Tak lama kemudian bel tanda habisnya istirahat berbunyi.
Mereka bertiga pergi beranjak dari tempat mereka duduk. Kini mereka harus pergi
ke kelas musik. Desiran angin hari itu mengiringi langkah kaki mereka bertiga.
Dingin. Ya, kota itu kini telah memasuki musim penghujan.
Krieett..., suara decitan pintu ruangan musik menggema di
seluruh ruangan. Mendandakan ada seseorang yang sedang memasuki ruangan itu.
Dia adalah Mrs. Lola Puffy guru seni musik yang baru tahun ini mengajar di
sekolah ini. Tanpa panjang lebar, para murid langsung disuruh untuk mengambil
alat musik yang ingin mereka pelajari.
Tak terkecuali dengan Aline dan kawan-kawan. Aline
memilih untuk mengambil biola putihnya yang selalu di titipkan di ruang musik
itu. Lia pun sama, hanya Ica yang memilih untuk bermain piano.
“Aku, ambil biolaku dulu ya ?” Pamit Aline dan Lia pada
Ica, yang sudah terduduk di kursi pianonya.
“Nah, anak-anak, kita akan mempelajari suatu permainan
orkestra musik, dan kita akan memainkan lagu Canon in D major.” Jelas Mrs.
Lola.
“Canon in D Major ?, anda belum memberikan materi itu
pada kami.” Jelas seorang pria keturunan cina berkacamata.
“Ah..., mungkin kalian lupa, kemarin aku sudah memberikan
materi itu pada kalian, hanya saja kalian tidak tahu kalian sedang memainkan
lagu apa, iya kan ?” Balas Mrs. Lola, setelah Mrs Lola menjelaskan panjang
lebar tentang materi itu, murid-murid pun disuruh untuk mengambil partiture
Canon In D major di Almari penyimpanan.
“Hmm...Canon In D ya ?, aku sangat suka lagu ini.” Kata
Aline.
“Ya, aku juga.” Kata Lia sembari bersiap untuk memainkan
biola yang sudah ada di tangannya.
Setelah semua bersiap dengan alat musik masing-masing
Mrs. Lola mulai mengkomandani jalannya orkestra. Ketika ayunan stick
menunjukkan tempo ¾ semua langsung
mengikuti.
Suara dentingan piano yang sangat merdu, suara flute dan
oboe yang tak kalah indahnya, gesekan violin dan celo yang sangat merdu dan
klasaik, serta suara petikan gitar yang menambah harmonisnya alunan melodi itu.
Semuanya bersatu padu untuk membentuk suatu melodi yang indah dan harmonis.
Ketika melodi itu selesai di mainakan suara riuhnya tepuk
tangan para pemain menghiasi suasana ruang musik kala itu. Setelah memainkan
orkes tersebut, hanya wajah cerialah yang nampak di wajah mereka, walau itu
hanya latihan belaka.
“Lagu yang bagus, aku ucapakan selamat pada kalian
semua.” Kata Mrs. Lola sambil bertepuk tangan.
“Jika kalian mau, kalian akan kutampilkan di acara ulang
tahun sekolah nanti, bagaimana ?” Tambah Mrs. Lola.
“Ide yang bagus, aku setuju.” Jawab seorang pemuda
berambut pirang, dia adalah teman sekelas sekaligus sahabat Aline, Lia dan Ica.
“Hmm..., baiklah jika kau setuju Ryu, yang lain ?”
“Aku juga.” Kata Aline sembari mengacungkan tangan yang
kemudian diikuti oleh teman-teman yang lain.
“Baiklah, kalau begitu, kita akan berlatih keras 2 bulan
lagi.” Kata Mrs. Lola.
“Dan sekarang, ku biarkan kalian berlatih musik sendiri,
jika kalian tidak bisa, kalian bisa menanyakannya padaku.”
Sesuai perintah dari Mrs. Lola. Murid-murid pun langsung
mulai bermain sesuka hati mereka.
aaa
Seusai jam sekolah Aline berserta kedua sahabat karib
sekaligus teman sekamarnya langsung pergi melenggang kearah asrama. Namun, sesuatu kala itu telah mengusik pikiran Aline. Ya,
sesuatu itu adalah mengenai suara-suara aneh yang selalu menghampirinya
semenjak ia ke kamar mandi.
“Um….ca, kupikir kalian pergi saja dulu ke kamar Dini dan
Rosa, aku akan menyusul nanti.” Katanya sembari membenahi kerah baju yang
dipakainya.
“Baiklah jika itu pilihanmu, kami akan menunggu disana,
tapi kau mau apa ?” Tanya salah seorang sahabat sekaligus teman satu kamarnya
yang berambut panjang.
“Ah…., aku ingin mengambil biolaku yang kini berada di
ruang musik, entah kenapa aku tiba-tiba ingin memainkannya, hehehe, boleh kan
?” Tanya Aline.
“Hmm…, baiklah terserah kau saja.”
Kini kedua sahabatnya itu telah pergi berjalan menjauh
meninggalkan Aline yang tengah berdiri di ambang pintu kamar mereka. Beberapa
detik kemudian punggung mereka berdua sudah tak tampak lagi oleh Aline. Setelah melihat
kedua sahabatnya pergi meninggalkannya. Aline langsung pergi menuju ruang musik. Sinar matahari senja sore itu
menerobos masuk ke dalam asrama melalui celah-celah ventilasi yang ada.
5 Menit ia berjalan dari asrma sampailah ia di ruangan
seni musik. Sunyi. Itu adalah kesan pertama yang muncul di benaknya kala itu.
Mungkin hanya sinar matahari senja yang reduplah yang tengah menemani ia
disana. Sebelum ia melagkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan
itu. Samar-samar terdengar suara dentingan piano nan merdu.
‘Apa ?, suara merdu apa itu ?,
kenapa ada orang bermain piano disini ?’ Batinnya dalam hati.
Setelah menimang-nimang pemikirannya, ia pun akhirnya
melenggang masuk ke dalam ruang musik dan mengambil tas biola putihnya. Sebelum
ia keluar dari sana, ia memutuskan untuk mendekati sumber suara itu. Dilihatnya
sesosok anak laki-laki yang di tabraknya tadi pagi yang masih menggunakan
seragam sekolah tengah asik memainkan jari-jemarinya di atas tuts hitam dan
putih grand piano.
‘Indah sekali, lagu apa ini ?, ini seperti bethoven, ya
aku yakin.’ Pikirnya.
Aline pun berjalan mendekati anak yang di tabraknya tadi
pagi dan berkata.
“Lagu yang indah, fur elise kah ini ?” Tanya Aline dari
balik punggung anak itu.
“Terimakasih, ya kau benar.” Jawabnya sembari
menghentikan jari-jemarinya yang tengah asyik bermain piano.
“Boleh aku duduk disini ?” Tanya Aline sambil menunjuk
tempat duduk longgar di sebelah orang itu.
“Silahkan.”
“Um…, Aline, aku Aline Devina
Alexander.” Jelasnya dengan
mengulurkan sebelah tangannya.
Seseorang yang berada di sebelahnya hanya terdiam dan tak
memberi respon. Setelah beberapa detik kemudian Aline menurunkan tangannya, dan
anak itu pun angkat bicara.
“Cloud, Kraven Cloud Lucis.” Jelas anak itu datar.
“Kau pemain biola, huh ?” Tanya Cloud datar.
“Ya?”
“Kau bisa mengiringiku bermain Canon In D Major ?”
“Tentu saja.” Balas Aline dengan memasang senyuman lebar.
Setelah percakapan singkat itu Aline segera berdiri
disamping Cloud dan mengambil biolanya. Setelah Iringan Intro dari sang pianis,
Aline pun mulai menggesekkan biolanya. Sebuah perpaduan yang indah antara piano
dan biola. Baru setengah permainan. Aline menghentikan permainan biolanya. Cloud
yang merasa kaget hanya menatapnya dengan perasaan heran.
Aline segera menurunkan biola yang tengah ia mainkan tadi
sembari memegangi kepalanya. Ya, ia merasa kepalanya sangat pusing, pusing
sekali. Tidak biasanya ia seperti ini.
“Ah maaf…, aku berhenti tiba-tiba, entah kenapa tiba-tiba
saja kepalaku pusing mendadak.”
“Tak apa.”
Karena merasa kepalanya semakin pusing, ia memutuskan
untuk segera kembali ke asrama. Selain itu juga waktu sudah semakin sore. Tanpa
basa-basi ia langsung berpamitan pada Cloud yang masih terduduk di depan piano.
”Ah…astaga !, kenapa tiba-tiba kepalaku pusing mendadak.”
Ungkapnya di koridor kelas 2 yang sepi tak berpenghuni.
Entah ada angin darimana, tiba-tiba suara-suara yang
mengganggunya ketika ia berada di kamar mandi dan di kelas datang
menghamipirnya lagi. Seolah suara itu ingin mengajak Aline ke suatu tempat.
Aline sangat ingin mengikuti asal muasal suara tersebut. Namun, ia segera
mengurungkan niatnya untuk mengikuti asal suara tersebut.
“Aline, kami pulang !!!” Seru kedua sahabatnya dari luar
pintu kamar.
“Aline, kau kenapa ?, kau sakit ?” Tanya Lia.
“Entahlah, kenapa tiba-tiba saja kepalaku pusing
mendadak.”
“Apakah perlu kami ambilkan obat ?”
“Tidak, terimakasih, kalian jangan khawatirkan aku,
palingan sebentar lagi juga sembuh, hehehe but, ngomong-ngomong gimana tadi di
kamar Dini dan Rosa ?, Apakah PRnya sudah bisa diselesaikan ?” Kata Aline
menambahkan.
“Hahaha. Yap !, satu masalah tuntas !, aku yakin besok Bu
Yuna tidak akan marah-marah lagi karena membahas soal ini wahahahahah.” Kata
Ica Diiringi dengan tawa yang menggelegar.
“Kalau begitu, nanti kalian maukan membantuku, hehehehe.”
Sahut Aline dari atas kasur dengan menunjukkan cengiran khasnya.
aaa
Tak terasa, waktu semakin cepat berlalu. Kini sang surya
telah menenggelamkan dirinya sejak 30 menit yang lalu. Dan waktu pun telah
menunjukkan pukul 18.30. Makan Malam !. Ya, itu merupakan 2 kata yang sangat
disukai oleh para penghuni asrama ini. Semuanya berkumpul menjadi satu pada
saat makan malam tiba. Mulai dari Kepala sekolah (itu pun kalau hadir), guru,
staf, murid-murid dari kelas 1-3, semua berkumpul menjadi satu.
Para murid segera berjalan berbondong-bondong menuju
ruang makan yang super luas. Disana sudah tersedia meja makan yang super
panjang menyerupai meja-meja makan yang ada di film “Harry Potter”. Tak hanya
itu, makanan yang di sajikan pun beragam. Para murid bebas mengambil pilihan
makanan mereka di meja khusus sajian makanan. Sungguh makan malam yang luar
biasa.
Ini merupakan tahun pertama yang istimewa bagi Aline dan
ke-2 kawannya berada di ‘Boarding School’ ini. Mereka bertiga pun melangkahkan
kakinya menuju sebuah meja dimana kelompok kelasnya berada, dan segera membuang
pantat mereka masing-masing diatas kursi kayu yang sudah tersedia. Setelah sang
kepala sekolah memimpin doa, mereka pun langsung menyantap hidangan yang ada
dengan buasnya.
‘Bukankah
itu Cloud ?, kenapa dia tidak ikut makan ?, apakah…..’ Belum sempat ia mengucapkan kata terakhir di pikirannya,
Ica sudah menyenggol lengan Aline dan berkata.
“Hey !, ada apa Al ?, kau sedang melihat apa ?” Tanya Ica
yang sedang menelusuri pandangan temannya ke arah pintu masuk ruang makan.
“Hehehe, tidak hanya saja…..” Belum sempat ia melanjutkan
kata-katanya, Aline pun kaget ketika ia menolehkan kepalanya ke arah pintu
masuk. Betapa kagetnya ia ketika tanpa disadari Cloud sudah menghilang dari
pandangan.
“Hanya saja apa ?” Tanya Ica lagi.
“Ah hahaha tidak, tidak jadi.” Katanya sambil menolehkan
kepalanya lagi ke arah mereka ber-2.
Ketika semuanya sedang asyik-asyiknya melahap makanan
mereka dengan buasnya. Aline memilih untuk memutar ulang kejadian tadi. Ia
mencoba untuk mengumpulkan semua memori yang ada untuk segera diputar dalam
kepalanya.
‘Aneh…aneh
sekali, Cloud, kenapa ia tidak mengikuti makan malam ini ?, sebenarnya siapa
dia ?’ Pikirnya.
“Hey Aline….haloo…, kau sedang melamun ya ?” Tanya Lia
sembari melahap makanan yang masih ada di mulutnya.
“Ah tidak kok !, hehehe.” Katanya sambil menggaruk
belakang kepalanya yang tentu saja tidak gatal.
“Hah !, kau ini aneh sekali. Cepat segera habiskan
makanan mu !, kita harus cepat-cepat mengerjakan tugas kita.” Jelas Ica yang
masih berusaha menghabiskan jatahnya.
“Huh, aku sudah selesai dari tadi malah, dan kau tahu,
aku menunggu kalian !” Jawab Aline ketus dan menjulurkan lidah seraya mengejek
ke arah mereka ber-2.
Komentar