aaa
”Em...Ica, Lia, aku ingin bicara sebentar pada kalian
berdua.” Kata Aline tiba-tiba pada mereka berdua.
”Hn...katakan saja, nyam..nyam...” Balas Ica sembari mengunyah makanannya.
”A..., kau tahu entah kenapa akhir-akhir ini ada
serentetan kejadian aneh yang menimpaku. Seperti....” Katanya terpotong oleh Lia.
”Seperti apa ?” Sahut Lia menerobos kalimat-kalimat
Aline.
”Seperti, aku bermimpi tentang sesuatu yang sangat aneh
sekali, dan dimimpiku aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Dan keesokan
harinya aku bisa mengeluarkan api itu, dan kau tahu kejadian 2 hari yang lalu
ketika aku ada di lab kimia ?”
”Ya..., aku ingat tiba-tiba kertas yang ada di tanganmu
terbakar kan? dan kupikir itu adalah sebuah kecelakaan biasa karena adanya
reaksi kimia dari spiritus dan alkohol.” Kata Ica menambahkan.
”Eh, tunggu tapi bukankah pada saat itu, posisi Aline
tidak berada di meja percobaan ?, diakan berada di meja di depan meja
percobaan, dan dia sedang menulis, kan ?” Kata Lia balik.
”Ya, kau benar li, dan seolah tiba-tiba saja pada saat
itu tangan ku merasa panas, dan terbakarlah kertas itu. Dan anehnya ketika aku
berada di kamar mandi, aku seperti mendengar sesuatu, dan semenjak saat itu
suara-suara aneh yang aku dengar di kamar mandi kala itu selalu saja datang
menghampiriku.”
”Hmm....begitu ya ?, mangkanya aku dan Lia seperti ada
sesuatu yang janggal denganmu akhir-akhir ini. Lalu, bagaimana lanjutannya ?”
”Dan yang anehnya lagi, kemarin malam ketika aku berada
di atas atap asrama, aku bertemu dengan seorang gadis bernama Karina Venus
O’dessa. Kalian kenal mereka.”
”Tidak...tidak...., aku sama sekali belum pernah dengar
nama itu, iya kan li ?” Kata Ica sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
”Tapi ngomong-ngomong, ngapain kamu ke atas atap asrama
malam-malam begitu ?, bukankah kamu seharusnya sudah tertidur pulas ?” Tanya
Lia.
”Itulah.....aku tidak bisa tidur pada malam itu, jadi aku
pergi kesana dan tiba-tiba bertemu dengan gadis itu. Apa kalian percaya dengan
semua ceritaku tadi ?” Kata Aline.
”Sebenarnya aku masih sedikit ragu dengan kekuatan apimu
itu.” Kata Lia.
”Baiklah jika kalian tidak percaya, aku bisa
menunjukkannya, ah selain itu aku juga tiba-tiba saja mendapatkan kekuatan
untuk menggerakan barang sesuka hatiku. Dan lihat ini.” Kata Aline sembari mempraktekan apa yang
dibicarakannya dengan kedua temannya itu. Dan Alhasil mereka berdua hanya bisa
melongo melihat hal-hal aneh yang dibuat salah satu sahabat karibnya itu.
”Astaga Aline, itu sungguh luar biasa. !” Seru Ica.
“Ya, kami berdua percaya padamu.” Kata Lia yang disertai anggukan dari kepala Ica.
Ketika jam sekolah telah berakhir semua murid segera
pergi berbondong-bondong keluar dari kelas mereka masing-masing, dan segera
menjalankan rutinitas-rutinitas sore mereka masing-masing. Namun, tidak dengan
Aline, ia memilih untuk tetap duduk sendiri di bangku kelasnya. Menyadari kini
kelasnya sudah kosong tak berpenghuni Aline hanya bisa memejamkan mata dan
menarik nafas panjangnya. Dia memilih untuk menghabiskan waktu selama
bermenit-menit untuk merenungkan semua kejadian-kejadian yang menimpanya.
Karena keadaan kelas sudah sangat sepi dan sunyi, maka ia
memilih untuk mempraktekan kekuatan-kekuatan yang diperolehnya secara
tiba-tiba. Untuk hal api, ia tidak menggunakan itu secara sepenuhnya. Hanya
kobaran-kobaran api kecil saja yang ia praktekan, karena ia tak
mau ambil resiko jika tiba-tiba kelasnya terbakar.
Tanpa sengaja pada saat ia sedang mencoba kekuatannya
tentang mengendalikan barang sesuka hatinya. Tanpa sengaja suara seseorang
berhasil mmebuat dirinya kaget, dan otomatis menghentikan aktivitasnya kala
itu.
”Hey !, masih ada orang ya ?.” Kata orang itu
dari ambang pintu kelas Aline.
Belum sempat ia mengembalikan vas bunga yang ia angkat
tanpa menyentuhnya. Aline merasa kaget, dan vas itu pun terjatuh dengan
sendirinya.
’PYARR !’
”Ah maaf..., ternyata benar ada orang.” Sahut Aline
sembari menoleh ke arah orang itu. Tapi, bukankah itu adalah orang yang
ditemuinya pada saat dikantin ketika oarang itu sedang bersama Cloud. Dan
terlebih lagi itu adalah orang yang sama persis di mimpi Aline beberapa hari
yag lalu.
”Astaga..., maaf rupanya aku tadi mengagetkanmu ya ?,
gomenasai.” Jawab orang itu sembari membungkukkan badannya 2 kali.
”Ah..tidak..tidak..” Jawab Aline sambil menggaruk-garuk
belakang kepalanya.
”Baiklah, aku akan membantumu membereskan pecahan-pecahan
vas itu.” Kata orang berambut jabrik berwarna pirang kekuning-kuningan.
Kemudian orang yang belum diketahui namanya oleh Aline
itu pun langsung masuk ke dalam kelas Aline dan mulai mengambil setiap
pecahan-pecahan yang berserakan tak beraturan pada lantai tersebut. Begitu pun
dengan Aline, ia tidak ingin hanya berdiri mematung di tempat saja tanpa
melakukan sesuatu. Ia pun mnjulurkan tangannya dan menyapu seluruh pecahan vas
itu dengan jeari jemarinya yang panjang dan indah.
”Ah, sudah selesai.” Kata orang itu sambil membuang
pecahan terakhirnya ke dalam tong sampah.
”Ah...aku lupa, perkenalkan namaku Denis, kau ?” Kata orang
itu sambil menjulurkan tangannya seraya ingin berjabat tangan dengan gadis yang
ada di hadapannya itu.
”Namaku Aline, salam kenal, kau dari kelas apa ?” Balasnya sambil membalas jabatan tangan dari seseorang
yang bernama Denis tersebut.
”Aku ?, aku dari kelas X-6.” Jawabnya seraya menujukkan
jari telunjuknya ke arah wajahnya.
”Astaga, ini sudah jam setengah 4 sore, aku terlambat.
Bye Al !, senang bertemu denganmu.” Katanya sambil berlari dan
melambai-lambaikan tangannya ke arah Aline.
’Denis, orang itu.....,
ya tidak salah lagi dia adalah orang yang ada di dalam mimpiku 2 hari yang
lalu’. Sembari berjalan
menelusuri koridor-koridor kelas yang cukup sunyi, ia memikirkan sesuatu
tentang anak laki-laki yang di ketahuinya bernama Denis tersebut. Suara sorak
ramai kini sudah jarang sekali terdengar di telinganya kala itu, ya mungkin
karena anak-anak disini kembali ke asrama mereka masing-masing. Mungkin hanya
segerombolan anak-anak yang ingin menghabiskan waktu luang mereka saja disini.
TAP...TAP...TAP. Begitulah suara derap langkah kaki
beberapa anak termasuk dirinya yang kala itu sedang berjalan melenggang di
koridor. Namun, entah mengapa sesuatu menghinggapi pikirannya kala itu.
Tiba-tiba saja ia merasakan sebuah sensasi aneh yang pernah ia rasakan ketika
gadis bernama Karina Venus O’dessa mnghampirinya beberapa jam yang lalu.
Setelah lama berpikir, sesuatu menghentikan langkahnya
seketika. Ia merasa seluruh derap langkah kaki yang tadi menemaninya kini telah
hilang entah kemana. Aline pun menoleh kesana kemari. Namun, apa yang
ditemuinya ?. Seluruh anak-anak yang tengah berada di koridor-koridor kelas
kini telah terhenti dengan sendirinya. Suara derap langkah kaki yang semakin
mendekat ke arahnya berhasil membuatnya terkaget. Dan apa yang dilihatnya ?
”Halo Aline...., kita bertemu lagi disini, dan kurasa kau
telah menepati janjimu.” Kata Karin yang seperti biasa selalu diiringi dengan
senyuman ramahnya.
”Apa ?”
”Sudahlah, lupakan saja. Sekarang ikut denganku.” Kata
Karina yang kemudian diekori oleh Aline.
Tak lama kemudian terdengarlah suara aneh itu. ’ nāk pie manis, nāc šeit neuztraucieties, es ņemšu jūs uz slepenu
vietu’.
”Tidakkah kau mendengar suara itu ?” Tanya Karin yang
tengah berjalan disampingnya.
”Ya, aku mendengarnya. Kalau aku boleh bertanya, suara
apa itu ?”
”Kau akan mengetahuinya nanti.” Balasnya singkat.
Setelah 10 menit mereka berdua berjalan. Tiba-tiba saja
Karin menghentikan langkahnya dan berhenti tepat di depan sebuah dinding beton.
Sontak saja Aline pun bertanya-tanya pada
dirinya sendiri. Mengapa Karin menghentikannya di situ ?. Dan ketika Aline
birdiri tepat didepan dinding beton itu, suara aneh yang selalu mengganggunya
itu, kini semakin jelas terdengar di kedua telinganya.
“Um....rin, kenapa kau menghentikanku disini, dan suara
itu.........”
”Ya...., suara itu berasal dari balik dinding ini,
sekarang perhatikan aku.”
Kemudian Karin pun mengangkat salah satu tangannya dan di
letakkan tepat di depan dinding berbatu itu. Diapun menyapu dinding itu dengan
tangnnya tanpa menyentuh dinding itu dan berkata, tunjukkan rahasiamu. Seketika
itu juga munculah sebuah ukiran yang bertuliskan ’ rún riamh a nochtadh, agus mé ag dul díreach
a oscailt an mbóthar má tá a fhios agat an rún’.
”Apa ?, apa maksudnya dengan tulisan itu ?”
Tanya Aline seketika.
”Itu adalah bahasa Irish. Dan itu
berarti ’sebuah rahasia yang tak akan pernah terungkap dan aku hanya akan
membukakan jalan apabila kau tahu rahasia itu’. Begitulah.” Jelas Karin.
”Nah, sekarang ikuti aku, dan masuk ke
dalam.”
”Apa ?, bagaimana bisa, disini tak ada
pintu.”
”Genggam tanganku dan perhatikan.” Kata Karin
seraya memberikan sebelah tangannya untuk digenggam Aline.
Aline pun hanya terdiam dan mengikuti
perintah dari seseorang yang kini tengah berdiri di sampingnya dan menggengam
tangan orang itu. Dan apa yang terjadi ?. Sungguh aneh, tiba-tiba saja Karin
dan Aline masuk kedalam dinding itu dengan menerobos dinding itu tanpa
mengancurkannya. Mereka berdua bagaikan hantu yang dapat menembus benda-benda
padat yang ada disekitarnya. Ketika mereka ber-2 berhasil memasuki sebuah
ruangan yang berada di balik dinding itu, Aline merasakan suara itu semakin
dekat saja. Ketika ia melihat sekitar ternyata suara itu berasal dari sebuah
cermin yang berada tepat 10 m di depannya.
”Astaga, suara itu. Itu berasal dari
cermin ?” Kata Aline keheranan.
“Ya, kau benar, cermin itu lah yang
memanggilmu, dan kau tahu apa arti dari bahasa cermin itu ?”
“Tidak.” Jawbnya singkat.
“Baiklah, cermin itu ingin dirimu memasuki
sebuah dunia yang ada di balik cermin itu.” Jelas Karin dengan menyunggingkan
senyuman lebarnya.
“Apa ? dunia ?, adakah dunia di balik
sebuah cermin ?” Tanya Aline penuh selidik.
“Tentu saja ada, tapi sebelum kau memasuki
dunia cermin itu, aku ingin mengucapkan, bahwa kau adalah seorang yang terpilih
untuk memasuki dunia itu. Dan jarang sekali ada orang yang terpilih seperti
dirimu. Dan faktanya selama ini hanya ada 4 orang saja yang berasal dari dunia
ini yang terpilih untuk memasuki dunia cermin.” Jelas Karin panjang lebar
sembari mengajak Aline berkeliling ruangan yang cukup besar itu.
“Siapa mereka ?”
“Mereka adalah para keturunan Alexandria.”
“Apa ?, siapa Alexandria ?” Tanya Aline
penasaran.
“Alexandria adalah leluhurmu, dia adalah
sosok yang berperan penting dalam pembentukan Dunia Cermin, dan beliau adalah
salah satu pendiri Dunia Cermin dan Divia. Oh ya, Kakek buyutmu adalah orang
terakhir yang masuk kemari, dia adalah Alexander. Namun, aku turut menyesal,
karena ia tidak dapat kembali ke dunia
dia berasal. Divia sudah mengerahkan guardian terbaiknya untuk mencari
keberadaan Alexander, namun hasilnya nihil.” Cerita Karin panjang lebar.
“Aku tak mengerti, jadi aku termasuk
keturunan Alexandria ?, tapi aku tidak tahu jika aku punya kakek buyut bernama
Alexander.” Balas Aline dengan menautkan kedua alisnya pertanda ia tidak
mengerti.
“Ya, tentu saja kau tidak tahu, Alexander
sudah tidak ada ketika kau lahir.”
“Benarkah ?”
“Ya.” Balas Karin.
Kemudian, Aline berjalan menuju cermin
tersebut dan berdiri tepat didepan cermin itu. Seketika itu juga ia menyapu
debu yang ada di pinggiran atas cermin dengan tangannya. Lalu,
muncullah sebuah tulisan yang berbunyi ’Only a
person with a pure and brave heart that can won.’
“Hm…hanya
orang yang memiliki hati yang bersih dan bijaklah yang akan menang. Bagus sekali kata-kata ini.” Kata Aline sembari membaca
sebuah tulisan latin yang terukir dipinggiran atas cermin tersebut.
”Ya. Mungkin itu adalah sebuah alasan mengapa
cermin ini memanggilmu. Dan mungkin sebenarnya bukan cermin ini yang
memanggilmu, tapi sebuah dunia dibaliknyalah yang mungkin memanggilmu.”
”Begitukah ?”
”Ya, mungkin sebelum kau memasuki dunia
disana, aku akan menceritakan sesuatu kepadamu.”
”Apa itu ?” Tanyanya sambil mengernyitkan
dahinya.
”Apakah selama ini kau pernah bermimpi aneh
?, dan apakah akhir-akhir ini kau merasa ada yang aneh dengan dirimu ?. Jika ada
ceritakanlah, maka aku akan meberitahumu apa yang sebenarnya terjadi padamu.”
”Baiklah. Pertama mengenai mimpi itu, memang
aku bermimpi aneh yaitu aku bermimpi mengenai sebuah dunia yang sangat indah
sekali dan disana banyak sekali hewan-hewan fantasi dan banyak sekali bangsa
elf yang bahkan jika di pikir secara logis dunia itu tak ada.” Jelas Aline
panjang lebar.
”Itulah dunia cermin, dan apa yang kau
impikan itu adalah dunia cermin, dan nanti kau akan melihatnya sendiri.
Sekarang ceritakan aku tentang hal aneh yang menimpa dirimu.”
”Hah..huh..., baik, pertama adalah hal yang
tak kusadari, yaitu dan kau tahu tiba-tiba saja aku bisa mengeluarkan api dari
tanganku. Dan kemarin pada waktu olahraga berlangsung aku tanpa sengaja
menumbangkan tiang lampu dengan menggunakan angin, dan entah kenapa tiba-tiba
saja aku bisa menggerakkan benda-benda disekitarku. Jika kau tak percaya, aku
bisa tunjukkan itu padamu.” Jelas Aline sambil mempraktekkan apa yang telah
diucapkannya.
”Baiklah, itu sangat mengejutkan !, jarang
sekali orang yang terpilih bisa langsung mendapatkan kekuatan seperti itu. Jika
memang begitu, tidak salah lagi mungkin kau adalah orang yang sangat dibutuhkan
oleh dunia cermin saat ini dan nanti.”
”Apa maksudmu ?, aku tidak mengerti.”
”Nanti kau akan tahu sendiri.”
”Huft.., dari tadi jawabannya nanti tahu
sendiri terus, menyebalkan....” Gerutu Aline.
”Apa ?”
”Ah, hehehe tidak apa-apa kok rin !” Kata Aline sambil menggaruk-garuk bagian belakang
kepalanya yang tentunya tidak gatal.
Tanpa ingin berlama-lama di ruangan itu,
Karin mengajak Aline untuk segera memasuki cermin yang seukuran dengan tinggi
mereka berdua. Aline pun mencoba untuk melangkahkan kakinya ke arah cermin yang
berada di depannya. Ia pun menyentuh cermin tersebut, dan tiba-tiba keanehan terjadi.
Kalian tau itu apa ?. Ya, tangan Aline berhasil menembus cermin tersebut.
Sontak saja, ia pun kaget karena melihat suatu kejadian aneh yang terjadi tepat
di depan matanya.
”Kau kenapa ?, apa kau terkejut ?” Tanya Karin yang berdiri di belakangnya.
”Ah, iya hehehe. Maklum aku baru pertama kali
melihat yang seperti ini.”
”Baiklah kalau begitu, sekarang cobalah kau
langsung memasuki cermin itu, setelah itu akan kususul kau.”
”Hn...baiklah.” Jawab Aline singkat.
Beberapa detik setelah itu, Aline pun memasuki
cermin yang berada tepat di depannya itu. Setelah Aline melangkah, kemudian
disusul oleh Karin yang berada di belakangnya. Sungguh-sungguh sangat
mengejutkan sekali, portal menuju dunia cermin itu sungguh sangat menakjubkan.
Aline merasa dirinya seperti berjalan di luar angkasa, dan ia melihat banyak
sekali bintang bertaburan di sana. Dan kau tahu, isi dari portal cermin ini
hampir mirip dengan portal jalan menuju ke Neverland, sebuah dunia khayal yang ada di cerita ‘Peter Pan’.
Beberapa menit telah berlalu, tanpa terasa
Aline sudah menginjakkan kakinya di atas rumput hijau yang segar. Setelah itu,
disusul dengan Karin yang sudah berdiri tegak di belakangnya. Kemudian Aline
memutar kesana kemari pandangannya.
Bunga-bunga tengah bermekaran disana-sini. Rupanya
sedang musim semi disini. Kemudian pandangan Aline berhenti pada suatu bentuk
bunga yang sangat aneh, bahkan ia belum pernah melihat bunga itu seumur
hidupnya. Ia pun angkat bicara.
”Karin, kau bisa beritahu padaku bunga apa
itu ?” Tanya Aline.
”Ah...kau belum pernah melihat bunga yang seperti itu ya
?” Jawab Karin.
”A....a., tampaknya di duniaku tidak ada
bunga seperti itu.” Balasnya sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
”A..., aku lupa hehe, disana kan tak ada
bunga seperti itu, itu namanya bunga Sionpo. Cantik bukan ?”
”Ya, sangat indah sekali, hmm Sionpo ya ?,
nama yang sangat asing di telingaku.” Balas Aline sembari berjalan ke arah
bunga yang berwarna kuning cerah dan bisa dibilang lumayan besar untuk bunga
seukurannya. Ia pun menyetuhkan jari telunjuknya pada bunga tersebut. Namun
sebelum ia melakukannya, Karin menepuk tangan kanannya dengan keras.
”Dasar bodoh !, jangan sentuh bunga itu !” Cetus Karin.
”He ???, kenapa ?, bukankah bunga ini tidak
berbahaya ?, lagian juga bunga ini sangat harum.”
”Kau ini, penampilan kan bisa saja menipu,
aku beritahu ya, bunga ini sangat berbahaya dan bunga ini bisa melukaimu bahkan
bisa membunuhmu, kau tahu itu.” Jelas Karin panjang lebar.
”Oh begitu ya ?, terimakasih kau sudah
memberitahuku.”
”Sama-sama, sekarang kita harus segera ke
tempat Tuan Karim.” Katanya sembari
menggandeng tangan Karin dan berjalan cepat menuju tempat tujuan.
”Hey..., siapa Tuan Karim, dan untuk apa kita
kesana ?” Tanyanya.
”Nanti kau akan tahu sendiri, yang penting
kita harus kesana dan memberitahukan kedatanganmu. Astaga !, waktunya tak cukup
jika kita berjalan, tunggu sebentar.”
Karin pun menghentikan langkahnya begitu pun
juga dengan Aline. Tiba-tiba saja Karin menggerkan kedua tangannya seperti
membentuk suatu gerakan yang simbolis. Kemudian diucapkanlah sesuatu yang tak dimengerti oleh
Aline. Dan seketika itu juga muncullah sesosok hewan raksasa berbentuk elang.
Aline pun hanya diam mematung melihat apa yang dilihat oleh matanya.
”Wow !, besar sekali !” Kata Aline takjub.
”Kenalkan ini Freya, hewan pelindungku atau kami biasa menyebutnya anima. Dan Freya ini Aline, um…Freya.” Kata Karin sembari
membisikkan sesuatu kepada Freya.
”Salam kenal, dan selamat datang di dunia
kami.” Kata Freya sambil
memberi hormat pada Aline.
”A..., kau bisa bicara ?”
”Ya.”
”Baiklah, kurasa sesi perkenalan sudah cukup,
Freya kau bisa bawa kami berdua ke tempat Tuan Karim ?”
”Baiklah, aku siap.”
Kemudian mereka berdua pun menaiki elang
raksasa yang bernama Freya tersebut dan segera terbang menuju tempat Tuan Karim.
Beberapa menit mereka mengudara, tempat tujuan sudah terlihat sangat jelas.
Karin pun memerintahkan Freya untuk segera turun tepat di depan rumah Tuan
Karim.
Komentar