Sama seperti hari
kemarin, seluruh murid disini menjalani kesibukannya masing-masing. Termasuk
kelas Aline yang kala itu tengah mempersiapkan beberapa orang untuk mengikuti
pertandingan voli antar kelas. Termasuk diantaranya yaitu Aline dan Ica. Dan
untuk sore harinya, seluruh murid disini menjadi tambah sibuk, karena mereka
harus mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti pesta liburan akhir tahun.
Suasana tambah ramai
ketika di dalam kamar asrama Aline. Bagaimana tidak, kedua teman Aline tidak
ada henti-hentinya untuk mengoceh tentang apa yang harus mereka pakai. Karena,
mereka lupa untuk memesan gaun pesta. Kini mereka tidak tahu harus mengenakan
apa di pesta malam nanti. Tidak hanya Ica dan Lia saja yang kebingungan namun,
Aline juga kebingungan karena ia juga lupa memsan gaun pestanya, karena kemarin
ia sibuk dengan latihannya sehingga ia tidak sempat memikirkan tentang gaun
pesta itu.
Kemudian kedua
teman Aline itu menyeringai tajam ke arah Aline. Melihat hal tersebut Aline
hanya bisa bergidik ngeri. Hingga ia pun bertanya-tanya dengan kedua sahabatnya
itu. Kedua untuk memberikan mereka berdua sebuah gaun pesta yang sangat cantik.
Namun, Aline hanya bisa menggeleng-gelengka kepalanya. Karena ia tidak tahu
tentang model gaun yang kedua sahabatnya sukai. Hingga akhirnya kedua
sahabatnya itu memberikan sebuah katalog majalah tentang fashion. Dan mereka
meminta untuk memunculkan gaun-gaun pesta yang Ica dan Lia minta.
“Ayo Aline, kau
bisakan memunculkan gaun ini untuk kami. Ayo al, kau ini kan sahabat kami yang
paling baik. Hehehehe.” Rayu Ica sambil tertawa menggoda pada Aline yang kini
tengah terduduk di atas sebuah sofa empuk asramanya.
“Iya, aku tahu kau
bisa melakukannya. Kau tidak mau kan kita tidak ikut pesta yang meriah itu ?”
Rayu Lia.
“Hah. Baiklah jika
kalian terus memaksa. Kau ingin yang mana ? tapi aku tidak menjamin ya hasilnya
akan bagus sama seperti di katalog ini.” Jelas Aline ketus pada mereka berdua.
“Oke. Oke, kami
tidak akan menyalahkanmu jika hasilnya buruk. Heehhehehe.”
Kemudian Aline
mulai menggambil katalog itu dari tangan Ica dann mulai mengambil 2 buah gaun
cantik yang ditunjuk oleh kedua temannya itu. Ia berusaha untuk berkonsentrasi,
dan ia mulai meletakkan telapak tangannya di atas gaun itu. Tiba-tiba ia
mengalami sebuah getaran-getaran aneh yang terus menjalar dari ujung tangan
sampai lengannya. Hingga kemudian muncullah sebuah cahaya aneh dari katalog
itu, dan muncullah sebuah gaun cantik berwarna hijau muda milik Ica. Aline pun
melakukan hal yang sama pada gaun pesanan Lia dan ternyata hasilnya tidak
seburuk yang ia bayangkan.
“Waahaha. Aline
ini sangat indah sekali. Kau berhasil dan kau tahu hasilnya tidak seburuk
dengan yang kau bayangkan. Tapi ini tidak memiliki efek seperti gaun milik
Cinderella kan ?” Kata Lia
“Hahahaha. Tentu
saja tidak. Gaun itu akan hilang jika aku memintanya hilang. Hehehe. Hebat kan
?” Kata Aline bangga.
“Ya, aku tahu. Lha
kamu tidak mengambil gaunmu ? apa kau tidak ingin pergi ke pesta ?” Tanya Ica
bertubi-tubi.
“Oh iya, aku lupa
tunggu sebentar.” Kata Aline yang kemudian memunculkan sebuah gaun indah
berwarna merah anggur dari dalam katalog tersebut.
“Kelihatannya ada
yang kelewatan deh.” Kata Aline sambil berpikir sejenak.
“Apa ?” Sahut Lia
yang sudah siap memakai gaunnya yang berwarna peach.
“Aha. Aku tahu !
sepatunya, kita lupa sepatunya.” Jawab Ica sembari mengacungkan jari
telunjunknya ke atas.
“Oh iya. Maaf aku
sampai lupa. Hehhehehe.” Balas Aline yang kemudian langsung memunculkan
pasangan sepatu dari setiap gaun yang diambilnya.
“Hahaha Aline, ini
sungguh hebat.” Kata Lia sambil berkaca di depan cermin.
“Benar, aku tak
menyangka kau sehebat ini.” Tambah Ica.
“Ah sudahlah,
kalian jangan membuat aku tambah melayang deh.” Sahut Aline yang masih
berdandan di depan cermin riasnya.
Kini ruangan yang
mulanya adalah ruang makan bagi mereka, kini ruangan ini telah disulap menjadi
sebuah ruangan pesta yang sagat indah. Dimana disana-sini terpasang serangkain
bunga yang dibuat sedemikian indahnya. Selain itu juga terdapat beberapa
balok-balok es di atas sebuah meja yang disulap menjadi sebuah karya seni yang
luar biasa indahnya. Tak hanya itu, di tengah-tengah ruangan ini telah
terpasang sebuah gazebo kecil layaknya sebuah gazebo yang ada di taman. Bahkan
di setiap sudut-sudut telah terpasang lampu yang menyala berkerlap-kerlip
indahnya bagaikan sebuah bintang terang yang ada di langit malam.
Semua orang telah
berkumpul disini baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda. Dan
perlu diketahui, pesta ini tak hanya dihadiri oleh murid-murid saja, namun
guru-guru pun ada yang ikut untuk meramaikan suasana. Hingga dirasa semua orang
telah berkumpul dan siap melaksanakan pesta mereka acara pembukaan pun
dilaksanakan.
Musik-musik klasik
nan indah pun mulai diperdengarkan. Mereka khusus mendatangkan anak-anak dari
klub musik ‘Phoenix’ yaitu anak-anak klub khusus sekolahan ini yang memang
dipersiapkan untuk menjamu sebuah sajian musik untuk pesta kali ini. Hingga
akhirnya mereka semua yang berbalutkan gaun-gaun indah dan tuxedo-tuxedo keren
tengah asyik menikmati pesta mereka. Beberapa diantaranya memilih untuk
menari-nari atau berdansa dengan pasangan mereka. Namun, berbeda halnya dengan
Aline, ia memilih untuk berada di atas balkon ruangan ini, dan menjauh dari
hingar bingar kesibukan mereka.
Aline hanya
berdiri disana dan menikmati suasana indahnya malam. Ia mencoba untuk
menghitung bintang-bintang dilangit untuk mencairkan suasana. Hingga kemudian
suara seseorang yang sangat khas ditelinga Aline berhasil membuat pikirannya
buyar. Ya, siapa lagi kalau tidak pemilik suara melengking Denis.
“Aline !!!!. Kau
tidak turun ?” Katanya dengan suara menggelegar dan dengan senyuman ceria
seperti biasanya.
“Hah. Ternyata
kau, dan bisa tidak kau mengubah kebiasaanmu itu. Kau selalu mengangetkan orang
dengan suaramu itu. Bodoh !” Kata Aline merasa terganggu.
“Hehehe. Kau mau
berdansa denganku ?”
“Tidak.”
“Hm...,baiklah kau
mau ku ambilkan minum ?” Katanya cemberut.
“Tidak.”
“Kau tidak ingin
turun ?”
“Tidak. Dan Denis,
kau bisa tidak untuk tidak menggangguku untuk kali ini saja, huh ?” Kata Aline
ketus.
“Hey, aku tidak
pernah mengganggumu.” Balasnya tidak mau kalah.
“Lha itu tadi apa
? itukan juga namanya mengganggu. Ah sudah....sudah....sekarang kau pergi
turun. Aku tidak mau diganggu.” Tukas Aline dengan perasaan kesal dan mendorong
Denis untuk segera turun.
Hingga akhirnya
hanya tinggal Aline seorang yang berada di balkon itu. Dan kemudian ia
memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari langit malam menuju ke bawah dan
melihat beberapa pasang teman-temannya tengah berpesta. Hingga kemudia
muncullah sebuah senyuman yang terlukis di wajah Aline. Entah mengapa ia sangat
senang jika ia melihat teman-temannya bahagia. Apalagi, kini ia melihat kedua
sahabatnya itu tengah menikmati pesta tersebut dengan canda tawa teman-teman
yang lain.
Tanpa disadari ia
mengalihkan pandangannya pada seorang lelaki yang tengah mengenakan stelan jas
berwarna putih tengah berjalan melewati keramain pesta. Hingga kemudian
sepasang mata Aline menangkap jelas sosok yang tengah mengenakan stelan jas
serba putih itu, dari jas hingga celana panjang yang ia kenakan. Dan kemudian
ia pun menyadari siapa seseorang laki-laki yang tengah berjalan dengan anggun
itu. Ya, dialah Cloud.
Tanpa disengaja
sepasang mata milik Cloud melihat kearah balkon tepat kearah Aline berdiri.
Karena Aline tak mau disangka memperhatikan dirinya maka ia segera mengalihkan
pandangannya kearah semula ia menatap langit. Namun, sebelum itu kini Cloud sudah
berdiri tepat dihadapnya. Aline pun berhasil dibuat terkejut olehnya.
“Astaga !. Kau
mengejutkanku. Dan hey ! Bagaimana kau bisa kesini secepat itu ? itu aneh
sekali.” Kata Aline setengah tidak percaya.
“Sihir.” Jawabnya
singkat.
“Hah. O iya aku
lupa kau kan pemimpin tertinggi dari Xerro 14. Pastinya kau memiliki sihir
tingkat tinggi. Hahahaha dunia ini memang aneh ya ?”
“Sebenarnya bukan
sihir, ini hanya ‘Flash’, kau juga bisa melakukannya.” Katanya lagi.
“Oh begitu, lalu
ada urusan apa kau kesini ?”
“Tidak ada.” Jelas
Cloud singkat seperti biasanya.
“Huh,
menyebalkan.” Kata Aline pelan.
“Hey, kau tahu
pertama kali aku melihatmu, kupikir kau ini orang yang aneh. Namun, ternyata
kau tidak seaneh itu. Hahahahaha. Dan satu hal lagi, kau selalu membuat orang
penasaran.”
“Benarkah ?”
“Ya, dan menurutku
memang begitu. Kau juga tidak banyak bicara. Itu juga yang membuatku tambah
penasaran, dan ingin sekali untuk membuatmu mengoceh terus untuk satu hari.
Hahahaha. Ha, aku lupa kau juga jarang tertawa. Hahaha, tersenyum saja jarang
apalagi tertawa. Hahahaha. Lucu sekali.”
“Hn.”
“Kan ?, dari tadi
aku bicara jawabanmu hanya ‘hn’, sangat singkat sekali. Kapan-kapan aku ingin
membuat ramuan khusus untukmu. Dan ramuan itu akan membuatmu terus bicara 24
jam non stop. Hahahaha.” Kata Aline sembari tertawa.
“Hah. Itu cukup
untuk membuatku sedikit tertawa.” Balasnya sambil menunjukkan tawanya walau
terlihat tipis.
“Ha !!!, benar kan
!!!, aku berhasil membuat Cloud tertawa. Hahahaha. Andai saja aku bawa kamera,
pasti sudah aku foto dan aku sebar luaskan. Hahahahaha.” Tanpa disengaja,
tiba-tiba saja Aline tersandung oleh gaun yang dipakainya sendiri. Untuk disana
ada Cloud yang dengan refleksnya memegangi Aline untuk tidak terjatuh. Melihat
ternyata medua mata mereka saling berpandangan satu sama lain. Hal itu cukup
untuk membuat Aline berbulshing.
“Maaf. Maafkan
aku, aku tidak bermaksud untuk....”
“Aku tahu, kau
memang ceroboh sekali.” Kata Cloud memperingatkan Aline.
“Ya....ya....,
tapi terimakasih sudah menolongku. Hehehe.” Kata Aline dengan tawaan khas
dirinya ditambah dengan kebiasaannya selalu menggaruk-garuk belakang kepalanya
yang tentu saja tidak gatal.
Semenjak kejadian
beberapa menit yang lalu, kini terjadi sebuah kesenjangan diantara mereka
berdua. Suasana hening pun menyelimuti mereka berdua. Hingga akhirnya Cloud
angkat bicara dan mengajak Aline untuk berdansa dengannya.
Kini aktivitas
mereka berdua diperhatikan oleh Karin, Denis, dan Zero yang saat itu tengah
berada dibawah. Mereka antara percaya dan tidak percaya tentang apa yang kini
tengah mereka saksikan. Tentu saja, kini beberapa pasang mata mereka melihat
dengan mata milik mereka sendiri apa yang tengah terjadi diatas balkon itu.
Karena mereka pikir, tidak biasa-biasanya Cloud mau berdansa dengan seorang gadis.
Apalagi itu adalah Aline yang baru saja dikenalnya beberapa hari yang lalu.
“Hey, kau lihat
kau lihat itu kan !, aku tidak bermimpikan ?” Tanya Denis.
“Ha iya...iya,
tidak salah lagi itu Cloud dan....” Kata Zero terpotong oleh Karin.
“Aline, ya tidak salah
lagi itu dirinya. Tapi, bagaimana bisa....., ini tidak bisa dipercaya.” Kata
Karin terperangah.
“Ya, sudah
bertahun-tahun aku berteman dengan Cloud, dan sudah bertahun-tahun pula aku
bersahabat dengan Cloud. Namun, baru kali ini aku melihat Cloud seperti itu.
Sungguh tidak bisa dipercaya. Apakah ramalan yang dikatakan ‘Oracle’ itu benar. Bahwa suatu saat
sang pangeran yang hatinya sudah lama tidak mendapatkan secercah cahaya dari
sang surya, kini akan mendapatkan kembali cahayanya oleh seorang anak dalam
ramalan dunia cermin. Dan itu berarti......” Jelas Denis.
“Dan itu berarti
adalah Aline. Ini semakin aneh saja.” Sahut Karin.
“Tapi itu belum
tentu. Kita tunggu saja nanti, apakah hal itu akan benar-benar terjadi ?” Balas
Zero.
Namun, tiba-tiba
saja sebuah alaram milik seluruh anggota Xerro 14 yang sedang berada di ruangan
itu berbunyi kecuali Aline. Karena, ia belum sempat untuk mendapatkan barang
itu. Dan itu pertanda jika mereka harus segera kembali ke dunia cermin karena
ada situasi darurat. Termasuk dengan
Cloud dan Aline. Kini Cloud memutuskan untuk mengajaknya kedalam dunia cermin
karena dirasa, semua keadaan sudah membaik. Dan cepat atau lambat mereka pasti
akan membutuhkan Aline.
Disini Aline
nampak kebingungan. Tentu saja karena tiba-tiba Cloud meminta Aline untuk
memegang tangannya dan seketika itu juga mereka pun berpindah dimensi. Ya,
kejadian ini sama persis ketika Sirius tengah mengajakk Aline ketempat tinggal
Sirius. Dan disini Aline juga nampak kebingungan. Dan itu terlihat jelas sekali
di raut wajahnya ketika kedua kakinya sudah menginjakkan di dunia cermin.
“Hey. Kenapa kau
tidak menggunakan portal itu ?” Tanya Aline.
“Terlalu lama.
Jika kita harus menggunakan portal. Aku akan menyerahkanmu pada Karin. Karin !”
Kata Cloud sembari memanggil Karin.
“Hn, baik aku tahu
maksudmu.” Jawab Karin seolah tahu akan apa yang akan dikatakan Cloud nanti.
“Sekarang al, ikut
aku !”
“Kemana ?”
“Ke tempat yang
aman, bersama Kakek Karim.”
Komentar