba-tiba saja rasa dahaga mendera salah satu teman Aline yang berkulit sawo
matang dan berambut panjang diikat. Dialah
Ica.
“Al, apa kita masih punya air ?, aku haus.” Katanya.
“Hm…, seingatku di lemari es masih ada 2 botol besar,
penuh lagi.” Jelas Aline.
“Hn.., baiklah aku akan mengambilnya.” Jawab Ica sambil
mengangkat kaki dari tempat ia duduk bersila.
“Hey al !, nanti aku contekin PR fisika ya ??, hehehe.”
Katanya sembari menunjukkan wajah memelas.
“Ah….oke…oke.”
“Haloo, semua !, I’m back, haduh lega sekali rasanya
setelah minum.”
Tepat pukul 9 malam mereka menyelesaikan kegiatan belajar
mereka dan segera membereskan semuanya. Dari mulai buku, pensil, penghapus,
bungkus jajan, dan semuanya mereka rapikan. Setelah merasa lelah dan dihinggapi
rasa kantuk. Mereka ber-3 segera merebahkan diri mereka masing-masing di atas
kasur empuk yang sudah tersedia.
“Hoah…, aku ngantuk sekali, selamat tidur semua !” Kata
Lia sambil meregangkan otot-ototnya di atas kasur.
‘CKLEK’. Begitulah suara terakhir yang di timbulkan mereka
karena mematikan lampu. Satu jam telah berlalu, kini ke-3nya sudah tidur dengan
nyenyaknya. Namun, tiba-tiba saja sesuatu mengganggu pikiran Aline. Tanpa
disengaja ketika ia menolehkan kepalanya ke arah jendela yang berada di
sampingnya, terlihatlah sebuah siluet berbentuk manusia sedang berdiri di atas
sebuah cabang pohon dan seperti sedang memperhatikannya dari sana.
Ketika ia hendak menolehkan kepalanya lagi ke arah
jendela seraya untuk melihat siluet itu, tiba-tiba siluet itu hilang dengan
sendirinya. Merinding, penasaran, ngeri, semuanya bercampur aduk menjadi satu
di dalam hatinya.
Ia pun memutuskan untuk melihat situasi di atas balkon kamarnya. Dia melihat sekeliling berusaha untuk mencari kemana
perginya siluet hitam itu. Namun, ketika ia melihat sekeliling apa yang di
dapat olehnya ?. Hanyalah cerahnya sinar rembulan dan nyanyian hewan-hewan
malam yang merdu.
‘CRACK’. Tanpa disadari Aline pun terjatuh dari atas balkon
kamarnya yang berlantai 3. Reflek, dia pun memancatkan salah satu kakinya di
balkon bawah lantai 3 dan memberi sedikit dorongan dan tekanan pada salah satu kakinya
itu. Tapi, entah ada kekuatan darimana ia bisa
melompat sangat tinggi dan seolah bisa mengendalikan situasi yang di hadapinya
kala itu. Tiba-tiba saja ia pun sampai di atap asrama putri.
Aline pun berusaha untuk menarik nafasnya dalam-dalam
seraya untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Ia mencoba untuk mengumpulkan
kembali segala memorinya yang ada, yang kemudian akan di putar ulang oleh
otaknya seperti film-film bioskop.
‘Aneh,
kenapa tiba-tiba aku bisa….’ Sebelum
ia melanjutkan kata-katanya di dalam kepalanya. Tiba-tiba seseorang berbicara
di belakang punggungnya.
“Hm…pemandangan disini indah, bukan ?” Tanya seorang
gadis berambut panjang lurus sebahu.
“Ah..iya..” Jawab Aline menoleh kepada wanita di
belakangnya itu.
“Aku Karin, Karina Venus O’dessa.” Katanya sembari
menjulurkan tangannya.
“Aku Aline, Aline Devina Alexander.” Jawabnya
sambil menjabat tangan Karin.
“Apa yang kau lakukan di atas atap asrama malam-malam
begini Al ?”
“Huh…entahlah, mencoba untuk merasakan angin malam dan
merenung, hehehe, kau ?” Jawab Aline dengan menunjukkan cengiran khas dirinya
pada gadis yang tengah berdiri di sampingnya.
“Ah…aku biasanya kesini jika aku sedang punya masalah,
atau pada saat pikiranku sedang kacau.” Balas gadis yang sedang memakai baju tidur ala putri kerajaan.
Mereka berdua pun menghabiskan 1 jam waktu mereka berada
di atap asrama dengan berbincang-bincang. Dinginnya angin malam tidak membuat
mereka ingin menyudahi perbincangan ringan mereka. Rambut pirang Karin terus
melambai-lambai senada dengan desiran angin yang cukup kencang kala itu.
Ditambah lagi suara nyanyian hewan malam yang merdu turut ramai suasana.
Ketika 1 jam telah berlalu Karin memutuskan untuk pergi
meninggalkan Aline. Ya, karena kantung-kantung matanya kini sudah bergelambir dan
itu pertanda bahwa ia sudah merasa ngantuk dan lelah. Setelah punggung Karin
menghilang dari mata Aline, ia mencoba kekuatan yang tak sengaja di perolehnya
waktu itu.
Setelah menarik nafas panjang. Ia pun menutup kedua
matanya. Dan ia pun melompat dari atas atap asrama putri. Dan apa yang terjadi
waktu itu ?. Ya, Aline melompat bagaikan seorang ninja yang sedang beraksi pada
malam hari. Ia pun memijakkan kakinya di atas balkon kamarnya, dan kemudian
masuk ke dalam kamar.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ini sudah hampir
larut malam. Aline pun merasa bahwa badannya sudah letih dan lelah. Apalagi
matanya, rasanya sudah sangat berat sekali untuk membuka kedua matanya yang
sudah lelah. Ia pun merebahkan dirinya di atas kasur dan tertidur setelah ia
mengeluarkan uapan-uapan tanda ia telah mengantuk.
aaa
Malam telah berlalu begitu saja dengan cepat. Kini sang
mentari pagi sudah menunjukkan sinarnya diatas langit. Bukan hanya itu, kicauan
burung pun menemani munculnya sang mentari dari balik gunung. Udara pagi yang
segar masuk kedalam paru-paru Lia dan Ica, kedua teman Aline ini sudah bangun
mendahului Aline. Ya, dan bisa dikata mereka adalah orang yang rajin, tidak
seperti Aline, yang sangat menyukai tidur.
“Hey Aline !, bangun ini setengah jam lagi kita masuk
sekolah !!” Teriak Ica sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aline.
“Apa kau mau kuguyur lagi dengan air seperti kemarin, hah
?!” Kata Lia.
Mendengar perkataan salah satu temannya itu, Aline
langsung terbangun dari tidurnya. Dengan menggerutu sebal ke arah mereka berdua
ia mengambil handuk dan mulai masuk kedalam kamar mandi.
”Br....dingin sekali airnya !” Katanya sambil keluar dari
kamar mandi dengan sudah menggunakan seragam sekolah lengkap.
”Hah...akhirnya selesai juga kau, ayo cepat, nanti kita
terlambat !” Seru Ica yang sedari tadi hanya melihat ke arah jam tangan yang di
pakainya itu.
”Akh iya...iya...lagi pula ini kan baru jam setengah
tujuh, dan aku belum makan bodoh !” Timpal Aline.
”Baiklah, kalau begitu, kita ke kantin dulu.”
”He ?, apa katamu kantin ?, bukankah kita masih punya
roti di dalam kulkas ?” Sahut Ica.
”Hehehe. Roti itu sudah kuhabiskan kemarin malam,
habisnya sih aku mendadak lapar. Hehehe.” Balas Lia dengan senyum-senyum
sendiri.
”Ah sudahlah, ayo cepat kita kesana, keburu masuk lagi.”
Tambah Aline.
Setelah merapihkan kamar mereka, mereka bertiga pun pergi
berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin Aline melihat lagi sesosok pria
berambut coklat yang dikenalnya dengan nama Cloud sedang duduk-duduk santai
dengan seorang temannya yang berambut pirang kekuning-kuningan. Seperti
biasanya, dimana ada pemuda bernama Cloud itu, pasti ada segerombolan gadis
yang mengelilinginya, seolah Cloud adalah madu yang sangat manis sedangkan para
gadis itu adalah lebah yang tengah kelaparan akan manisnya madu.
Tunggu !, Rambut pirang kekuning-kuningan ?. Aline mulai memutar balik pikirannya. Ya, tampaknya orang
itu tidak asing baginya. Aline pernah bertemu orang itu, tapi dimana ?. Oh
great !. Itu adalah orang yang ada di dalam mimpinya 2 hari yang lalu.
Komentar