aaa
Matahari semakin meninggi dan semakin panas.
Segerombolan orang tengah berlatih di sebuah padang rumput hijau yang
terbentang luas. Tak jauh dari tempat itu terlihatlah serentetan pegunungan hijau
yang membuat indah suasana di tempat itu. Terlihat beberapa anak seumuran
dengan Aline tengah berlatih dengan seseorang lelaki paruh baya yang tengah
mengenakan jubah putih panjang dan berambut putih panjang juga.
“Hey kalian berempat !, ayo cepat kesini !”
Teriak Denis dari kejauhan.
Setelah mendengar teriakan Denis dari
kejauhan mereka berempat pun langsung mempercepat langkahnya dengan berlari.
Untung saja sang guru tidak memarahi mereka berempat. Memang, orang yang sering
dipanggil guru oleh mereka semua adalah tipe orang yang periang dan santai.
Anak-anak sangat menyukainya. Dan sang guru tersebut diketahui bernama Guru
White Grey. Mereka memanggilnya begitu karena setiap kali guru ini mengajar
selalu saja mengenakan sesuatu yang berunsur putih.
“Hm.....jadi kau pasti adalah orang yang
bernama Aline bukan ?” Tanya Guru Grey dengan tatapan penuh senyum ramah pada
Aline.
“Ya, aku Aline. Kenapa kau bisa mengetahui
namaku ?” Tanyanya penasaran.
“Anak-anak disini sering membicarakan namamu.
Sekalian itu, aku bisa melihat sosok Alexander pada dirimu al.” Jelas sang guru dengan senyuman yang tersunngging di
wajahnya.
“Baiklah, kurasa sekarang saatnya aku untuk
melatih kekuatan alamiahmu. Kudengar dari Karim, kau memiliki elemen dasar api
dan air bukan ?, selain itu juga aku dengar kau bisa mengendalikan benda-benda
disekelilingmu dengan semaumu bukan ?” Tambah Guru Grey.
“Ya, begitulah.” Jawabnya singkat.
“Hm....tampaknya sekarang tugasku untuk
melatihmu dan memberimu ilmu tambahan. Kau tahu aku adalah salah satu spesialis
elemen disini. Hehehe. Sudahlah mari kita mulai saja latihannya.” Kata Guru
Grey.
“Sekarang tunjukkan padaku kekuatan api yang
kau miliki !” Perintah Guru Grey.
Setelah mendapat komando dari sang guru Aline
pun langsung mengeluarkan kobaran api dari kedua tangannya. Kemudian ia mencoba
untuk memainkan kobaran api yang ada di tangannya.
“Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan ?”
Tanya Aline masih memainkan kobaran-kobaran api yang berada di kedua tangannya.
“Lakukan saja itu. Lalu setelah kurang lebih
5 menit kau melakukannya, maka aku akan menantangmu dalam penggunaan apimu.”
Jelas sang guru.
“He ?, 5 menit ?, itu cukup lama !”
“Jangan mengeluh, aku menyuruhmu melakukan
itu adalah untuk pemanasan.” Kata Guru Grey.
Setelah kurang lebih 5 menit ia bermain
dengan kobaran apinya, ia bersiap untuk melawan Guru Grey yang sudah berdiri
tegap dihadapannya. Ditatapnya sang guru dengan pandangan tajamnya. Tanpa
menunggu aba-aba dari sang guru, Aline langsung berlari dan berusaha untuk
mengenai sang guru. Namun, tiba-tiba saja Guru Grey menghentikan langkahnya.
“Tunggu ! Tampaknya kau sangat terburu-buru
sekali ya ?” Kata Guru Grey padanya.
“Ha ?, kenapa tiba-tiba guru menghentikanku
?” Tanya Aline penasaran.
“Aku belum membacakan aturannya untukmu.”
Jelas Guru Grey sekali lagi.
“Baiklah. Peraturan pertama adalah kau boleh
menggunakan seluruh kekuatanmu untuk melawanku baik yang baru kau pelajari
ataupun kekuatan alamiahmu. Kedua, kau dianggap menang dari pertarungan ini
jika kau berhasil mengambil lonceng ini dariku dan menghancurkan lonceng ini
tanpa menggunakan kekuatan apimu. Ketiga, kau harus berhasil melakukannya
sebelum benda kecil yang ada di punggungmu berbunyi dan meledak. Kau sanggup
Aline Alexander ?” Tanya sang guru sembari menunjuk kearah benda di balik
punggung Aline.
“Apa !, sejak kapan kau menempelkan benda ini
!” Teriak Aline kaget.
“Sudahlah itu tidak penting, kau harus cepat,
waktumu hanya satu jam dari sekarang.” Kata Guru Grey sembari terssenyum.
“Sial !!!!!” Teriak Aline sembari mengarahkan
tinjuannya kearah gurunya.
Ditengah kesibukan mereka semua. Tanpa sadar
seekor kupu-kupu kecil berwarna hitam tengah memperhatikan segala aktivitas
mereka dari kejauhan, termasuk aktivitas Aline dan gurunya yang sedang
bertarung.
Kecil dan tidak berbahaya. Siapa yang tak
kenal binatang bersayap satu ini. Semua orang pasti mengetahuinya, terlebih
lagi anak-anak yang selalu menyukai kupu-kupu dan selalu ingin menangkap hewan
ini ketika musim semi tiba. Namun siapa sangka jika kupu-kupu yang satu ini
adalah mata-mata. Ya, tanpa disadari oleh semuanya kupu-kupu ini memperhatikan
segala aktivitas yang mereka lakukan dan menyalurkannya pada seseorang yang
tengah mengendalikan binatang ini.
“Hahahaha. Kita sudah menemukan target kita.
Ternyata masih ada penerus dari seorang Alexander. Jika Alexander mempunyai
penerus maka Medussa juga memiliki seorang penerus, yaitu aku ! Hahahaha !”
Kata seseorang di tempat lain dengan suasana serba gelap dan sunyi.
“Maaf tuan. Kini apa yang akan harus kita
lakukan dengan orang itu.” Kata anak buah dari orang yang dipanggil tuan
tersebut.
“Hahaha. Panggilkan aku Tifa, Ray, dan Vino !” Perintah seseorang yang memakai
tudung kepala.
“I...iya tuan.” Balas sang anak buah yang
kemudian akhirnya pergi untuk memanggil orang-orang yang diperintahkan oleh
tuannya.
“Tch. Jika saja para anggota Xerro 13 tidak
dibantu oleh pasukan Endheva mungkin sekarang ini Medussa masih hidup. Aku
berjanji akan membalaskan dendammu pada mereka semua ibu.” Kata orang dalam
bayangan tersebut sembari menopang dagu.
“Ada apa kau memanggil kami bertiga ?” tanya
seorang wanita berambut panjang yang dikucir kuda.
“Aku ingin kalian kembali ke Kota Divia dan
bawalah gadis itu kehadapanku, dan ingat jangan dibunuh ! bawa dia hidup-hidup
!” Perintah sang komando.
Di tempatt latihan Aline. Beberapa teman
Aline kini tengah menunggu dan melihat pertarungan antara Aline dan gurunya.
Termasuk Karin, Feti, Vlouchi, Denis serta Cloud.
“Hah...huh....aku lelah sekali !” Seru Feti
sambil mengusap peluh yang kini tengah bercucuran dari atas kepalanya.
“Ya, ini memang pekerjaan yang paling
melelahkan. Hm..., apakah Aline bisa melakukan hal itu selama satu jam ?” Kata
Vlouchi tak yakin.
“Aku yakin Aline pasti bisa !, dia adalah
gadis yang tangguh !, percaya padaku ! hahaha.” Kata Denis sembari tertawa.
“Itu tipuan.” Sela Cloud secara tiba-tiba.
“Apanya yang tipuan Cloud ?” Tanya Karin.
“Apa kau tidak ingat pada saat pertama kali
ia melatihmu ? ia juga melakukan trik yang sama dengannya.” Jelasnya tetap
datar dan menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon.
“Astaga !, kau benar, aku ingat sekarang, itu
bukanlah sebuah bom mikro yang ditempelkan tapi itu merupakan sebuah alat
penggelitik, jika kita alat itu aktif maka tubuh kita akan geli dengan
sendirinya sampai sekitar 10 menit. Tapi sebelumnya alat itu mempunyai efek
seperti bom yang mengeuarkan ledakan.” Kata Karin panjang lebar.
“Tapi apakah ia bisa menyelesaikannya dalam
waktu singkat, kau tahu ini sudah hampir 45 menit Aline bertarung dan belum
bisa mengambil lonceng dan menghancurkan lonceng yang dibawa oleh Guru
Grey.”Tambah Vlouchi.
“Ya kau benar dia hanya mempunyai waktu sisa
15 menit. Tapi ku pikir-pikir kenapa ia tidak mengambil lonceng itu dengan
kekuatannya saja ya ?, bukankah dengan hal itu akan lebih mudah baginya ?” Kata
Karin penasaran.
“Hn...entahlah.” Sahut Feti singkat.
Tampaknya Aline sudah mulai kehabisan
tenaganya. Ia pun berhenti sejenak seraya untuk mencuri nafasnya yang terbuang
karena bertarung. 45 menit sudah ia bertarung namun, ia masih belum bisa
mengambil seikat lonceng kecil dari sang guru. Sejenak terbesit di pikirannya
bahwa ia akan mati karena bom yang ada di punggungnya meledak. Namun, Aline
tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sebuah tekad api muncul dalam
diri Aline. Ia tidak akan pernah menyerah sebelum ia bisa.
Akhirnya Aline memutuskan untuk maju dan
menyerang. Ia mencoba untuk menggunakan ilmu ‘Flashnnya’ (*flash : gerak yang
sangat cepat, bahkan sangat susah untuk dilihat dengan mata telanjang*) namun,
hal itu masih dapat dihindari dengan mudah oleh sang guru. Akhirnya ia pun
mendapatkan sebuah ide, ia berpikir bahwa ia akan mengecoh sang guru dengan
menggunakan ilmu ‘Flash’ dan menggunakan sedikit kombinasi dengan kekuatan
apinya. Yap dan benar saja, sang guru berhasil dikecoh olehnya, kini saatnya
untuk mengambil benda yang digantungkan pada pinggang sang guru tanpa
menggunakan tangannya. Benda itupun melayang dan akhirnya mendarat dengan
sempurna di tangan Aline.
“Hn....kau berhasil namun tampaknya, waktumu
sudah habis. Hehehehe.” Kata Guru Grey dengan menampakan senyum kemenangannya.
“He ? apa ?” Sahutnya tak percaya. Beberapa
detik kemudian sebuah ledakan terjadi.
BUM ! BOM ! DUAR !. Dan akhirnya meledaklah bom yang ada di punggung Aline. Dan
benar saja, itu merupakan bom tipuan, yang muncul itu hanyalah suara efek dan
efek asap yang telah diatur. Namun, hal selanjutnya yang terjadi adalah Aline
tidak bisa berhenti tertawa karena geli yang mendera di sekujur tubuhnya.
“Hwahahaha.....hahahaha.....astaga apa ini ?,
kau. Hahaha. Guru apa yang kau lakukan dengan alat itu ! Hahahaha !” Seru Aline
sembari tertawa.
“Astaga guru kau keterlaluan !” Seru Karin.
“Hm....bukankah dulu kau juga pernah melalui
hukuman ini ?”
“Iya sih, tapikan dia berhasil mengambil
lonceng itu sebelum waktu habis. Walaupun hanya kurang 1 menit dari interval
waktu bom meledak. Dan seharusnya kau bisa langsung menghentikannyakan ?” Kata
Karin membantah.
“Tidak...tidak...tidak,
itu tidak semudah yang kau bayangkan, waktunya sangat singkat sekali kau tahu
itu.” Balas sang guru dengan entengnya.
“Hmph.....tampaknya akan sangat lama sekali
menunggu efek itu berhenti darinya.” Kata Denis sambil menghela nafasnya.
Komentar