aaa
4 jam telah berlalu. Kini sang surya telah
kembali ke peraduannya. Aline pun mencoba berdiri dan bangkit dari ranjang
tempat ia berbaring. Ia berjalan menyusuri segala sudut dari rumah itu. Tanpa
sengaja ia melihat sang guru dan teman-temannya masih saja berkumpul bercanda tawa.
Hanya satu saja keanehan yang timbul di dalam benaknya. Kenapa Cloud
tidak ikut tertawa ?. Aneh bukan ?. Begitulah pikirnya.
”Ah, hi Aline !, sudah merasa baikan ?” Tanya
Denis sembari melambaikan sebelah tangannya seraya mengundang Aline.
”Hehehe. Aku sudah baik, terimakasih sudah
menanyakanku. Ngomong-ngomong
dimana Karin ?”
”Karin sedang mempersiapkan makan malam,
kalau kau ingin mencarinya dia ada di dapur.” Tukas Kakek Karim atau lebih
tepatnya Guru Karim.
”Makanan sudah siap !, ayo kemari !” Seru
Karin keluar dari balik tirai dapur dengan menggunakan celemek putih dan
membawa semangkuk besar soup. Aroma makanan sudah merasuk kedalam setiap inci
rongga hidung. Baunya yang sedap sungguh menggoda siapa saja yang menghirupnya.
Maka tak khayal mereka semua yang sedang berkumpul di ruang keluarga langsung
menuju ke dalam dapur.
”Hm...kelihatannya enak.” Kata Aline
menghirup aroma soup yang ada di depannya.
”Jangan kelihatannya dong, coba di makan.”
Kata Karin dengan memberikan senyuman khasnya.
”Eh ?, hehehe iya-iya.” Balasnya sembari
mengambil satu sendok makan soup itu dan memakannya.
”Hm...enak kok !, enak seperti aromanya. Hehehe.” Sahut Aline sambil tertawa.
Dengan demikian semua yang ada di ruangan itu
kini tengah asyik melahap makanan yang ada di depan mereka satu persatu. Namun
sesuatu telah mengusik pikiran Aline. Ia mencoba melihat satu persatu dari
mereka. Semuanya makan. Aline pun berpikir sejenak. Kenapa hanya Cloud yang
tidak ?. Aneh. Sudah 2 kali Aline melihat Cloud seperti itu.
”Er..., ngomong-ngomong kenapa kau tidak
makan Cloud ?” Tanya Aline sembari menghentikan aktivitas makannya.
Setelah semua mendengar pertanyaan Aline,
semua seolah menghentikan aktivitas makan mereka.
”Eh ?, um....tadi kurasa Cloud sudah makan,
jadi kurasa dia sekarang sudah kenyang.” Jelas Denis tergagap-gagap.
”Ah iya !, itu benar. Tadi barusan saja Cloud makan iya kan ?” Tambah Karin.
”Hn.” Jawab Cloud singkat sembari
menganggukkan kepalanya.
”Oh begitu ya.” Gumam Aline sambil menelan
makanan terakhirnya.
Karena merasa sudah selesai dengan makan
malamnya Aline memutuskan untuk pergi dari meja makan. Ia berdiri dari kursi tempat ia duduk dan berjalan
keluar. Namun entah mengapa tiba-tiba saja ketika ia hendak berdiri sebelah
tangannya tergores oleh pinggiran meja. Sontak saja, hal itu membuat tangan
kirinya terluka dan mengeluarkan darah.
Entah mengapa ketika melihat pemandangan itu
semua mata tertuju pada Aline yang sedang berkutat memegangi tangan kirinya
yang tergores. Begitu juga dengan Cloud. Namun ada yang aneh dengannya.
Tiba-tiba saja sesuatu beraksi pada Cloud. Badannya seolah mengejang dan
matanya melotot. Ia seolah mengerang. Kini semua mata bukan tertuju pada Aline
melainkan pada Cloud.
Melihat pemandangan itu, Denis selaku teman
baik dari Cloud langsung menenangkan dirinya dan membawanya pergi dari sana. Melihat
kejadian barusan Aline merasa kaget. Apa yang terjadi ?. Setelah kejadian itu
Karin memilih mengobati tangan Aline yang tergores oleh pinggiran meja yang
tajam.
”Aduh...pelan-pelan.” Tukas Aline.
”Iya, ini juga sudah pelan Al,
ngomong-ngomong lukamu cukup lebar juga, tadi tergores meja bagian mana ?” Tanya Karin yang masih berkutat dengan kapas dan obat
merah.
”Itu, pinggiran meja yang dekat dengan
tempatku duduk.”
”Ah...., astaga aku lupa aku belum mengikir
pinggiran meja itu. Aduh maaf ya,
tampaknya ini semua salahku. Gara-gara aku lupa kau jadi begini.” Jelas Karin.
”Iya, tidak apa-apa kok, lagian ini juga
salahku tidak hati-hati. Hehehe. Eh ngomong-ngomong ada apa dengan Cloud tadi
ya ?” Tanyanya.
Sesaat setelah mendengar pertanyaan Aline,
Karin seolah menghentikan aktivitasnya. Melihat hal itu Aline kembali bertanya
padanya.
”Kau kenapa ?, pertanyaanku salah ya ?”
”Ah, tidak kok, nanti kau akan ku beritahu. Sementara ini biarkan aku mengobatimu dulu ya ?” Jelas
Karin.
“Baiklah kalau begitu.”
Suara gemericik air keran begitu jelas
terdengar di telinga. Seseorang dengan rambut dikuncir kuda sedang membersihkan
piringan-piringan kotor yang ada. Disampingnya terlihatlah sesosok perempuan
berambut mengombak sebahu stengah membantunya membersihkan piringan-piringan
kotor itu. Hening sesaat.
”Um...kupikir kota yang maju ini mempunyai
robot-robot pembantu di setiap rumah.” Kata Aline membuka percakapan.
”Seharusnya begitu, dulu kakekku sempat punya
tapi aku rusakkan hehehe. Kemudian sejak itu ia tak pernah membenarkannya
lagi.” Jelas Karin pada Aline.
”Hm....., begitu ya ?, ngomong-ngomong Kakek
Karim itu kakek mu ?”
”Tidak, namun aku sudah menganggapnya sebagai
kakekku sendiri. Dan kau tahu dia adalah orang yang sudah merawatku sejak
kecil.”
”Lalu dimana orang tuamu ?”
”....., orang tuaku sudah meninggal ketika
aku berumur 7th. Saat itu aku dan kakkku sedang melarikan diri dari para
pasukan tengkorak Medussa. Dan sayangnya kedua orang tuaku terbunuh karena
melindungi kami berdua.” Jelas Karin sembari berhenti sejenak dari aktivitas
mencucinya dan menoleh ke arah Aline sesaat.
”Oh...., maafkan aku, lalu sekarang dimana
kakakmu ?” Tanya Aline lagi.
”Kakakku meninggal 1 tahun setelah kejadian
itu. Kemudian pada saat itulah aku ditemukan oleh Kakek Karim dan dirawat serta
dibina olehnya. Kau tahu ?, aku sungguh beruntung dapat menemukan orang seperti
dirinya, dan anak dari Kakek Karim sudah kuanggap seperti ibuku sendiri.”
Jelasnya.
”Astaga, aku kurang ajar sekali ya mengundang
sosok guru besar seperti dia dengan sebutan kakek ?”
”Ah tidak kok rin, bukannya Kakek Karim
sendiri yang menyuruhmu untuk memanggilnya dengan sebutan kakek ?” Jelas Aline.
”Oh ya. Malam ini akan ada festival kembang
api di pusat kota, kau mau ikut ?” Tambah Karin.
”Baiklah. Tapi setelah kita membereskan ini
semua.” Kata Aline sembari tertawa.
Ramainya suasana malam itu di pusat kota
sungguh tak dapat dibayangkan. Banyak orang berlalu-lalang kesana kemari
mencari kesibukan sendiri-sendiri. Terlihat pula beberapa pemuda dan anak-anak
sedang bermain papan selancar yang terbang di udara. Wow !, sungguh majunya
dunia cermin !. Di pusat kota sudah disiapkan beberapa kembang api yang siap
untuk di luncurkan. Beberapa orang menunggu saat-saat yang indah dengan mencari
kesibukan-kesibukan yang kadang tak berarti.
”Hah...ramai sekali.” Desah Aline.
”Ya, memang beginilah, ah kau mau beli
cemilan yang paling enak disini ?” Tawar Karin.
Belum sempat Aline menjawab tawaran Karin,
tangan beserta dirinya sudah dibawa pergi oleh Karin.
”Ah, halo Nano 5 !, apa kabar ?. Tampaknya
sudah lama sekali ya kita tidak bertemu, ah aku pesan seperti biasa ya ?” Kata
Karin kepada sesuatu yang memiliki kepala dua berukuran panjang dan bertentakel
layaknya gurita namun bukan gurita.
”Halo Karin. Ya tampaknya sudah lama sekali
kita tak jumpa, aku baik-baik saja kau sendiri ?” Kata sesuatu yang mirip monster ikan namun memiliki 2
kepala dan tangan seperti tentakel gurita yang di ketahui bernama Nano 5.
”Ahaha aku baik juga. Aku pesan bakso ikan
favoritku 2 ya, yang ukuran jumbo sekalian. Hahaha.” Kata Karin sembari tertawa pada Nano 5.
”Hm...baiklah, karena ini adalah pertemuan
pertama kita dari sekian tahun tidak bertemu aku beri kau gratis.” Jelas Nano 5
sambil mengambilkan bakso ikan berukuran jumbo dari panggangan.
”Hm....tampaknya kau membawa teman baru ya ?,
tapi ngomong-ngomong siapa dia ?, aku belum pernah meilhatnya di sekitar sini.”
Tambah Nano 5.
”Ya, dia orang baru disini. Baiklah kalau begitu aku harus pergi. Terimakasih Nano 5
!” Kata Karin.
”Ya, kapan-kapan kembalilah kesini !” Seru
Nano 5 dari kejauhan.
”Hey !, kau tahu Dunia Cermin itu sangat
aneh.” Gumam Aline pada Karin.
”Aneh ?, apa maksudmu dengan aneh ?” Tanya Karin sembari menoleh dan memincingkan matanya.
”Ya aneh saja, kau lihat tadi banyak
monster-monster tak masuk akal yang ada disini, dan lihat itu orang setengah
kanguru dan memiliki telinga kelinci. Tapi disini aku juga mengagumi kemajuan
dunia ini seperti halnya papan luncur yang bisa terbang, skuter yang bisa
melayang, dan motor yang bisa berubah menjadi mobil seperti yang disana itu.”
Kata Aline keheranan.
”Ya...memang seperti itulah Dunia Cermin. Kau akan merasa seperti hidup di dunia fantasi kau tahu
itu kan ?” Jelasnya sembari melahap bakso ikan jumbo miliknya.
”Eh..., ngomong-ngomong kau belum
memberitahuku kan kenapa tadi Cloud seperti itu, dan sebenarnya siapa dia ?”
Tanya Aline.
”Uhuk...uhuk..., apa ?” Kata Karin tersedak.
”Eh ?, katanya kau tadi mau memberitahuku,
kau ini bagaimana sih ?”
”Ah iya aku lupa, maaf ya. Baiklah aku mulai
dari mana ya ?”
”Kau bisa ceritakan padaku siapa dia
sebenarnya.” Tukas Aline.
“Hm, baiklah jika kau ingin tau. Tapi kau
harus janji padaku jika dihadapan Denis dan teman-teman yang lain jangan
bicarakan hal ini, terlebih lagi pada Cloud. Oke ?” Jelasnya.
”Baiklah.” Jawabnya singkat.
”Sebenarnya dia adalah seorang vampir. Ya, tepatnya
seorang vampir berdarah murni. Kau tahu dia
berasal dari keluarga apa ?” Tanya Karin balik.
“Tidak. Memangnya kenapa ?”
“Coba kau perhatikan nama belakangnya, ia
memiliki marga bernama Lucis berarti dia adalah salah satu anggota kerajaan
ini. Tapi bukan berarti dia adalah anak dari Raja Lucis yang sekarang. Kau
mengerti tidak ?”
“Iya...iya aku mengerti. Memangnya aku ini
bodoh apa. Tapi, satu hal yang menjadi pertanyaanku, jika ia adalah seorang
vampir pure blood, kenapa ia tak terbakar ketika ia terkena sinar matahari ?”
Kata Aline.
”Hm..., begitu ya ?, entahlah aku juga tidak
sebegitu mengerti. Hehehe.”
Karena terlalu lama dan asyik mengobrol,
Aline dan Karin tidak memperhatikan jalanan ramai di sekitarnya. Tiba-tiba saja
seorang anak sedang memakai sepatu boot roket hampir menabrak mereka bedua yang
sedang asyik mengobrol. Namun berkat bantuan Aline mereka berdua berhasil
menghindar. Dan alhasil Aline sukses menabrak seseorang di belakangnya.
”Aduh...aduh..., maaf...maaf.” Kata Aline
sembari membungkukan badannya beberapa kali ke arah orang tersebut.
”Iya. Iya !, tidak apa-apa kok. Lho ! Karin !, wah kebetulan sekali.” Kata gadis
berpotongan bob berwarna indigo dan memiliki telinga bak seekor kucing.
”Ah Feti !, apa kabar ! tak disangka kita
bisa bertemu lagi ya ?, sudah berapa lama ya kita tak bertemu ?” Kata Karin.
”Entahlah mungkin sudah lebih dari satu
tahun. Hehehe. Eh ngomong-ngomong bagaimana kabarmu ?” Tanya seorang
gadis yang diketahui bernama Feti tersebut.
“Ah
kabarku baik, kamu ?”
“Sama,
aku juga baik, ngomong-ngomong siapa yang sedang bersamamu ?, tampaknya dia
orang baru ya ?” Tambah Feti.
“Ya, kenalkan fet, dia Aline. Dan Aline ini Feti.” Kata Karin.
“Hai, aku Aline. Salam kenal ya !” Katanya sembari menjabat tangan Feti
dan melemparkan senyuman khasnya kearah gadis berambut indigo dan bertelinga
bak seekor kucing.
Setelah perkenalan dan pertemuan singkat itu
mereka memutuskan untuk berjalan-jalan bersama untuk menunggu diluncurkannya
kembang api.
Jam kini telah menunjukkan pukul 9 tepat,
seharusnya ini adalah waktu dimana
kembang api diluncurkan. Sebelum mereka semua melihat sebuah pertunjukkan
kembang api yang dinanti, sebuah kejadian yang tak diharapkan menanti mereka.
Dan itu benar saja seorang anak tanpa sengaja terjatuh dari sebuah motor
terbang yang ia tunggangi. Dengan gerakan refleks ia mengulurkan tangannya dan
tiba-tiba saja anak tersebut berhenti di udara. Kemudian Aline pun menurunkan
anak itu secara perlahan. Kini beribu pasang mata telah memandangi Aline dengan
pandangan keheranan.
“Astaga Aline, kau....” Kata Karin dengan
mulut menganga.
“Dan wow !, itu keren sekali.” Gumam Feti
yang tengah berdiri disamping Karin.
“Kau tak apa adik kecil ?, lain kali
hati-hati ya ?” Kata Aline dengan memberi senyuman simpul kearah anak tersebut.
Setelah kejadian tersebut, seolah seluruh
pasang mata yang ada di kota itu kini
telah tertuju pada sosok Aline yang tengah berjalan bersama Feti dan Karin.
“Hey, kau tahu, kenapa mereka semua
memandangku dengan tatapan seperti itu ?” Tanya Aline pada mereka.
“Um...mungkin mereka terkesima oleh hal yang
kau lakukan tadi, aku saja sampai melotot melihatmu seperti itu. Kau tahu itu
keren !” Jelas Feti.
“Hm...begitu ya ?, aku melakukan itu dengan
refleks, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa melakukannya. That was
unpredictable !” Kata Aline.
“Eh, kenapa kembang apinya belum meluncur
juga ya ?” Kata Karin.
“Eh...eh..., coba lihat itu wah...bagus
sekali !!!” Seru Feti sembari menengadahkan kepalanya keatas.
“Wah, baru saja dibacarkan sudah muncul.
Hahaha !” Tawa Karin.
Kini langit malam kota itu sudah di penuhi
oleh warna-warni kembang api yang menyala indah. Beberapa sorak sorai penduduk
yang melihatnya menambah ramai suasana malam itu. Dinginnya malam kini berubah
menjadi hangat. Seluruh perasaan kacau, risau dan sedih pun sirna sudah ketika
bisa melihat kembang api yang tengah menari-nari di langit malam dunia cermin.
Satu hal yang membuat Aline takjub adalah
ketika ia bisa melihat sebuah kembang api yang berbentuk seorang peri dan
beberapa kurcaci yang mengelilinginya dan menari-nari indah. Sungguh
pemandangan yang amat sangat jarang ada.
Kembang api terakhir pun dinyalakan. Semua
pun tengah menunggu saat-saat yang paling menakjubkan ini. Dash.. !!!.
Begitulah suara yang ditimbulkan oleh kembang api terakhir tersebut. Kini
seekor naga raksasa besar telah menari-nari menghiasi langit itu. Ditambah lagi
seorang penyihir yang turut meramaikan meluncurnya kembang api terakhir di
langit.
“Hah...kau tahu !, ini adalah kembang api
terindah yang pernah kulihat. Kau tahu, kembang api disini terlihat
hidup, atau memang hidup ?. Selain itu kembang api ini adalah kembang api pertama yang pernah kulihat.” Kata
Aline.
“Eh ?, apa ?, kau selama ini belum pernah
melihat kembang api ya ?, lalu selama ini kau kemana saja ?” Tanya Karin seolah
tak percaya dengan apa yang dikatakan Aline.
“Hm...ya memang ini adalah kembang api
pertama yang pernah kulihat. Walaupun pada festival tahun barupun aku tak akan
pernah bisa melihatnya. Karena apa ?, ya pada saat tahun baru kembang api
selalu di luncurkan tengah malam. Saat itu aku sudah teler di tempat tidur.
Hehehe.” Kata Aline dengan cengiran khasnya.
“Oh begitu ya, kurasa semua dunia ketika
menghadapi tahun baru pasti akan menyalakan kembang api pada tengah malamnya.
Lalu disana apakah tidak ada festival kembang api ?” Tanya Feti.
“Tidak. Disana tidak pernah ada yang namanya
festival kembang api. Tetapi kami selalu merayakan malam
pergantian tahun dengan kembang api. Seperti yang kau katakan tadi. ” Jelasnya singkat.
“Eh fet !, aku ingin mengajakmu masuk ke
dalam anggota Xerro 13. Bagimana ?” Tawar Karin.
“Ha ?, memangnya untuk apa sekarang itu
dibutuhkan ?, bukankah misi kita sebagai Xerro 13 sudah selesai ?” Kata Feti.
“Belum, misi kita masih belum selesai,
Medussa masih hidup.” Jelas Karin singkat.
“Apa ?, bagaimana kau bisa tahu ?, bukankah
jelas-jelas Medussa telah dibunuh oleh Alexander ?” Tanya Feti.
“Ya aku tahu itu, tapi seminggu yang lalu
kakekku mendapat informasi yang mengejutkan dari sang oracle. Ia mengatakan
bahwa kerajaan Medussa masih aktif. Entah siapa yang menjalankannya. Kakekku
berpendapat jika mungkin yang menjalankan kerajaan itu adalah anak dari Medussa
atau mungkin murid dari Medussa.” Jelas Karin panjang lebar.
“Hm...begitu ya ?, apakah kau sudah
mengumpulkan para anggotanya ?”
“Sudah, dan kini Xerro bukanlah menjadi Xerro
13 tapi menjadi Xerro 14.” Jelas Karin.
“Apa katamu ?, Xerro 14 ?, bagaimana bisa ?”
Tanya Feti dengan nada tak percaya.
“Ini adalah anggota baru dari Xerro.” Katanya
sembari menunjuk kearah Aline.
“Dan kau tahu di adalah orang yang selama ini
kita cari-cari.” Tambah Karin.
“Apa ?, bagaimana bisa ?”
“Ya, tentu saja, dia adalah cicit dari
Alexander yang terkenal itu.” Jawab Karin.
Komentar