Langsung ke konten utama

"Behind The Mirror" Chapter 6


aaa
”Ah akhirnya sampai juga kita disini.” Kata Karin sambil menunjukkan cengiran khasnya.
”Hah !!!..., suara ribut-ribut apa sih diluar !, mengganggu saja !” Teriak seseorang dari dalam rumah dan kemudian membuka pintu untuk melihat-lihat keadaan sekeliling.
”Halo Tuan Karim !!!, lama sekali tak berjumpa !, hahaha !” Teriak Karin.
”Heeeh ?, ternyata kau dan Freya, hm...lalu siapa ini.” Kata seseorang kakek-kakek yang memakai topi ala manusia gunung dan sedang memincingkan ke-2 matanya kearah Aline.
”Astaga !, kau sudah lupa ya !, ini adalah cicit dari Alexander. Keturunan Alexandria. Kau ingat ?” Jawab Karin meyakinkan kakek tua itu.
”Alexander ???, ahh...aku ingat !. Jadi ini adalah cicit Alexander, kalau begitu mari masuk !” Kata Tuan Karim sambil menyunggingkan senyumannya.
”Baik Tuan Karim !!!”
”Heeh..., sudah kubilang jangan panggil aku Tuan, panggil aku kakek saja.” Sahut Kakek tersebut sembari masuk kedalam rumahnya yang kemudian dieekori oleh Aline.
”Sekarang tugasku sudah selesai, bolehkah aku kembali Karin ?” Tanya Freya pada tuannya.
”Hn...baiklah, sampai jumpa !” Kata Karin sembari melambaikan tangannya pada Freya dan kemudian Karin memasuki rumah Kakek Karim.
’POF’. Begitulah suara terakhir yang ditimbulkan Freya sebelum ia menghilang dari pandangan. Kini semuanya telah masuk kedalam rumah Kakek Karim. Mereka berdua pun dipersilahkan duduk di ruang tamu sang empunya rumah. Riana, anak dari Kakek Karim menyuguhkan secangkir teh dan 2 toples biscuit kepada kami berdua. Setelah Riana menaruh toples terakhirnya, sang empunya rumah pun duduk dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa miliknya.
“Jadi, ternyata kau berhasil ya ?, ku ucapkan selamat terlebih dahulu untukmu Karin, dan selamat datang untuk Aline, dan benarkan namamu Aline ?” Kata Kakek Karim.
“Ya…namaku Aline tapi, bagaimana bisa kau tahu namaku ?” Tanya Aline.
”Karin yang memberitahuku, hehe.”
”Baiklah kurasa sekarang saatnya aku akan membawamu ke tempat Tuan Lucis.”
”Hey !, tunggu dulu. Sebelumnya aku ingin bertanya, apa tujuannya aku dibawa kemari ?” Tanya Aline.
”Hm...jadi Karin belum memberitahumu ya ?, baiklah, sebenarnya kakek buyutmu adalah manusia yang terakhir kali masuk ke dalam Dunia Cermin dan selama ini dialah yang menyelamatkan kami dari serangan pasukan kematian yang dipimpin oleh Lady Medussa. Dan Medussa sudah dibunuh oleh Alex bertahun-tahun yang lalu. Namun, ada kabar yang menyatakan bahwa ada penerus Medussa yang ingin menguasai Dunia Cermin.” Jelas Kakek Karim panjang lebar.
”Lalu, hubungannya denganku apa ?”
”Begini, sebelum Alex menghilang dari sini. Para pasukan ’Guardian’ menemukan sepucuk surat di kediaman Alex. Dan diketahui surat itu ditulis oleh Alex sendiri. Dan surat itu berbunyi, ’Temukan seorang bernama Aline Devina Alexander di masa depan, aku tak bisa membimbing dan melindungi kalian untuk sekarang dan nanti. Dia adalah cicitku, mungkin dia akan membantu kalian dalam menghadapi masalah.’ Begitulah surat terakhir yang ditulisnya.”
”Ah...aku lupa menambahkan, dulu sebelum kau kesini sudah ada 4 orang yang terpilih untuk menjaga dunia cermin termasuk kakek buyutmu. 2 diantaranya menghilang tanpa jejak seperti Alexander. Dan yang satu lagi dia terbunuh beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Tuan Lucis, dia adalah sahabat dekat Alex, sekaligus pemimpin Negara Divia dari dunia cermin atau lebih dikenal dengan nama ’Espellos Mundo’.”
”Ya, aku sudah dengar cerita itu dari Karin sebelum aku masuk kemari.” Kata Aline menambahkan.
”Baiklah..., kurasa sekarang saatnya kita harus pergi ke tempat Tuan Lucis.” Desah Kakek Karim dengan beranjak berdiri dari sofa yang tadi didudukinya.
aaa
Di dalam kastil kerajaan dunia cermin mereka bertiga sedang berjalan menuju ruang pertemuan sang raja dengan tamunya. Ketika Aline melangkahkan kedua kakinya di sana, ia sudah disambut oleh para pelayan istana yang memakai baju khas mereka dan disambut oleh suasana khas kastil kerajaan. Sang Raja Lucis sudah terduduk santai diatas singgasana ruang pertemuan.
”Selamat siang yang mulia, kedatanganku kemari kesini ingin menyampaikan suatu hal yang sangat penting kepada anda.” Kata Kakek Karim dengan membungkuk setengah badan kepada sang raja.
”Siapa yang sedang bersamamu ?” Tanya Raja Lucis.
”Itulah yang ingin saya sampaikan Yang Mulia.” Jawab Kakek Karim sambil tetap menundukkan kepalanya.
”Tunggu, tampaknya aku pernah sekali melihat wajah itu, dan kurasa wajah itu sudah tak asing lagi bagiku.” Balas Raja Lucis sembari turun dari singgasananya dan berjalan menuju Kakek Karim, Karin dan Aline. Setelah itu, Raja Lucis memperhatikan Aline dengan seksama dan kemudian ia pun angkat bicara.
”Ya, aku yakin, aku seperti pernah mengenalmu dan wajahmu mirip seperti. Alexander....., apa kau ???”
”Ya, Yang Mulia dia adalah cicit Alexander. Muridku Karin yang telah membawanya kemari.” Balas Kakek Karim.
“Hm…jadi begitu, baiklah untuk sekarang Espellos Mundo bisa dibilang aman sementara. Tapi setidaknya kita juga harus selalu waspada terhadap kau tahukan ?”
“Lalu apa rencanamu kali ini ?”
”Aku serahkan dia padamu, Master Blade dan Prof. Candra. Untuk melatih dia sebelum terlambat. Dan mungkin sekarang pasukan Medussa juga sedang bersiap untuk mencari pengganti Medussa.” Jelas Lucis panjang lebar.
“Baiklah kalau begitu. Kami bertiga pamit dulu.”
Kemudian mereka bertiga pun pergi meninggalkan ruang pertemuan istana dan pergi menuju luar kastil. Setelah itu Kakek Karim mengajak Karin dan Aline untuk berlatih di padang rumput belakang rumah Kakek Karim.
Ketika mereka sudah sampai disana, ternyata padang rumput itu tengah dipenuhi oleh beberapa anak yang mungkin sedang berlatih juga. Tiba-tiba saja Aline teringat akan mimpinya beberapa waktu lalu. Sebuah padang rumput hijau yang luas dan segerombolan anak yang sedang berlatih beladiri. Sungguh sangat mendetail. Ia pun memutar kedua matanya kesana kemari dan melihat sekeliling. Ia melihat Denis. Ya, tidak salah lagi itu adalah Denis. Seseorang yang ada di mimpinya sekaligus orang yang pernah ditemuinya ketika ia dikelas.
”Hah !!!..., ternyata banyak juga ya orang yang berlatih beladiri dengan Kakek Karim. Hahaha.” Kata Karin sambil menaruh kedua tangannya dibelakang kepala.
”Hehehe...iya juga ya. Tapi ngomong-ngomong apa itu Denis ?, kenapa ia bisa disini ?, bukankah seharusnya ia ada di dunia luar ?” Kata Aline penasaran.
”Ah...hahaha, jadi kau sudah tau Denis ya ?, yang di Indonesian International High School tidak Cuma aku saja, masih banyak orang yang berasal dari Espellos Mundo ada disana. Dan asal kau tau, orang dunia cermin bisa pergi kemana saja asalkan masih ada portal, dan tidak seperti para manusia yang harus melewati tahap seleksi untuk bisa memasuki dunia cermin.” Jelas Karin sambil menunjukkan senyuman khasnya.
”Begitu ya ?, kenapa para manusia harus melewati tahap seleksi ?”
”Hm...entahlah, ayo..” Jawab Karin sambil mengajak Aline untuk segera bergabung dengan yang lain.
”Hey, tak kusangka ternyata kau berasal dari sini.” Kata Denis sambil berjalan menghampiri Aline dan Karin yang saat itu juga sedang berjalan menuju mereka.
”A...., sebenarnya bukan, dia dari dunia manusia, kau tahu itu den.” Jelas Karin.
”He ???. Apa ? bukan ?, apa maksudmu ?” Tanya Denis heran. Kemudian Karin berjalan mendekatinya dan membisikkan sesuatu ke telinga Denis. Dan memberitahu dia yang sebenarnya siapa Aline.
”Ah...jadi begitu ?, ya aku mengerti. Baiklah aku mengerti, hm....al mungkin nanti kita bisa satu tim. Mohon kerjasamanya ya ! hehe.” Kata Denis sambil menunjukkan cengiran khasnya.
Beberapa saat kemudian Kakek Karim datang menghampiri mereka semua yang sedang berlatih di padang rumput. Kemudian Kakek Karim memerintahkan Aline untuk ikut dengannya, sedangkan ia menyuruh Karin dan Denis untuk melatih murid-murid yang ada menggantikan dirinya.
Aline pun berjalan mengekori Kakek Karim yang berada di depannya. Ia melihat ke belakang sesaat yang kemudian di akhiri oleh lambaian tangan Karin dari kejauhan. Tak lama ia berjalan, sampailah ia di suatu tempat latihan yang dikhususkan Kakek Karim untuk melatihnya.
”Karin bilang padaku kalau kau sudah punya kekuatan sebelum kau masuk kemari, benarkah itu ?” Tanyanya.
”Ah...itu, iya itu benar, aku sendiri tidak tahu kekuatan apa itu.”
”Kau bisa menunjukkannya padaku.”
”Tentu saja.”
Kemudian Aline menunjukkan segala kekuatan yang diperolehnya waktu itu. Ia pun mencoba mengeluarkan api dari kedua tangannya, ia pun berhasil. Kini, kedua telapak tangannya tengah dipenuhi oleh kobaran-kobaran api yang siap menyambar. Aline pun mengarahkan tembakan apinya ke arah sebuah pohon yang berjarak 100m didepannya, setelah menarik nafas panjang ia pun melempar api tersebut. Bukannya mengenai pohon itu tapi, kobaran-kobaran api itu malah mengenai seseorang yang tengah mengendarai skuter terbang yang sedang mengudara diatas mereka.
”Ah....sial !, kau ini punya mata tidak, ha !!!” Kata orang tersebut sebelum akhirnya mendaratkan dirinya diatas sebuah pohon besar.
”Eh ? aduh maaf...maaf...”
”Hm...buruk sekali, apakah hanya itu kekuatan yang kau punya ?” Kata Kakek Karim sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
”Um...maaf, tadi aku tidak berkonsentrasi penuh. Sebenarnya aku masih punya dua lagi yaitu air dan menggerakan benda-benda disekitar. Tapi kalau yang air aku tidak yakin, karena aku baru mendapatkannya kemarin.” Jelas Aline sambil melihat kearah kaki-kakinya.
”Baiklah, tunjukkan itu padaku.”
Setelah mendapat instruksi dari sang guru, Aline pun langsung mengambil kuda-kuda dan berkonsentrasi. Tak lama kemudian Aline bisa menciptakan segenangan air yang ada ditanah, lalu ia pun mengangkat air itu seirama dengan ayunan tangannya yang kemudian.....’CPRATT’.
”Hey. Kau mau membunuh gurumu ya !” Teriak Kakek Karim kaget.
”Ah...maaf, aku tidak tau, tapi bukankah air tidak bahaya ?”
”Apa ?, tidak bahaya ?, jika kau menggerakan air seperti itu, kau bisa memotong pohon dengan sekali tebas. Dan kau tahu kau bahkan bisa membunuhku.” Kata Kakek Karim sambil memberikan penekanan-penekanan pada setiap kata-kata terakhirnya.
”Maaf...., aku tidak tahu guru, dan bahkan aku baru tahu kalau air bisa sebahaya itu.” Balas Aline sambil mendundukkan kepalanya.
Setelah itu ia pun berusaha untuk mengeluarkankan kekuatan terakhir yang dia punyai yang kemudian ditunjukkannya kepada Kakek Karim.
”Baiklah, kurasa pengendalian bendamu tidak buruk, aku hanya tinggal memberimu pelatihan untuk kekuatan lain. Dan perlu kau ketahui semua orang yang terdapat pada organisasi pertahanan Espellos Mundo wajib mendapatkan pelatihan ini. Pertama adalah pelatihan untuk keseimbangan, ini wajib karena ini akan melatih kesabaranmu dan juga melatih keseimbangan jiwa dan ragamu. Mungkin kesan pertama untuk latihan ini adalah membosankan.” Kata Kakek Karim sambil berjalan menuju kesuatu tempat yang diikuti oleh Aline dari belakang. Setelah beberapa menit berjalan Kakek Karim pun menghentikan langkahnya pada suatu tempat yang mirip seperti sebuah danau, atau memang itu adalah danau.
”Tempat apa ini guru ?” Tanya Aline.
”Ini tempat latihanmu, ah aku lupa menambahkan lagi latihan ini juga bagus untuk melatih kekuatan airmu.” Jelas Kakek Karim.
Kemudian Kakek Karim melakukan sesuatu pada tempat itu. Ia pun mengangkat salah satu tangannya keatas dan seperti melakukan gerakan menaikkan sesuatu. Seketika itu juga muncullah sebuah batu panjang yang mengerucut runcing di atas ujungnya dari dasar danau. Melihat pemandangan itu mata Aline pun membelalak lebar. Tak hanya itu yang dilakukan oleh sang guru. Kemudian ia pun mengambil sebuah batu panjang yang berbentuk persegi panjang lebar tanpa menyentuh batu itu, dan menaruh batuan persegi panjang itu diatas batuan panjang yang ujungnya mengerucut.
”Sekarang kau harus menaiki batu persegi panjang yang ada di puncak itu dan mendudukinya tanpa membuat batu dan dirimu jatuh.” Jelas Kakek Karim.
”He ?, apa ?, bagaimana bisa aku melakukannya ?, itu sangat tinggi sekali, jika aku melompat pasti akan sangat membutuhkan tekanan yang besar ketika aku mendarat dan pastinya aku akan jatuh, karena penumpu batu persegi panjang itu berbentuk runcing.” Jawab Aline dengan menaikkan bahu dan kedua tangannya.
”Itu urusanmu, pokoknya kau harus bisa duduk disana selama satu jam tanpa jatuh. Dan bagaimana caranya ? itu adalah urusanmu, kau harus menggunakan caramu sendiri.” Kata Kakek Karim yang kemudian ia terduduk santai diatas bangku batu yang dibuatnya.
”Huft.....menyebalkan.” Gerutu Aline sambil berjalan masuk kedalam danau.
Kini basah sudah rok seragamnya karena masuk kedalam air. Ia pun berpikir sejenak sebelum mendaratkan kaki-kakinya diatas batu persegi panjang yang berada di puncak tiang. Aline pun melihat keatas kearah tumpuannya nanti.
’Bagaimana bisa aku menaiki batu itu tanpa jatuh ?, sungguh sangat tidak mungkin sekali. Dan kemungkinan aku tidak jatuh sangat kecil sekali. Tunggu bukankah guru bilang latihan ini bisa meningkatkan kekuatan airku ?’ Pikirnya.
”Aku tahu, mungkin dengan menggunakan air aku akan bisa, tapi bagaimana caranya ?, huh orang itu memang menyebalkan !” Gerutunya.
Setelah berpikir agak lama, ia pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh pikirannya kala itu. Ia pun menggerakan tangannya kesana kemari dengan lemah gemulai. Gerakan itu seperti gerakan mengaduk air. Seketika itu juga air danau tersebut berubah menjadi pusaran air yang cukup mengerikan, Aline pun mencoba mengangkat air tersebut. Tanpa disadari dirinya pun ikut terangkat seiringan dengan air yang digerakannya tersebut. Air itu berubah menjadi menara spiral yang terus naik keatas hingga mencapai puncak batu yang dibuat oleh sang guru. Setelah beberapa menit berkutat dengan air itu Aline pun berusaha mendaratkan dirinya diatas batu tersebut dan berusaha untuk menjaga keseimbangan. Belum ada 10 detik ia berdiri batu tersebut pun berhasil menjatuhkan dirinya kedalam air, dan hal itu sukses membuat dirinya basah kuyub.
”Hosh...hosh..., sial kenapa aku harus jatuh, hah terpaksa harus mengulang lagi.” Gerutunya.
Setelah beberapa kali mencoba dan gagal itu tidak membuat Aline menyerah sedikit pun. Ia harus tetap berusaha dan berusaha walaupun kini tenaganya sudah hampir habis. Setelah ia mencoba usaha yang terakhir, akhirnya Aline pun bisa bertahan diatas batu tersebut selama satu jam tanpa terjatuh. Tentu saja hal itu membuat sang guru terkagum-kagum. Karena apa ?, ya selama ini ia belum pernah memiliki murid yang bisa menguasai hal itu kurang dalam sehari.
“Wow…, selamat Al !, sekali lagi kuucapkan selamat. Kau berhasil menaklukkan batu tersebut kurang dalam satu hari.” Ucap Kakek Karim pada Aline.
Setelah ia merasa berhasil oleh apa yang dilakukannya Aline pun keluar dari dalam air danau tesebut dan berjalan perlahan menuju kepada sang guru. Namun, sungguh tak disangka belum sempat ia berdiri tegak Aline pun pingsan secara tiba-tiba. Kemudian sebelum Aline jatuh ketanah seseorang sudah menyangga tubuhnya kala itu.
”Ah Cloud. Untung kau segera datang, kau bisa bantu aku membawanya ke rumahku kan ?” Tanya Guru Karim.
”Baiklah.” Balasnya datar.
”Hey !, apa yang terjadi dengan Aline, dia tak apa kan ?” Tanya Karin pada sang guru dengan berlari.
”Tidak, mungkin dia hanya kelelahan. Ah, mumpung kau ada disini kau bisa membantuku membawa barang-barang Aline ?”
”Hm..., baiklah. Denis kau bisa membantuku kan ?”
”Tentu saja.” Balas Denis.
Dengan gaya bridal style Cloud membopong Aline dan membawanya ke rumah sang guru. Dengan berlari dan melompat dan mendarat pada sebuah ranting pohon, begitu seterusnya hingga ia, Kakek Karim, Karin, dan Denis sampai di kediaman sang guru.
Setelah sampai di kediaman Kakek Karim, Cloud meletakkan Aline di atas ranjang Kakek Karim. Setelah mendapat instruksi dari sang guru, Karin langsung mengobati Aline dengan ilmu sihir medisnya. Karin langsung meletakkan tangannya diatas dada Aline, seketika itu juga muncullah sebuah cahaya berwarna putih terang yang menyelimuti tangan Karin. Belum ada satu menit Karin sudah mengangkat tangannya dan berkata pada sang guru.
”Kurasa aku tidak usah melakukan hal ini. Tubuh Aline bisa meregenerasi sel-sel yang rusak dengan cepat, dan kurasa dia akan sadar dengan cepat.” Jelasnya.
”Hm...., begitukah ?, jadi rupanya ia mewarisi kekuatan dari kakek buyutnya.”
Mereka semua pun menunggui Aline yang terbaring lemah dan tak sadarkan diri. Setelah menunggu selama kurang lebih 30 menit Aline pun membuka matanya secara perlahan. Buram. Itulah yang dirasakan Aline kala itu. Ia pun berusaha untuk mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memperjelas pandangannya.
”Astaga, kenapa aku bisa disini ?, bukankah tadi aku berada di danau ?” Tanya Aline.
”Ya. Memang tadi kau berada di danau. Tapi itu sebelum kau pingsan, dan Cloud membawamu kemari beserta Karin dan Denis.” Jelas Guru Karim padanya.
”Apa ? Cloud ?” Kata Aline sembari menolehkan pandangannya kepada sesosok pria berambut cokelat kemerah-merahan dan memiliki bola mata semerah darah.
”Kau mengenalnya Al ?” Tanya Karin.
”Ya, aku mengenalnya, aku pernah berjalan menabraknya dan bertemu dengannya diruang musik.” Jelas Aline sambil mengarahkan pandangan matanya kearah semula.
”Hm....jadi begitu ya ?, kurasa kita semua tak sengaja dipertemukan ya ?” Kata Denis sambil tersenyum lebar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meteorologi dari Berbagai Sudut Pandang

Meteorologi dari Berbagai Sudut Pandang Meteorologi, kira-kira apa yang tergambar dipikiran anda saat  mendengar kata itu. Mungkin kata itu masih terdengar asing bagi sebagian orang. Bahkan dulu sekali saya pernah ditanya oleh orang, "kamu besok mau masuk jurusan apa di ITB?" lantas aku pun menjawab, "Aku mau masuk jurusan Meteorologi." Sejenak, air muka sang penanya mendadak berubah terkejut. Seolah menayakan, alasan mengapa aku mau masuk prodi yang jarang sekali diminati banyak orang. "Meteorologi? Kenapa nggak masuk ke Geologi atau Geodesi? Jarang sekali loh  aku dengar banyak orang yang ngambil Meteorlogi dipilihan pertama jursannya. Emang di Meteorologi mau belajar apa? Meteor?" Mendengar perkataan itu saya hanya tersenyum dan tertawa kecil. Lantas saya pun menjawab, "Alasan saya kenapa saya milih Meteorologi karena saya bukan orang yang mainstream. Jurusan2 itu sudah terlalu mainstream, terlebih lagi diseluruh universitas di Indonesia ke

Stories Of Us

// well oke, sebenarnya ini adalah tulisan yang udah bersarang lama banget di laptop, tapi karena alasan tertentu, akhirnya berakhirnya tulisan malang ini di blog saya yang mulai berhantu huehehe// Stories of Us Tanpa ku sadari, waktu terus berputar dengan cepat. Hingga aku pun sampai di penghujung tahun ini. Entah mengapa, tiba-tiba suasana hatiku mendadak berubah menjadi melankolis, ditambah lagi dengan iringan lagu-lagu dari biola yang tengah aku dengarkan saat ini menambah suasana semakin melankolis. Hari ini tertanggal 31 Desember 2013, menandakan bahwa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2013. Tahun yang sebagian dianggap sebagian orang adalah tahun sial karena memiliki unsur angka sial didalamnya, yaitu angka 13. Aku heran dengan mereka yang berpikiran seperti itu, karena kesialan akan datang seiring mindset mereka akan sesuatu, dan kesialan bukan datang karena mereka mengatakan sesuatu itu sial. Walaupun ini adalah malam terakhir di tahun ini dan besok ketika ku b

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b