aaa
”Ah akhirnya sampai juga kita disini.” Kata
Karin sambil menunjukkan cengiran khasnya.
”Hah !!!..., suara ribut-ribut apa sih diluar
!, mengganggu saja !” Teriak seseorang dari dalam rumah dan kemudian membuka
pintu untuk melihat-lihat keadaan sekeliling.
”Halo Tuan Karim !!!, lama sekali tak
berjumpa !, hahaha !” Teriak Karin.
”Heeeh ?, ternyata kau dan Freya, hm...lalu
siapa ini.” Kata seseorang kakek-kakek yang memakai topi ala manusia gunung dan
sedang memincingkan ke-2 matanya kearah Aline.
”Astaga !, kau sudah lupa ya !, ini adalah
cicit dari Alexander. Keturunan Alexandria. Kau ingat ?” Jawab Karin meyakinkan
kakek tua itu.
”Alexander ???, ahh...aku ingat !. Jadi ini
adalah cicit Alexander, kalau begitu mari masuk !” Kata Tuan Karim sambil
menyunggingkan senyumannya.
”Baik Tuan Karim !!!”
”Heeh..., sudah kubilang jangan panggil aku
Tuan, panggil aku kakek saja.” Sahut Kakek tersebut sembari masuk kedalam
rumahnya yang kemudian dieekori oleh Aline.
”Sekarang tugasku sudah selesai, bolehkah aku
kembali Karin ?” Tanya Freya pada tuannya.
”Hn...baiklah, sampai jumpa !” Kata Karin
sembari melambaikan tangannya pada Freya dan kemudian Karin memasuki rumah
Kakek Karim.
’POF’. Begitulah suara terakhir yang ditimbulkan Freya sebelum
ia menghilang dari pandangan. Kini semuanya telah masuk kedalam rumah Kakek
Karim. Mereka berdua pun dipersilahkan duduk di ruang tamu sang empunya rumah.
Riana, anak dari Kakek Karim menyuguhkan secangkir teh dan 2 toples biscuit
kepada kami berdua. Setelah Riana menaruh toples terakhirnya, sang empunya
rumah pun duduk dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa miliknya.
“Jadi, ternyata kau berhasil ya ?, ku ucapkan
selamat terlebih dahulu untukmu Karin, dan selamat datang untuk Aline, dan
benarkan namamu Aline ?” Kata Kakek Karim.
“Ya…namaku Aline tapi, bagaimana bisa kau
tahu namaku ?” Tanya Aline.
”Karin yang memberitahuku, hehe.”
”Baiklah kurasa sekarang saatnya aku akan
membawamu ke tempat Tuan Lucis.”
”Hey !, tunggu dulu. Sebelumnya aku ingin
bertanya, apa tujuannya aku dibawa kemari ?” Tanya Aline.
”Hm...jadi Karin belum memberitahumu ya ?,
baiklah, sebenarnya kakek buyutmu adalah manusia yang terakhir kali masuk ke
dalam Dunia Cermin dan selama ini dialah yang menyelamatkan kami dari serangan
pasukan kematian yang dipimpin oleh Lady Medussa. Dan Medussa sudah dibunuh
oleh Alex bertahun-tahun yang lalu. Namun, ada kabar yang menyatakan bahwa ada
penerus Medussa yang ingin menguasai Dunia Cermin.” Jelas Kakek Karim panjang
lebar.
”Lalu, hubungannya denganku apa ?”
”Begini, sebelum Alex menghilang dari sini.
Para pasukan ’Guardian’ menemukan sepucuk surat di kediaman Alex. Dan diketahui
surat itu ditulis oleh Alex sendiri. Dan surat itu berbunyi, ’Temukan seorang
bernama Aline Devina Alexander di masa depan, aku tak bisa membimbing dan melindungi
kalian untuk sekarang dan nanti. Dia adalah cicitku, mungkin dia akan membantu
kalian dalam menghadapi masalah.’ Begitulah surat terakhir yang ditulisnya.”
”Ah...aku lupa menambahkan, dulu sebelum kau
kesini sudah ada 4 orang yang terpilih untuk menjaga dunia cermin termasuk
kakek buyutmu. 2 diantaranya menghilang tanpa jejak seperti Alexander. Dan yang
satu lagi dia terbunuh beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Tuan Lucis, dia
adalah sahabat dekat Alex, sekaligus pemimpin Negara Divia dari dunia cermin
atau lebih dikenal dengan nama ’Espellos Mundo’.”
”Ya, aku sudah dengar cerita itu dari Karin
sebelum aku masuk kemari.” Kata Aline menambahkan.
”Baiklah..., kurasa sekarang saatnya kita
harus pergi ke tempat Tuan Lucis.” Desah Kakek Karim dengan beranjak berdiri
dari sofa yang tadi didudukinya.
aaa
Di dalam kastil kerajaan dunia cermin mereka
bertiga sedang berjalan menuju ruang pertemuan sang raja dengan tamunya. Ketika
Aline melangkahkan kedua kakinya di sana, ia sudah disambut oleh para pelayan
istana yang memakai baju khas mereka dan disambut oleh suasana khas kastil
kerajaan. Sang Raja Lucis sudah terduduk santai diatas singgasana ruang
pertemuan.
”Selamat siang yang mulia, kedatanganku
kemari kesini ingin menyampaikan suatu hal yang sangat penting kepada anda.”
Kata Kakek Karim dengan membungkuk setengah badan kepada sang raja.
”Siapa yang sedang bersamamu ?” Tanya Raja Lucis.
”Itulah yang ingin saya sampaikan Yang Mulia.”
Jawab Kakek Karim sambil tetap menundukkan kepalanya.
”Tunggu, tampaknya aku pernah sekali melihat
wajah itu, dan kurasa wajah itu sudah tak asing lagi bagiku.” Balas Raja Lucis
sembari turun dari singgasananya dan berjalan menuju Kakek Karim, Karin dan
Aline. Setelah itu, Raja Lucis memperhatikan Aline dengan seksama dan kemudian
ia pun angkat bicara.
”Ya, aku yakin, aku seperti pernah mengenalmu
dan wajahmu mirip seperti. Alexander....., apa kau ???”
”Ya, Yang Mulia dia adalah cicit Alexander.
Muridku Karin yang telah membawanya kemari.” Balas Kakek Karim.
“Hm…jadi begitu, baiklah untuk sekarang
Espellos Mundo bisa dibilang aman sementara. Tapi setidaknya kita juga harus
selalu waspada terhadap kau tahukan ?”
“Lalu apa rencanamu kali ini ?”
”Aku serahkan dia padamu, Master Blade dan
Prof. Candra. Untuk melatih
dia sebelum terlambat. Dan mungkin sekarang pasukan Medussa juga sedang bersiap
untuk mencari pengganti Medussa.” Jelas Lucis panjang lebar.
“Baiklah kalau begitu. Kami bertiga pamit
dulu.”
Kemudian mereka bertiga pun pergi
meninggalkan ruang pertemuan istana dan pergi menuju luar kastil. Setelah itu
Kakek Karim mengajak Karin dan Aline untuk berlatih di padang rumput belakang
rumah Kakek Karim.
Ketika mereka sudah sampai disana, ternyata
padang rumput itu tengah dipenuhi oleh beberapa anak yang mungkin sedang
berlatih juga. Tiba-tiba saja Aline teringat akan mimpinya beberapa waktu lalu.
Sebuah padang rumput hijau yang luas dan segerombolan anak yang sedang berlatih
beladiri. Sungguh sangat mendetail. Ia pun memutar
kedua matanya kesana kemari dan melihat sekeliling. Ia melihat Denis. Ya, tidak
salah lagi itu adalah Denis. Seseorang yang ada di mimpinya sekaligus orang
yang pernah ditemuinya ketika ia dikelas.
”Hah !!!..., ternyata banyak juga ya orang
yang berlatih beladiri dengan Kakek Karim. Hahaha.” Kata Karin sambil menaruh
kedua tangannya dibelakang kepala.
”Hehehe...iya juga ya. Tapi ngomong-ngomong
apa itu Denis ?, kenapa ia bisa disini ?, bukankah seharusnya ia ada di dunia
luar ?” Kata Aline penasaran.
”Ah...hahaha, jadi kau sudah tau Denis ya ?,
yang di Indonesian International High School tidak Cuma aku saja, masih banyak
orang yang berasal dari Espellos Mundo ada disana. Dan asal kau tau, orang
dunia cermin bisa pergi kemana saja asalkan masih ada portal, dan tidak seperti
para manusia yang harus melewati tahap seleksi untuk bisa memasuki dunia
cermin.” Jelas Karin sambil menunjukkan senyuman khasnya.
”Begitu ya ?, kenapa para manusia harus
melewati tahap seleksi ?”
”Hm...entahlah, ayo..” Jawab Karin sambil
mengajak Aline untuk segera bergabung dengan yang lain.
”Hey, tak kusangka ternyata kau berasal dari
sini.” Kata Denis sambil berjalan menghampiri Aline dan Karin yang saat itu
juga sedang berjalan menuju mereka.
”A...., sebenarnya bukan, dia dari dunia
manusia, kau tahu itu den.” Jelas Karin.
”He ???. Apa ? bukan ?, apa maksudmu ?” Tanya
Denis heran. Kemudian Karin berjalan mendekatinya dan membisikkan sesuatu ke
telinga Denis. Dan memberitahu dia yang sebenarnya siapa Aline.
”Ah...jadi begitu ?, ya aku mengerti. Baiklah aku mengerti, hm....al mungkin nanti kita bisa
satu tim. Mohon kerjasamanya ya ! hehe.” Kata Denis sambil menunjukkan cengiran
khasnya.
Beberapa saat kemudian Kakek Karim datang
menghampiri mereka semua yang sedang berlatih di padang rumput. Kemudian Kakek
Karim memerintahkan Aline untuk ikut dengannya, sedangkan ia menyuruh Karin dan
Denis untuk melatih murid-murid yang ada menggantikan dirinya.
Aline pun berjalan mengekori Kakek Karim yang
berada di depannya. Ia melihat ke belakang sesaat yang kemudian di akhiri oleh
lambaian tangan Karin dari kejauhan. Tak lama ia berjalan, sampailah ia di
suatu tempat latihan yang dikhususkan Kakek Karim untuk melatihnya.
”Karin bilang padaku kalau kau sudah punya
kekuatan sebelum kau masuk kemari, benarkah itu ?” Tanyanya.
”Ah...itu, iya itu benar, aku sendiri tidak
tahu kekuatan apa itu.”
”Kau bisa menunjukkannya padaku.”
”Tentu saja.”
Kemudian Aline menunjukkan segala kekuatan
yang diperolehnya waktu itu. Ia pun mencoba mengeluarkan api dari kedua
tangannya, ia pun berhasil. Kini, kedua telapak tangannya tengah dipenuhi oleh
kobaran-kobaran api yang siap menyambar. Aline pun mengarahkan tembakan apinya
ke arah sebuah pohon yang berjarak 100m didepannya, setelah menarik nafas
panjang ia pun melempar api tersebut. Bukannya mengenai pohon itu tapi,
kobaran-kobaran api itu malah mengenai seseorang yang tengah mengendarai skuter
terbang yang sedang mengudara diatas mereka.
”Ah....sial !, kau ini punya mata tidak, ha
!!!” Kata orang tersebut sebelum akhirnya mendaratkan dirinya diatas sebuah
pohon besar.
”Eh ? aduh maaf...maaf...”
”Hm...buruk sekali, apakah hanya itu kekuatan
yang kau punya ?” Kata Kakek Karim sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
”Um...maaf, tadi aku tidak berkonsentrasi
penuh. Sebenarnya aku masih punya dua lagi yaitu air dan menggerakan
benda-benda disekitar. Tapi kalau yang air aku tidak yakin, karena aku baru
mendapatkannya kemarin.” Jelas Aline sambil melihat kearah kaki-kakinya.
”Baiklah, tunjukkan itu padaku.”
Setelah mendapat instruksi dari sang guru,
Aline pun langsung mengambil kuda-kuda dan berkonsentrasi. Tak lama kemudian
Aline bisa menciptakan segenangan air yang ada ditanah, lalu ia pun mengangkat
air itu seirama dengan ayunan tangannya yang kemudian.....’CPRATT’.
”Hey. Kau mau membunuh gurumu ya !” Teriak
Kakek Karim kaget.
”Ah...maaf, aku tidak tau, tapi bukankah air
tidak bahaya ?”
”Apa ?, tidak bahaya ?, jika kau menggerakan
air seperti itu, kau bisa memotong pohon dengan sekali tebas. Dan kau tahu kau bahkan bisa membunuhku.” Kata Kakek
Karim sambil memberikan penekanan-penekanan pada setiap kata-kata terakhirnya.
”Maaf...., aku tidak tahu guru, dan bahkan
aku baru tahu kalau air bisa sebahaya itu.” Balas Aline sambil mendundukkan
kepalanya.
Setelah itu ia pun berusaha untuk
mengeluarkankan kekuatan terakhir yang dia punyai yang kemudian ditunjukkannya
kepada Kakek Karim.
”Baiklah, kurasa pengendalian bendamu tidak
buruk, aku hanya tinggal memberimu pelatihan untuk kekuatan lain. Dan perlu kau
ketahui semua orang yang terdapat pada organisasi pertahanan Espellos Mundo
wajib mendapatkan pelatihan ini. Pertama adalah pelatihan untuk keseimbangan,
ini wajib karena ini akan melatih kesabaranmu dan juga melatih keseimbangan
jiwa dan ragamu. Mungkin kesan pertama untuk latihan ini adalah membosankan.”
Kata Kakek Karim sambil berjalan menuju kesuatu tempat yang diikuti oleh Aline
dari belakang. Setelah beberapa menit berjalan Kakek Karim pun menghentikan
langkahnya pada suatu tempat yang mirip seperti sebuah danau, atau memang itu
adalah danau.
”Tempat apa ini guru ?” Tanya Aline.
”Ini tempat latihanmu, ah aku lupa
menambahkan lagi latihan ini juga bagus untuk melatih kekuatan airmu.” Jelas
Kakek Karim.
Kemudian Kakek Karim melakukan sesuatu pada
tempat itu. Ia pun mengangkat salah satu tangannya keatas dan seperti melakukan
gerakan menaikkan sesuatu. Seketika itu juga muncullah sebuah batu panjang yang
mengerucut runcing di atas ujungnya dari dasar danau. Melihat pemandangan itu
mata Aline pun membelalak lebar. Tak hanya itu yang
dilakukan oleh sang guru. Kemudian ia pun mengambil sebuah batu panjang yang
berbentuk persegi panjang lebar tanpa menyentuh batu itu, dan menaruh batuan
persegi panjang itu diatas batuan panjang yang ujungnya mengerucut.
”Sekarang kau harus menaiki batu persegi
panjang yang ada di puncak itu dan mendudukinya tanpa membuat batu dan dirimu
jatuh.” Jelas Kakek Karim.
”He ?, apa ?, bagaimana bisa aku melakukannya
?, itu sangat tinggi sekali, jika aku melompat pasti akan sangat membutuhkan
tekanan yang besar ketika aku mendarat dan pastinya aku akan jatuh, karena
penumpu batu persegi panjang itu berbentuk runcing.” Jawab Aline dengan
menaikkan bahu dan kedua tangannya.
”Itu urusanmu, pokoknya kau harus bisa duduk
disana selama satu jam tanpa jatuh. Dan bagaimana caranya ? itu adalah
urusanmu, kau harus menggunakan caramu sendiri.” Kata Kakek Karim yang kemudian
ia terduduk santai diatas bangku batu yang dibuatnya.
”Huft.....menyebalkan.” Gerutu Aline sambil
berjalan masuk kedalam danau.
Kini basah sudah rok seragamnya karena masuk
kedalam air. Ia pun berpikir sejenak sebelum mendaratkan kaki-kakinya diatas
batu persegi panjang yang berada di puncak tiang. Aline pun melihat keatas kearah tumpuannya nanti.
’Bagaimana bisa
aku menaiki batu itu tanpa jatuh ?, sungguh sangat tidak mungkin sekali. Dan
kemungkinan aku tidak jatuh sangat kecil sekali. Tunggu bukankah guru bilang
latihan ini bisa meningkatkan kekuatan airku ?’ Pikirnya.
”Aku tahu, mungkin dengan menggunakan air aku
akan bisa, tapi bagaimana caranya ?, huh orang itu memang menyebalkan !”
Gerutunya.
Setelah berpikir agak lama, ia pun segera
melakukan apa yang diperintahkan oleh pikirannya kala itu. Ia pun menggerakan
tangannya kesana kemari dengan lemah gemulai. Gerakan itu seperti gerakan
mengaduk air. Seketika itu juga air danau tersebut berubah menjadi pusaran air
yang cukup mengerikan, Aline pun mencoba mengangkat air tersebut. Tanpa disadari
dirinya pun ikut terangkat seiringan dengan air yang digerakannya tersebut. Air
itu berubah menjadi menara spiral yang terus naik keatas hingga mencapai puncak
batu yang dibuat oleh sang guru. Setelah beberapa menit berkutat dengan air itu
Aline pun berusaha mendaratkan dirinya diatas batu tersebut dan berusaha untuk
menjaga keseimbangan. Belum ada 10 detik ia berdiri batu tersebut pun berhasil
menjatuhkan dirinya kedalam air, dan hal itu sukses membuat dirinya basah
kuyub.
”Hosh...hosh..., sial kenapa aku harus jatuh,
hah terpaksa harus mengulang lagi.” Gerutunya.
Setelah beberapa kali mencoba dan gagal itu
tidak membuat Aline menyerah sedikit pun. Ia harus tetap berusaha dan berusaha walaupun kini
tenaganya sudah hampir habis. Setelah ia mencoba usaha yang terakhir, akhirnya
Aline pun bisa bertahan diatas batu tersebut selama satu jam tanpa terjatuh.
Tentu saja hal itu membuat sang guru terkagum-kagum. Karena apa ?, ya selama
ini ia belum pernah memiliki murid yang bisa menguasai hal itu kurang dalam sehari.
“Wow…, selamat Al !, sekali lagi kuucapkan
selamat. Kau berhasil
menaklukkan batu tersebut kurang dalam satu hari.” Ucap Kakek Karim pada Aline.
Setelah ia merasa berhasil oleh apa yang
dilakukannya Aline pun keluar dari dalam air danau tesebut dan berjalan
perlahan menuju kepada sang guru. Namun, sungguh tak disangka belum sempat ia
berdiri tegak Aline pun pingsan secara tiba-tiba. Kemudian sebelum Aline jatuh
ketanah seseorang sudah menyangga tubuhnya kala itu.
”Ah Cloud. Untung kau segera datang, kau bisa
bantu aku membawanya ke rumahku kan ?” Tanya Guru Karim.
”Baiklah.” Balasnya datar.
”Hey !, apa yang terjadi dengan Aline, dia
tak apa kan ?” Tanya Karin pada sang guru dengan berlari.
”Tidak, mungkin dia hanya kelelahan. Ah,
mumpung kau ada disini kau bisa membantuku membawa barang-barang Aline ?”
”Hm..., baiklah. Denis kau bisa membantuku kan
?”
”Tentu saja.” Balas Denis.
Dengan gaya bridal style Cloud membopong
Aline dan membawanya ke rumah sang guru. Dengan berlari dan melompat dan
mendarat pada sebuah ranting pohon, begitu seterusnya hingga ia, Kakek Karim,
Karin, dan Denis sampai di kediaman sang guru.
Setelah sampai di kediaman Kakek Karim, Cloud
meletakkan Aline di atas ranjang Kakek Karim. Setelah mendapat instruksi dari
sang guru, Karin langsung mengobati Aline dengan ilmu sihir medisnya. Karin
langsung meletakkan tangannya diatas dada Aline, seketika itu juga muncullah
sebuah cahaya berwarna putih terang yang menyelimuti tangan Karin. Belum ada
satu menit Karin sudah mengangkat tangannya dan berkata pada sang guru.
”Kurasa aku tidak usah melakukan hal ini. Tubuh Aline bisa meregenerasi sel-sel yang rusak dengan
cepat, dan kurasa dia akan sadar dengan cepat.” Jelasnya.
”Hm...., begitukah ?, jadi rupanya ia
mewarisi kekuatan dari kakek buyutnya.”
Mereka semua pun menunggui Aline yang
terbaring lemah dan tak sadarkan diri. Setelah menunggu selama kurang lebih 30
menit Aline pun membuka matanya secara perlahan. Buram. Itulah yang dirasakan
Aline kala itu. Ia pun berusaha untuk mengerjap-ngerjapkan matanya untuk
memperjelas pandangannya.
”Astaga, kenapa aku bisa disini ?, bukankah
tadi aku berada di danau ?” Tanya Aline.
”Ya. Memang tadi kau berada di danau. Tapi
itu sebelum kau pingsan, dan Cloud membawamu kemari beserta Karin dan Denis.”
Jelas Guru Karim padanya.
”Apa ? Cloud ?” Kata Aline sembari menolehkan
pandangannya kepada sesosok pria berambut cokelat kemerah-merahan dan memiliki
bola mata semerah darah.
”Kau mengenalnya Al ?” Tanya Karin.
”Ya, aku mengenalnya, aku pernah berjalan
menabraknya dan bertemu dengannya diruang musik.” Jelas Aline sambil
mengarahkan pandangan matanya kearah semula.
”Hm....jadi begitu ya ?, kurasa kita semua
tak sengaja dipertemukan ya ?” Kata Denis sambil tersenyum lebar.
Komentar