Langsung ke konten utama

Gaje Corner : “Pak Kumis 2 Foto Galau”


Gaje Corner :
“Pak Kumis 2 Foto Galau”

Sebelumnya kalian pasti bingung ketika kalian baca judul gaje gue ini. Kenapa kali ini tiba-tiba muncul tokoh baru yang namanya mirip dengan tokoh sebelumnya ? cuma yang beda hanya angka dibelakangnya aja. Kalau yang dulu tanpa ada embel-embel 2, eh sekarang tiba-tiba muncul angka dua yang datang tanpa diundang pulang tak diantar. *Lho ? emangnya jelangkung*.
Okeh beibeh, gue akan menjelaskan siapa sebenarnya Pak Kumis 2 ini. Beliau adalah seorang guru matematika gue yang paling killer, dulunya. Tapi sekarang enggak. Suwer deh, dulu itu ya, pas jaman gue kelas 10, idih, ngeliat mukanya aja gue ogah, apalagi diajar ama dia. Tapi sekarang, sumpah gue jadi tergila-gila banget ama Pak Kumis 2. Sekarang beliau udah berubah kayak Power Ranger yang selalu berbuat baik kepada manusia dan memerangi monster yang bernama “kejahatan”. Dan nama samaran Pak Kumis 2 itu muncul gara-gara gue waktu itu lagi stuck karena nggak ada nama samaran yang bagus buat deskripsiin dia. Berhubung dikelas gue yang berkumis itu ada dua, dan yang pertama itu udah gue pake di cerita-cerita gaje  gue yang sebelumnya, ya udah deh tinggal gue tambahin aja angka dua dibelakangnya. Hehehe.
Nah, sekarang balik lagi ke cerita gaje gue yang selanjutnya. Pertama-tama, cerita ini terjadi pas gue beserta rombongan kelas 11 lainnya tengah pergi piknik ke Bali. Waktu itu gue dan temen-temen gue lagi sibuk-sibuk foto-foto di dalam kapal. Mumpung pemandangannya lagi bagus euy. Dan disinilah, kenarsisan temen-temen gue yang udah terkubur dalam-dalam di kuburan akhirnya bangkit lagi kayak mayat hidup yang ingin menguasai dunia.
“Yak, ayo satu…dua…tiga. Cepret.” Begitulah suara yang ditimbulkan dari kamera temen-temen gue. Seolah suara itu adalah suara yang sibuk berlalu-lalang bagaikan lalat yang tengah terbang kesana kemari.
Tak hanya itu disini, banyak juga guru-guru gue yang memiliki bakat terpendam untuk menjadi cover boy majalah-majalah terkenal memulai aksi narsisnya. Ya termasuk Pak Kumis 2 ini nih. Kenapa Pak Kumis 2 ini juga bisa dikatakan sebagai kandidat cover boy ? atau lebih tepatnya cover sir. Karena hal itu bermula ketika salah satu temen gue mengajaknya untuk foto-foto bareng. Awalnya sih, Pak Kumis 2 cuma meresponnya dengan ketawa-ketiwi kaya orang gila yang biasa mangkal di depan sekolahan gue dan berlagak malu-malu kucing. Tapi, setelah temen-temen gue mulai mendekatinya dan langsung memasang pose-pose gaje andalan mereka, Pak Kumis 2 pun akhirnya tergoda juga untuk berpose gaje ala dia.
“Oke siap semuanya, satu…dua…tiga. Cepret.” Kata temen gue dengan penuh antusias. Dalam 3 kali cepretan, Pak Kumis 2 ini cukup narsis juga loh. Saking narsisnya dalam 3 kali shoot dia bisa pake gaya yang beda-beda. Wah udah pantes nih buat jadi cover boy, eh salah tapi cover sir majalah. Hahaha.
Andaikan disini gue juga bisa nge-post pose-pose gaje narsisnya Pak Kumis 2, dijamin itu bakalan buat kalian ngakak dan bisa jadi obat galau para readers di rumah. Tapi sayang beribu sayang, gue kagak bisa ngeposting sembarangan pose-pose unik bin narsisnya Pak Kumis 2 itu di sembarang tempat. Karena, akan menyalahi aturan hak cipta narsisnya Pak Kumis 2. Dilain pihak, gue masih sayang sama diri gue yang sebohai Julia Perez kelindes truk, tiba-tiba harus kena bogem mentah dari Pak Kumis 2. Kan kasihan fans-fans gue, iya nggak ?. Xixixixi. *Ketawa kayak kuntilanak kejepit pintu*.
Oke bro, balik lagi ke cerita. Setelah kejadian foto memfoto itu, bisa dilihat raut wajah senang di wajah Pak Kumis 2 itu. Katanya dia sih kayak berasa muda gitu bok. Akhirnya setelah lama terdiam, tiba-tiba temen gue pada ribut berbisik-bisik sendiri. Karena penasaran gue pun ikutan dibisikin mereka deh.
“Eh od, liat deh, Pak Kumis 2 lagi galau.” Bisik temen gue yang bernama si Lina. Mendengar bisikan temen gue itu pun gue langsung melirik Pak Kumis 2 yang lagi meletakkan kedua tangannya di atas tralis pembatas kapal dengan melihat lautan dengan pandangan galau. Tanpa ba bi bu, banyak dari temen-temen gue yang langsung ambil kamera tercanggih abad-21 milik mereka untuk mengabadikan momen langka itu. Akhirnya, terdengarlah suara cepret bersamaan dan sesaat setelah itu, terdengarlah suara temen gue yang menjerit kegirangan dengan mengatakan, “Yey, gue dapet foto galaunya Pak Kumis 2.”
Menyadari dirinya tengah dibicarakan banyak orang, Pak Kumis 2 pun akhirnya berbalik dan berkata, “Hayo kalian habis ngapain, pada ngomongin aku ya ?” Kata Pak Kumis 2 nyengir.
“Wah, bapak lagi galau ya. Nih silahkan dilihat pak, foto galaunya bagus lho.” Canda temen gue yang tengah mengenakan kerudung berwarna merah dan memakai kaca mata hitam yang bertengger di matanya.
“Lho…ini aku to ? wah kok apik tenan yo.” Kata Pak Kumis 2 sambil menunjuk-nunjuk dirinya yang lain yang tengah berada di dalam camdig salah satu temen gue. Mendengar respon polos yang keluar dari mulut Pak Kumis 2, semua orang pun menjadi tertawa dibuatnya termasuk gue yang sedari tadi hanya duduk manis di atas kursi panjang dengan tersenyum puas.


NB : CERITA TERSEBUT HANYA UNTUK KEPENTINGAN HIBURAN SEMATA. KESAMAAN TOKOH, CERITA DAN LAIN-LAIN DI LUAR TANGGUNG JAWAB PENULIS. NAMUN DIJAMIN 100% SETELAH CERITA INI MASUK BILBOARD NO 1 ANDA SEMUA YANG TERLIBAT DI CERITA INI AKAN MENJADI TERKENAL MELEBIHI JUSTIN BIEBER. Hehehe =D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan