Langsung ke konten utama

Behind The Mirror Chapter 7


aaa
4 jam telah berlalu. Kini sang surya telah kembali ke peraduannya. Aline pun mencoba berdiri dan bangkit dari ranjang tempat ia berbaring. Ia berjalan menyusuri segala sudut dari rumah itu. Tanpa sengaja ia melihat sang guru dan teman-temannya masih saja berkumpul bercanda tawa. Hanya satu saja keanehan yang timbul di dalam benaknya. Kenapa Cloud tidak ikut tertawa ?. Aneh bukan ?. Begitulah pikirnya.
”Ah, hi Aline !, sudah merasa baikan ?” Tanya Denis sembari melambaikan sebelah tangannya seraya mengundang Aline.
”Hehehe. Aku sudah baik, terimakasih sudah menanyakanku. Ngomong-ngomong dimana Karin ?”
”Karin sedang mempersiapkan makan malam, kalau kau ingin mencarinya dia ada di dapur.” Tukas Kakek Karim atau lebih tepatnya Guru Karim.
”Makanan sudah siap !, ayo kemari !” Seru Karin keluar dari balik tirai dapur dengan menggunakan celemek putih dan membawa semangkuk besar soup. Aroma makanan sudah merasuk kedalam setiap inci rongga hidung. Baunya yang sedap sungguh menggoda siapa saja yang menghirupnya. Maka tak khayal mereka semua yang sedang berkumpul di ruang keluarga langsung menuju ke dalam dapur.
”Hm...kelihatannya enak.” Kata Aline menghirup aroma soup yang ada di depannya.
”Jangan kelihatannya dong, coba di makan.” Kata Karin dengan memberikan senyuman khasnya.
”Eh ?, hehehe iya-iya.” Balasnya sembari mengambil satu sendok makan soup itu dan memakannya.
”Hm...enak kok !, enak seperti aromanya. Hehehe.” Sahut Aline sambil tertawa.
Dengan demikian semua yang ada di ruangan itu kini tengah asyik melahap makanan yang ada di depan mereka satu persatu. Namun sesuatu telah mengusik pikiran Aline. Ia mencoba melihat satu persatu dari mereka. Semuanya makan. Aline pun berpikir sejenak. Kenapa hanya Cloud yang tidak ?. Aneh. Sudah 2 kali Aline melihat Cloud seperti itu.
”Er..., ngomong-ngomong kenapa kau tidak makan Cloud ?” Tanya Aline sembari menghentikan aktivitas makannya.
Setelah semua mendengar pertanyaan Aline, semua seolah menghentikan aktivitas makan mereka.
”Eh ?, um....tadi kurasa Cloud sudah makan, jadi kurasa dia sekarang sudah kenyang.” Jelas Denis tergagap-gagap.
”Ah iya !, itu benar. Tadi barusan saja Cloud makan iya kan ?” Tambah Karin.
”Hn.” Jawab Cloud singkat sembari menganggukkan kepalanya.
”Oh begitu ya.” Gumam Aline sambil menelan makanan terakhirnya.
Karena merasa sudah selesai dengan makan malamnya Aline memutuskan untuk pergi dari meja makan. Ia berdiri dari kursi tempat ia duduk dan berjalan keluar. Namun entah mengapa tiba-tiba saja ketika ia hendak berdiri sebelah tangannya tergores oleh pinggiran meja. Sontak saja, hal itu membuat tangan kirinya terluka dan mengeluarkan darah.
Entah mengapa ketika melihat pemandangan itu semua mata tertuju pada Aline yang sedang berkutat memegangi tangan kirinya yang tergores. Begitu juga dengan Cloud. Namun ada yang aneh dengannya. Tiba-tiba saja sesuatu beraksi pada Cloud. Badannya seolah mengejang dan matanya melotot. Ia seolah mengerang. Kini semua mata bukan tertuju pada Aline melainkan pada Cloud.
Melihat pemandangan itu, Denis selaku teman baik dari Cloud langsung menenangkan dirinya dan membawanya pergi dari sana. Melihat kejadian barusan Aline merasa kaget. Apa yang terjadi ?. Setelah kejadian itu Karin memilih mengobati tangan Aline yang tergores oleh pinggiran meja yang tajam.
”Aduh...pelan-pelan.” Tukas Aline.
”Iya, ini juga sudah pelan Al, ngomong-ngomong lukamu cukup lebar juga, tadi tergores meja bagian mana ?” Tanya Karin yang masih berkutat dengan kapas dan obat merah.
”Itu, pinggiran meja yang dekat dengan tempatku duduk.”
”Ah...., astaga aku lupa aku belum mengikir pinggiran meja itu. Aduh maaf ya, tampaknya ini semua salahku. Gara-gara aku lupa kau jadi begini.” Jelas Karin.
”Iya, tidak apa-apa kok, lagian ini juga salahku tidak hati-hati. Hehehe. Eh ngomong-ngomong ada apa dengan Cloud tadi ya ?” Tanyanya.
Sesaat setelah mendengar pertanyaan Aline, Karin seolah menghentikan aktivitasnya. Melihat hal itu Aline kembali bertanya padanya.
”Kau kenapa ?, pertanyaanku salah ya ?”
”Ah, tidak kok, nanti kau akan ku beritahu. Sementara ini biarkan aku mengobatimu dulu ya ?” Jelas Karin.
“Baiklah kalau begitu.”
Suara gemericik air keran begitu jelas terdengar di telinga. Seseorang dengan rambut dikuncir kuda sedang membersihkan piringan-piringan kotor yang ada. Disampingnya terlihatlah sesosok perempuan berambut mengombak sebahu stengah membantunya membersihkan piringan-piringan kotor itu. Hening sesaat.
”Um...kupikir kota yang maju ini mempunyai robot-robot pembantu di setiap rumah.” Kata Aline membuka percakapan.
”Seharusnya begitu, dulu kakekku sempat punya tapi aku rusakkan hehehe. Kemudian sejak itu ia tak pernah membenarkannya lagi.” Jelas Karin pada Aline.
”Hm....., begitu ya ?, ngomong-ngomong Kakek Karim itu kakek mu ?”
”Tidak, namun aku sudah menganggapnya sebagai kakekku sendiri. Dan kau tahu dia adalah orang yang sudah merawatku sejak kecil.”
”Lalu dimana orang tuamu ?”
”....., orang tuaku sudah meninggal ketika aku berumur 7th. Saat itu aku dan kakkku sedang melarikan diri dari para pasukan tengkorak Medussa. Dan sayangnya kedua orang tuaku terbunuh karena melindungi kami berdua.” Jelas Karin sembari berhenti sejenak dari aktivitas mencucinya dan menoleh ke arah Aline sesaat.
”Oh...., maafkan aku, lalu sekarang dimana kakakmu ?” Tanya Aline lagi.
”Kakakku meninggal 1 tahun setelah kejadian itu. Kemudian pada saat itulah aku ditemukan oleh Kakek Karim dan dirawat serta dibina olehnya. Kau tahu ?, aku sungguh beruntung dapat menemukan orang seperti dirinya, dan anak dari Kakek Karim sudah kuanggap seperti ibuku sendiri.” Jelasnya.
”Astaga, aku kurang ajar sekali ya mengundang sosok guru besar seperti dia dengan sebutan kakek ?”
”Ah tidak kok rin, bukannya Kakek Karim sendiri yang menyuruhmu untuk memanggilnya dengan sebutan kakek ?” Jelas Aline.
”Oh ya. Malam ini akan ada festival kembang api di pusat kota, kau mau ikut ?” Tambah Karin.
”Baiklah. Tapi setelah kita membereskan ini semua.” Kata Aline sembari tertawa.
Ramainya suasana malam itu di pusat kota sungguh tak dapat dibayangkan. Banyak orang berlalu-lalang kesana kemari mencari kesibukan sendiri-sendiri. Terlihat pula beberapa pemuda dan anak-anak sedang bermain papan selancar yang terbang di udara. Wow !, sungguh majunya dunia cermin !. Di pusat kota sudah disiapkan beberapa kembang api yang siap untuk di luncurkan. Beberapa orang menunggu saat-saat yang indah dengan mencari kesibukan-kesibukan yang kadang tak berarti.
”Hah...ramai sekali.” Desah Aline.
”Ya, memang beginilah, ah kau mau beli cemilan yang paling enak disini ?” Tawar Karin.
Belum sempat Aline menjawab tawaran Karin, tangan beserta dirinya sudah dibawa pergi oleh Karin.
”Ah, halo Nano 5 !, apa kabar ?. Tampaknya sudah lama sekali ya kita tidak bertemu, ah aku pesan seperti biasa ya ?” Kata Karin kepada sesuatu yang memiliki kepala dua berukuran panjang dan bertentakel layaknya gurita namun bukan gurita.
”Halo Karin. Ya tampaknya sudah lama sekali kita tak jumpa, aku baik-baik saja kau sendiri ?” Kata sesuatu yang mirip monster ikan namun memiliki 2 kepala dan tangan seperti tentakel gurita yang di ketahui bernama Nano 5.
”Ahaha aku baik juga. Aku pesan bakso ikan favoritku 2 ya, yang ukuran jumbo sekalian. Hahaha.” Kata Karin sembari tertawa pada Nano 5.
”Hm...baiklah, karena ini adalah pertemuan pertama kita dari sekian tahun tidak bertemu aku beri kau gratis.” Jelas Nano 5 sambil mengambilkan bakso ikan berukuran jumbo dari panggangan.
”Hm....tampaknya kau membawa teman baru ya ?, tapi ngomong-ngomong siapa dia ?, aku belum pernah meilhatnya di sekitar sini.” Tambah Nano 5.
”Ya, dia orang baru disini. Baiklah kalau begitu aku harus pergi. Terimakasih Nano 5 !” Kata Karin.
”Ya, kapan-kapan kembalilah kesini !” Seru Nano 5 dari kejauhan.
”Hey !, kau tahu Dunia Cermin itu sangat aneh.” Gumam Aline pada Karin.
”Aneh ?, apa maksudmu dengan aneh ?” Tanya Karin sembari menoleh dan memincingkan matanya.
”Ya aneh saja, kau lihat tadi banyak monster-monster tak masuk akal yang ada disini, dan lihat itu orang setengah kanguru dan memiliki telinga kelinci. Tapi disini aku juga mengagumi kemajuan dunia ini seperti halnya papan luncur yang bisa terbang, skuter yang bisa melayang, dan motor yang bisa berubah menjadi mobil seperti yang disana itu.” Kata Aline keheranan.
”Ya...memang seperti itulah Dunia Cermin. Kau akan merasa seperti hidup di dunia fantasi kau tahu itu kan ?” Jelasnya sembari melahap bakso ikan jumbo miliknya.
”Eh..., ngomong-ngomong kau belum memberitahuku kan kenapa tadi Cloud seperti itu, dan sebenarnya siapa dia ?” Tanya Aline.
”Uhuk...uhuk..., apa ?” Kata Karin tersedak.
”Eh ?, katanya kau tadi mau memberitahuku, kau ini bagaimana sih ?”
”Ah iya aku lupa, maaf ya. Baiklah aku mulai dari mana ya ?”
”Kau bisa ceritakan padaku siapa dia sebenarnya.” Tukas Aline.
“Hm, baiklah jika kau ingin tau. Tapi kau harus janji padaku jika dihadapan Denis dan teman-teman yang lain jangan bicarakan hal ini, terlebih lagi pada Cloud. Oke ?” Jelasnya.
”Baiklah.” Jawabnya singkat.
”Sebenarnya dia adalah seorang vampir. Ya, tepatnya seorang vampir berdarah murni. Kau tahu dia berasal dari keluarga apa ?” Tanya Karin balik.
“Tidak. Memangnya kenapa ?”
“Coba kau perhatikan nama belakangnya, ia memiliki marga bernama Lucis berarti dia adalah salah satu anggota kerajaan ini. Tapi bukan berarti dia adalah anak dari Raja Lucis yang sekarang. Kau mengerti tidak ?”
“Iya...iya aku mengerti. Memangnya aku ini bodoh apa. Tapi, satu hal yang menjadi pertanyaanku, jika ia adalah seorang vampir pure blood, kenapa ia tak terbakar ketika ia terkena sinar matahari ?” Kata Aline.
”Hm..., begitu ya ?, entahlah aku juga tidak sebegitu mengerti. Hehehe.”
Karena terlalu lama dan asyik mengobrol, Aline dan Karin tidak memperhatikan jalanan ramai di sekitarnya. Tiba-tiba saja seorang anak sedang memakai sepatu boot roket hampir menabrak mereka bedua yang sedang asyik mengobrol. Namun berkat bantuan Aline mereka berdua berhasil menghindar. Dan alhasil Aline sukses menabrak seseorang di belakangnya.
”Aduh...aduh..., maaf...maaf.” Kata Aline sembari membungkukan badannya beberapa kali ke arah orang tersebut.
”Iya. Iya !, tidak apa-apa kok. Lho ! Karin !, wah kebetulan sekali.” Kata gadis berpotongan bob berwarna indigo dan memiliki telinga bak seekor kucing.
”Ah Feti !, apa kabar ! tak disangka kita bisa bertemu lagi ya ?, sudah berapa lama ya kita tak bertemu ?” Kata Karin.
”Entahlah mungkin sudah lebih dari satu tahun. Hehehe. Eh ngomong-ngomong bagaimana kabarmu ?” Tanya seorang gadis yang diketahui bernama Feti tersebut.
“Ah kabarku baik, kamu ?”
“Sama, aku juga baik, ngomong-ngomong siapa yang sedang bersamamu ?, tampaknya dia orang baru ya ?” Tambah Feti.
“Ya, kenalkan fet, dia Aline. Dan Aline ini Feti.” Kata Karin.
“Hai, aku Aline. Salam kenal ya !” Katanya sembari menjabat tangan Feti dan melemparkan senyuman khasnya kearah gadis berambut indigo dan bertelinga bak seekor kucing.
Setelah perkenalan dan pertemuan singkat itu mereka memutuskan untuk berjalan-jalan bersama untuk menunggu diluncurkannya kembang api.
Jam kini telah menunjukkan pukul 9 tepat, seharusnya ini adalah  waktu dimana kembang api diluncurkan. Sebelum mereka semua melihat sebuah pertunjukkan kembang api yang dinanti, sebuah kejadian yang tak diharapkan menanti mereka. Dan itu benar saja seorang anak tanpa sengaja terjatuh dari sebuah motor terbang yang ia tunggangi. Dengan gerakan refleks ia mengulurkan tangannya dan tiba-tiba saja anak tersebut berhenti di udara. Kemudian Aline pun menurunkan anak itu secara perlahan. Kini beribu pasang mata telah memandangi Aline dengan pandangan keheranan.
“Astaga Aline, kau....” Kata Karin dengan mulut menganga.
“Dan wow !, itu keren sekali.” Gumam Feti yang tengah berdiri disamping Karin.
“Kau tak apa adik kecil ?, lain kali hati-hati ya ?” Kata Aline dengan memberi senyuman simpul kearah anak tersebut.
Setelah kejadian tersebut, seolah seluruh pasang  mata yang ada di kota itu kini telah tertuju pada sosok Aline yang tengah berjalan  bersama Feti dan Karin.
“Hey, kau tahu, kenapa mereka semua memandangku dengan tatapan seperti itu ?” Tanya Aline pada mereka.
“Um...mungkin mereka terkesima oleh hal yang kau lakukan tadi, aku saja sampai melotot melihatmu seperti itu. Kau tahu itu keren !” Jelas Feti.
“Hm...begitu ya ?, aku melakukan itu dengan refleks, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa melakukannya. That was unpredictable !” Kata Aline.
“Eh, kenapa kembang apinya belum meluncur juga ya ?” Kata Karin.
“Eh...eh..., coba lihat itu wah...bagus sekali !!!” Seru Feti sembari menengadahkan kepalanya keatas.
“Wah, baru saja dibacarkan sudah muncul. Hahaha !” Tawa Karin.
Kini langit malam kota itu sudah di penuhi oleh warna-warni kembang api yang menyala indah. Beberapa sorak sorai penduduk yang melihatnya menambah ramai suasana malam itu. Dinginnya malam kini berubah menjadi hangat. Seluruh perasaan kacau, risau dan sedih pun sirna sudah ketika bisa melihat kembang api yang tengah menari-nari di langit malam dunia cermin.
Satu hal yang membuat Aline takjub adalah ketika ia bisa melihat sebuah kembang api yang berbentuk seorang peri dan beberapa kurcaci yang mengelilinginya dan menari-nari indah. Sungguh pemandangan yang amat sangat jarang ada.
Kembang api terakhir pun dinyalakan. Semua pun tengah menunggu saat-saat yang paling menakjubkan ini. Dash.. !!!. Begitulah suara yang ditimbulkan oleh kembang api terakhir tersebut. Kini seekor naga raksasa besar telah menari-nari menghiasi langit itu. Ditambah lagi seorang penyihir yang turut meramaikan meluncurnya kembang api terakhir di langit.
“Hah...kau tahu !, ini adalah kembang api terindah yang pernah kulihat. Kau tahu, kembang api disini terlihat hidup, atau memang hidup ?. Selain itu kembang api ini adalah kembang api pertama yang pernah kulihat.” Kata Aline.
“Eh ?, apa ?, kau selama ini belum pernah melihat kembang api ya ?, lalu selama ini kau kemana saja ?” Tanya Karin seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Aline.
“Hm...ya memang ini adalah kembang api pertama yang pernah kulihat. Walaupun pada festival tahun barupun aku tak akan pernah bisa melihatnya. Karena apa ?, ya pada saat tahun baru kembang api selalu di luncurkan tengah malam. Saat itu aku sudah teler di tempat tidur. Hehehe.” Kata Aline dengan cengiran khasnya.
“Oh begitu ya, kurasa semua dunia ketika menghadapi tahun baru pasti akan menyalakan kembang api pada tengah malamnya. Lalu disana apakah tidak ada festival kembang api ?” Tanya Feti.
“Tidak. Disana tidak pernah ada yang namanya festival kembang api. Tetapi kami selalu merayakan malam pergantian tahun dengan kembang api. Seperti yang kau katakan tadi. ” Jelasnya singkat.
“Eh fet !, aku ingin mengajakmu masuk ke dalam anggota Xerro 13. Bagimana ?” Tawar Karin.
“Ha ?, memangnya untuk apa sekarang itu dibutuhkan ?, bukankah misi kita sebagai Xerro 13 sudah selesai ?” Kata Feti.
“Belum, misi kita masih belum selesai, Medussa masih hidup.” Jelas Karin singkat.
“Apa ?, bagaimana kau bisa tahu ?, bukankah jelas-jelas Medussa telah dibunuh oleh Alexander ?” Tanya Feti.
“Ya aku tahu itu, tapi seminggu yang lalu kakekku mendapat informasi yang mengejutkan dari sang oracle. Ia mengatakan bahwa kerajaan Medussa masih aktif. Entah siapa yang menjalankannya. Kakekku berpendapat jika mungkin yang menjalankan kerajaan itu adalah anak dari Medussa atau mungkin murid dari Medussa.” Jelas Karin panjang lebar.
“Hm...begitu ya ?, apakah kau sudah mengumpulkan para anggotanya ?”
“Sudah, dan kini Xerro bukanlah menjadi Xerro 13 tapi menjadi Xerro 14.” Jelas Karin.
“Apa katamu ?, Xerro 14 ?, bagaimana bisa ?” Tanya Feti dengan nada tak percaya.
“Ini adalah anggota baru dari Xerro.” Katanya sembari menunjuk kearah Aline.
“Dan kau tahu di adalah orang yang selama ini kita cari-cari.” Tambah Karin.
“Apa ?, bagaimana bisa ?”
“Ya, tentu saja, dia adalah cicit dari Alexander yang terkenal itu.” Jawab Karin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua ??? Yes, We Have Batik

Papua ??? Yes, We Have Batik by : Huwaida Najla Alaudina Hi guys, you met me again here, and of course with a lot more to know with me. Now, I would like to tell you about an interesting story about Papua. Well, you know about Papua, don’t you?. I believe all of you will nod your head, right ?. Ok, just to remind you. Papua is the largest province of Indonesia,  located in the center of the Papua island or the eastern part of West New Guinea (Irian Jaya). Eemmh… don’t you know that actually Papua has so many cultures ?. And one of them is Batik. Moreover, UNESCO has even declared Batik as an object of cultural heritage produced by Indonesia. So,  batik is not only  from Java island but also from the rest of Indonesia. We can find various kinds of Batik. Even Papua itself also has Batik as its cultural heritage. So, what is so distinctive of Papua’s Batik and that of  other ethnical batik ?. Ok, here I’ll tell you. It is clear enough that Papua’s Batik has different char

"Behind The Mirror" Chapter 5

aaa ”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua. ”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya. ”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia. ”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat Aline. ”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu ketika aku ada di lab kimia ?” ”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan. ”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia b

Sebuah Kehidupan di Kolong Jembatan

Sebuah Kehidupan Di Kolong Jembatan By : Huwaida Najla Alaudina  Apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya dunia ini begitu kejam, dan apakah kalian tahu bahwa disektar kalian masih banyak sesorang yang kelaparan dan sakit-sakitan. Mungkin kalian masih berpikir, bahwa dunia itu kini sudah tidak ada. Dan ya, memang seharusnya dunia yang seperti itu memang tidak ada. Tapi tidak bagi segelintir orang yang hanya memikirkan harta dan kekayaan dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar. Kurasa itu sungguh amat sangat kejam. Aku ingin kalian tahu bahwa aku memang hidup di dunia seperti itu. Aku bukanlah seseorang yang beruntung seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dari orangtua dan menghambur-hamburkannya. Kalian tahu, betapa mirisnya sebuah kehidupan yang harusku jalani, mungkin kalian akan menganggap bahwa sebuah dunia yang aku tinggali bersama keluargaku merupakan sebuah dunia yang tidak layak. Dan memang kenyataannya seperti itu, aku tinggal di sebuah kolong jembatan